MUDANSHA DARI LEMBAH OMBILIN (47)
MUDANSHA DARI LEMBAH OMBILIN (47)
Hari ke-307
#TantanganGurusiana
TERKECOH
Pagi Minggu jadwal seperti biasa pergi latihan gabungan ke Dojo Sumpur. Motorku yang aku kendarai melaju menuju lokasi. Angin dingin pagi ini terasa sangat kencang. Seakan menanyapa tubuhku dengan caranya memainkan jilbab biru seperti bendera berkibar ditiup angin. Beruntung ransel merah dipunggung menahan jilbab tersebut agar tidak terbang di udara.
Terkecuali di Pasar Ombilin, tak ada halangan dalam perjalanan. Lancar tiba di Dojo Hotel Sumpur. Demikian juga serangkaian latihan dilewati dengan lancar hingga akhir. Pelatih yang datang hanya Afdhal dan aku. Materi latihan hampir sama seperti yang dilakukan di Dojo SMANDURA kemarin sore, yaitu persiapan untuk ujian kenaikan sabuk.
Latihan persiapan ujian kenaikan sabuk sudah terlihat lebih baik dari hari kemarin. Gerakan sudah terlihat luwes dan dinamis. Bahkan Yoko Geri Kikome dan Yoko Geri Kiange anak didikku sudah mulai nampak bagus. Hal ini bisa saja karena mereka telah berlatih kemarin sore. Bisa juga berkat energi positif dari peserta dari Dojo lain menular kepada mereka. Maklum peserta dari Dojo lainnya bukan peserta baru, dan tentu saja gerakan mereka jauh lebih baik.
Serangkaian tatacara karate telah dilewati hingga akhir, namun peserta belum ingin beranjak pulang. Peserta masih duduk di tempat di mana tadi melakukan upacara penutupan. Peserta dari Dojo SMANDURA langsung menagih janji kepada Afdhal untuk melanjutkan cerita dan diskusi tentang karate yang terputus kemarin sore.
"Bang, lanjutkan diskusi tentang karate yang kemarin," pinta Aiwa
"Memangnya kita berdiskusi tentang apa kemarin," tanya Afdhal senyum-senyum
"Bahasa Internasional, Bang," jawab Azlan tertawa
"Hmmm, Azlan paling ingat kalau bahasa Internasional," celetuk Novi
"Karate is Empty Hand alias tangan kosong. Techniques vary from punching and striking with tinju, tangan, siku, hingga menendang, serta menyerang dengan kaki, tulang kering, dan lutut, Bang," jawab Diana
"Ceile, Diana. Tambah keren aja" canda Azlan"
"Ya dong, kan sudah dikasih tahu kemarin sama Bang Afdhal," jawab Diana.
"Seperti artis aja, Diana," ujar Cindy
"Kok seperti artis, memangnya kenapa?", tanya Diana kepada Cindy
"Ya, betul. Mendengar Diana menjawab seperti mendengar acara Podcast Deddy Corbuzier sedang wawancara dengan artis. Pakai bahasa Inggris campur bahasa Indonesia. Bahasa campur aduk Inggris Indonesia memang lagi trend" celetuk salah seorang peserta dari Dojo lain yang aku tidak tahu namanya.
" Istilah Minang "sakarek ula sakarek baluik"(sekerat ular sekerat belut). Bahasa campur aduk memang sedang trend," sambung Asnidar
"Hahaha..itu maksudnya," ujar Diana sambil tertawa
"Ya, aku artis karate", jawab Diana
"Good, Diana," puji Afdhal
"Masih ada lagi yang ingat pembicaraan kita kemarin?" tanyaku tiba-tiba
"Teknik karate itu ibarat Bunga Berguguran. Satu teknik cukup mematahkan lawan. Ibarat menggoyang dahan pohon seluruh bunga jatuh Berguguran. Begitu kan Bang, Bu Fit?," jawab Dilla
"Tepat sekali, Dilla" pujiku sambil mengacungkan dua jempol kepada Rahmat.
"Wow, keren," daya ingat kalian memang mantap puji Afdhal lagi sambil tersenyum senang.
"Oke, kita mulai diskusi lagi," ujar Afdhal sembari memperbaiki posisi duduknya.
