Fitria Nur Rosyidah

Kepala Sekolah SMP IT AL Hanif Cianjur...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perpisahan yang Menyesakkan!
Santri putra kelas 9

Perpisahan yang Menyesakkan!

#hari_ke_2#tantangan_30_hari_menulis_gurusiana

Akhir Yang Menyesakkan

Menyesakkan!

Kata yang pantas untuk kuucap saat ini. Mereka yang selama tiga bahkan enam tahun bercengkrama, kutahu semua kisah hidupnya, kutahu semua tumbuh kembangnya, kutahu semua celoteh manjanya, kutahu semua akannya. Mereka adalah anak-anak yang polos, lugu dan penuh kehangatan. Anak-anak yang haus akan ilmu, haus akan pengalaman dan haus akan belaian. Tidak sedikit dari mereka, berasal dari daerah yang jauh. Semangat yang tinggi dan niat yang baik yang mereka tunjukan, membuatku melaju terpacu untuk memberikan yang terbaik bagi mereka.Kenakalan mereka tidak lantas membuat diri ini jengkel. Kegaduhan mereka tidak menjadikanku resah, keriuhan talaran mereka, lantunan shalawat serta teriakan semangat merekalah yang membuatku kuat, optimis melangkah dan mencari hal baru untuk kusampaikan pada mereka.Setiap pulang dari diklat,rapat, atau sekedar silaturahmi ke luar kota selalu kubawakan oleh-oleh. Bukan makanan ataupun barang , namun kisah inspirasi yang bisa memotivasi mereka untuk menjadi seseorang yang berharga, berkarya dan bermakna.

Semester awal tahun ajaran baru, biasanya konsentrasi kami fokuskan untuk santri baru. Lain halnya di semester akhir, konsentrasi biasanya kami fokuskan untuk santri kelas akhir. Qodarulloh, pandemi COVID-19 memaksa kami untuk memulangkan mereka. Sebulan pertama mereka tunjukan bakti serta ingin meninggalkan jejak terbaik bagi Pesantrennya.

Berbagai rencana mereka susun, berbagai agenda mereka atur, berbagai kejutan mereka siapkan. Entahlah, jika masuk ke kelas mereka untuk ngaji, selalu saja kusembunyikan kepedihan ini, serasa tak rela jika mereka harus pergi meninggalkanku. Setiap saat selalu menghitung hari bersama mereka. Bahkan biasanya di detik terakhir mereka mendapatkan karantina untuk pembekalan sebagai amunisi menghadapi kehidupan yang sebenarnya di luar sana. Al Hanif adalah miniatur kecil kehidupan mereka. Berbagai karakter mereka temui, berbagai keadaan mereka lalui. Teriknya matahari bukan halangan untuk mereka latihan ekskul. Curahnya hujan tidak menghentikan kerja bakti mereka untuk pembangunan asrama.Lelahnya diri dengan berbagai kegiatan tidak menyulutkan semangat mereka. Bangun lebih pagi dan tidur lebih malam adalah hal biasa yang mereka lalui.

Kemandirian yang kami tanamkan membuat mereka semakin kuat, tahan banting dan siap menghadapi segala keadaan. Mencuci sendiri tanpa loundy, memasak sendiri tanpa dapur umum, tidur beralaskan karpet dan kasur tipis serta makan yang hanya dua kali dalam sehari dengan lauk pauk alakadarnya mereka nikmati. Mengharukan jika melihat anak yang baru keluar SD menenteng ember untuk mencuci pakaiannya. Bukan bersihnya sebagai tujuan utama, namun pembiasaannya yang mengharuskan mereka keluar dari ‘ninabobo’ para orangtuanya . Santri putra setaraf SMA harus menanak nasi serta lauk pauknya mereka siapkan. Di luar nalar, anak seusia mereka, jika bertugas piket masak harus menyediakan untuk 300 santri teman putranya itu hal yang luar biasa. Bagi santri putri yang berjumlah kurang lebih 300 pula, merekapun menjadikan piket masak, piket lingkungan, piket kamar sebagai ajang latihan. Bahkan rumahku menjadi sasaran empuk bagi santri kelas akhir untuk dijadikan ‘labskill’.

Kini, mereka akan kembali ke rumahnya. Mereka akan melanjutkan kembali ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka akan meniti hari yang baru, suasana yang baru serta pengalaman yang baru pula. Rangkaian ritual kelas akhir tidak mereka rasakan secara sempurna. Bahkan UN pun tidak mereka rasakan. Mereka adalah angkatan yang mampu meniadakan UN lebih cepat. Iya, mereka adalah santri-santriku, anak-anak hebatku.

Yang lebih menyesakkan adalah mereka membawa kembali barang-barangnya dari pondok harus sesuai protokol kesehatan. Mengambil barang secara bergantian dengan waktu yang berbeda dan bertahap. Hanya mampu menatap nanar dari dalam jendela melihat mereka pergi. Hanya bisa melihat mereka dari foto dan video yang dikirim Satgas Pesantren dari Dewan Santri. Bukan perpisahan seperti ini yang kuharapkan, bukan cara seperti ini yang kuinginkan. Perpisahan tanpa pelukan, tanpa belaian, tanpa foto bareng.

Hai, Kalianku..

Selamat jalan, semoga sukses dan penuh keberkahan. Jaga selalu nama baik diri, keluarga, almamater kalian. Semoga Alloh mempertemukan kita di lain waktu dan Teteh tunggu kalian di gerbang kesuksesan. Teteh sayang kalian semua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sabar..... Jadi sedih..

06 Aug
Balas

Kok gak ada dapur umumnya, kalau 10 -15 tak apa. 300 masyaallah

14 Jun
Balas



search

New Post