"Adik-adik pernah mendengar istilah Mizu No Kokoro?", tanya Afdhal
Peserta yang hadir terdiam, saling pandang diantara mereka. Terdengar bisik-bisik diantara mereka.
"Katanya mau berdiskusi, kok bisik-bisik?" tanya Afdhal
Peserta masih terdiam.
Apa tadi Bang. Rasanya pernah dengar istilah itu," tanya Rahmat serius
"Mizu No Kokoro?", tanya Afdhal
"Ooo,"Mizu No Kokoro. Kalau itu saya tahu Bang," jawab Rahmat serius, ia berhenti sejenak kemudian menghela nafas.
Mendengar ucapan Rahmat, peserta langsung bersikap dan memasang mimik muka serius mendengar penjelasan Rahmat selanjutnya tentang Mizu No Kokoro
Rahmat mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang dengan fasihnya. Ia menyampaikan seperti layaknya pembaca berita yang pernah aku lihat di TV Jepang. Peserta terdiam melongo mendengar kata-kata dari bahasa Jepang yang keluar dari mulut Rahmat.
"Shinjiau koto sae dokoka ni wasurete
Hito wa naze su’ngita hi no shiawase oikakeru
Shisuka ni mabutaa tojite kokoro no doa o hiraki
Watashi o tsukandara namida huite"
.
"Apa artinya Mat," tanya Dina
"Ya, apa artinya," tanya Santi
Peserta yang lain semakin serius menunggu penjelasan dari Rahmat
Rahmat tidak menjawab, namun ia melanjutkan penjelasan
Ai wa itsumo rarabai
Anata nga yowai toki
Tada kokoro no.....
"Ahai, itu aku tahu," tiba-tiba suara Aiwa menyela dengan keras.
"Apa itu Aiwa? Apa artinya?" tanya Diana serius.
"Mat, Mat, Mat. Itu penjelasannya pakai menyebut nama saya segala", ucap Aiwa tersenyum lepas, kemudian disampaikan dengan tertawa terbahak-bahak.
Rahmat menatap Aiwa dengan tatapan serius, padahal Aiwa sudah tertawa terbahak-bahak.
Semua yang hadir bengong melihat sikap Rahmat dan Aiwa yang bertolak belakang. Termasuk aku dan Afdhal
"Ada apa, Rahmat? Aiwa", tanyaku
Aiwa tak berhenti tertawa, sementara Rahmat tetap dengan muka seriusnya.
"Rahmat ayo beri penjelasan, kami semua menunggu," punya Afdhal
Rahmat mengulang kembali bahasa Jepang yang ia ucapkan tadi
"Shinjiau koto sae dokoka ni wasurete
Hito wa naze su’ngita hi no shiawase oikakeru
Shisuka ni mabutaa tojite kokoro no doa o hiraki
Watashi o tsukandara namida huite"
Ai wa itsumo rarabai
Anata nga yowai toki
Tada kokoro no ...
Aiwa semakin tak dapat menahan tawanya.
"Aiwa, tegurku", dengan keras.
Mendengar suara kerasku, Aiwa langsung terdiam. Namun masih terlihat ia kesulitan menahan tawanya.
"Hmm, maaf Bu. Aiwa tak bisa menahan tawa. Sebab kata-kata dari bahasa Jepang yang diucapkan Rahmat tadi itu...itu..itu lagu Kokoro no tomo, Bu", ujar Aiwa dengan terbata-bata sembari menahan tawanya.
Aku, Afdhal, dan peserta lainnya langsung lemas tak berdaya mendengar penjelasan Aiwa. Kami semua langsung memandang Rahmat dengan raut muka sebal. Rahmat yang dipandang memasang raut muka polos tanpa dosa. Ia tersenyum sangat manis sekali.
Rupanya kami telah terkecoh oleh raut muka polos Rahmat. Rahmat selama ini memang terkenal sosok pendiam, serius, tak suka bercanda, rajin, patuh, de el el. Pokoknya yang baik-baik ada padanya. Jadi, tentu saja kami tak menyangka kali ini ia mengeluarkan jurus yang berbeda dari biasanya. Memperdaya kami dengan candanya. Ia tadi berbicara seperti orang Jepang berbicara. Mengapa aku tahu lafalnya seperti orang Jepang? Sebab aku punya kemenakan menikah dengan orang Jepang, kalau mereka berbicara terdengar sama seperti Rahmat tadi cara melafalkannya. Apalagi Rahmat tadi mulai dari menjelaskan seperti reporter bukan menyanyi. Ia tadi hanya mengambil sepenggal dari lagu Jepang yang bukan dimulai dari awal ...
Anata kara kurushimi o ubaeta sono toki
Watashi nimo ikiteyuku yuuki nga waite kuru
..........................
..........................
Andaikata tadi ia memulai dari awal, sudah tentu aku segera bisa menangkap bahwa itu syair lagu Kokoro no tomo yang ngetop di Indonesia.
"Weleh-weleh Rahmat, kamu mampu membuat kami semua tertipu hari ini. Awas nanti ya!" bisik hatiku.
"Mat, Mat, Mat. Kamu ini. Bisa juga kamu bercanda ya," ucap Afdhal geleng-geleng kepala
Peserta yang lainpun tak kalah heboh. Peserta yang duduk dekat Rahmat langsung menyerbunya dengan tinju di bahunya. Rahmat tetap duduk tenang dengan raut muka memasang senyum manis. Senyum yang paling manis yang pernah aku lihat dari anak didikku ini
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ternyata Rahmat mengucapkan lagu....hehehe...
Keren ceritsnya Bunda
Keren ceritanya bUnda, salam kenal
Keren ceritanya bUnda, salam kenal
Selalu indah dan ceria bersama anak anak .. Latihan karate yg menyenangkan
Senang sekali dengan cerianya nak kanak bunda.. Jadi kangen murid... Keren.. Lanjuut...
Haha... Aiwa yang lucuuu. Dikira menyebut namanya. Mantap dan keren, Bund.
Rahmad hebat ya....sukses Bu.
Rahmad hebat ya....sukses Bu.
Ceritanya panjang sekali Bu Fitri. Sudah episode 47. Ombilin sangat menarik ya, saya jadi kepo
semakin mantap bunda, Sukses selalu salam literasai
mantab bun, salam kenal bunda
Wau...Rahmat....lucu amat sih. Keren salam sehat selalu dan salam Literasi. Cerita dibuat bebas oleh pengarang dengan mrnghadirkan tokoh sesuka hati. Mantap
Hahaha..tertipu dengan lagu.. keren. Salam luar biasa. Pasti novelnya keren..terima kasih sudah berkunjung di blog saya. Salam cinta.
Salam kenal tuk Rahmat ya Bu...hehehe.
Rahmat Rahmat ada ada saja, keren sukses selalu ibu Fitriany
Wah cerita yang keren bunda..dua bahasa yang berbeda tapi menyenangkan
Keren sekali ceritanya Bu. Sukses selalu dan salam literasi
Mantap bucan, salam silaturahmi dan salam sukses
Makin seru ceritanya, Bu.
Keren ceritanya bu. Salam kenal dr Makassar
Hahaha...waktu baca kalimat pertama si Rahmat sudah tahu saya kalau itu lagu Jepang, penyanyinya Mayumi Itsuwa. Keren Bu.
Semakin detil, komplit, Bu
Woooow keren Bu, rasa Sunda Bogor berbalut Segara Singkarak dengan Ombilinnya dan bumbu Negri Sakura. Salam sukses dan salam literasi Bu
Luar biasa ceritanya Bu Fit. Membayangkan terpingkal-pingkal. Wow.
Wow pelatih karate, keren. Terima kasih atas kunjungannya di blog saya Bunda. Salam Literasi.
keren bun.. salam sukses
Rahmat keren deh lanjut cekgu salam santun dan sukses selalu
Luar biasa. Sukses selalu bu. Salam literasi
Luar biasa bun. Salam sukses.. izin follow ya.
Ceritanya menarik banget bunda. Serasa pembaca dihadirkan dalam nuansa Dojo yang penuh dg disiplin utk menempa atlet
Hebat si Rahmat, Diam-diam menggebrak.
Wau dah seri 47..
Wau dah seri 47..
penasaran dengan senyum manis Rahmat, Salam sukses Bunda Fitri...