PENARI BALI (2)
PENARI BALI (2)
Hari ke-315
#TantanganGurusiana
24 November 2020
JANJI
Sore itu Adhita dan Mama Dhita sedang berada di kamar belakang. Kamar belakang ini berukuran kecil. Maklum asrama TNI memang ukuran rumah tidak besar. Apalagi kalau hanya seorang prajurit. Ada rumah saja sudah bersyukur, dari pada tinggal di luar asrama dan tentunya harus membayar sewa rumah. Hal ini tentunya akan menambah biaya hidup. Belum lagi ongkos. Jadi, rumah kecil ini cukupkahah bagi keluarga Dhita yang terdiri dari 5 anggota, yaitu Papa Dhita, Mama Dhita, Dhita, adiknya Andhika dan Adhitya. Mama akrab dipanggil Mama Dhita, dan Papa dipanggil Papa Dhita. Begitu panggilan kebiasaan di asrama TNI tempat Dhita tinggal. Tetangga memanggil orang tua dengan menyebut nama anak pertama dari orang tuanya tersebut.
Rumah agak lengang sore ini, karena Papa Dhita dan kedua adik Dhita sedang pergi ke Pasar Bogor untuk membeli benang bordir dan kain untuk seprai. Sementara Dhita dan Mama Dhita menunggu di rumah.
Mama Dhita sedang membordir bunga pada kain yang akan dijadikan seprai. Mama Dhita sangat lihai menginjah mesin jahit dengan kakinya, sementara tangannya lincah menggoyangkan ram saat membordir. Bunyi injahan mesin jahit dan goyang jarum jahit pada kain yang dibordir terdengar senada iramanya. Sementara Dhita duduk di lantai ubin. Ia sedang menjiplak gambar bunga pada kain yang akan dibordir, dsn kain ini nantinya akan dijadikan sarung bantal.
Adhita adalah putri pertama Mama Dhita. Panggilan akrabnya Dhita. Ia rajin membantu Mama Dhita, terutama dalam urusan membuat bordir seprai dan sarung bantal. Meski Dhita masih duduk di kelas 4 SD, namun ia juga sudah pandai membordir. Bahkan sejak kelas 1 SD kemahiran membordir sudah ia kuasai. Dhita sejak kecil memang telah belajar membordir pada mamanya.
"Ma," ucap Dhita masih dalam keadaan menjiplak bunga.
Mama Dhita tak menyahut. Ia masih tetap menginjah mesin jahit dan menggoyangkan ram bordir.
"Ma, boleh Dhita ikut kursus tari Bali," tanya Dhita tiba-tiba dengan suara pelan
Mama Dhita masih tak menyahut. Ia masih tetap menginjah mesin jahit dan menggoyangkan ram bordir. Sepertinya Mama tak mendengar suara Dhita.
Dhita sudah selesai menjiplak bunga. Ia berdiri di samping Mama Dhita yang sedang membordir.
"Ma, boleh Dhita ikut kursus tari Bali," tanya Dhita tiba-tiba sembari memegang pundak mamanya.
"Kursus tari Bali?", tanya Mama Dhita sembari menghentikan pekerjaan dan menoleh pada putrinya itu.
"Ya,.Ma. Kursus Tari Bali," jawab Dhita.
"Mana ada di sini tempat kursus tari Bali, Nak," jawab Mama Dhita
"Itu Wayan yang tinggal di RT 5 pandai menari Bali," jawab Dhita
"Wayan,siapa?", tanya Mama Dhita
"Itu Wayan anak Bu Rekeng," jawab Dhita
"Oo, anak Bu Rekeng. Tentu saja ia pandai menari Bali. Bu Rekeng itu kan memang orang Bali," jelas Mama
"Tapi tadi pagi di kantin sekolah, Wayan itu bilang ke temannya bahwa ia setiap Jumat sore kursus tari Bali", ucap Dhita.
"Wayan itu orang Bali, ya wajarlah ia ikut kursus tari Bali," balas Mama Dhita
"Dhita juga pengin bisa nari Bali, Ma," ucap Dhita
"Terus, bagaimana caranya," tanya Mama Dhita
"Mama tanyakan pada Bu Rekeng itu, bagaimana caranya agar Dhita bisa ikut," pinta Dhita
"Lho, kenapa bukan Dhita yang tanya langsung ke Wayan itu," tanya Mama Dhita
"Wayan itu masih kelas 1 SD. Nanti kalau tanya ke dia, nanti nggak jelas jawabannya apa ya atau tidaknya. Kalau nanya ke ibunya kan lebih jelas, tapi Dhita takut bertanya pada Bu Rekeng itu. Makanya Dhita minta tolong sama Mama untuk bertanya pada ke Bu Rekeng itu. Mohon, ya Ma!" pinta Dhita memelas.
Dhita memandang puterinya dalam-dalam. Terlihat matanya penuh harap agar permintaannya dikabulkannya.
"Dhita, apa nanti kalau ikut kursus Tari Bali tidak menganggu pelajaran. Sudah banyak kegiatan Dhita. Pagi hari sekolah umum,. Setiap Senin sampai Kamis sore sekolah madrasah, latihan karate Minggu pagi, latihan Pramuka sore hari. Belum lagi bantu mama bordir seprai dan bantal. Kapan belajar dan kapan istirahatnya?" tanya Mama Dhita sembari mengusap kepala Dhita.
"Dhita bisa bagi waktu Ma. Dhita janji tetap belajar. Percaya deh, Dhita tetap jadi juara kelas", jawab Dhita menggebu-gebu untuk meyakinkan mamanya.
Mama Dhita tak tahan melihat putri sulungnya ini memelas meminta sesuatu. Mama Dhita jarang tidak mengabulkan permintaan putrinya ini. Dhita anak yang shalihah, rajin shalat, pintar mengaji. Ia sudah khatam Quran saat kelas 1 SD. Selain itu Dhita anak yang rajin belajar. Tak heran putrinya ini selalu juara kelas semenjak kelas 1 SD. Prestasi karate dan pramuka juga bagus, ia sudah beberapa kali mewakili sekolah untuk lomba karate atau Pramuka. Apalagi ia juga sering membantu pekerjaan di rumah.
Mama Dhita tercenung. Sejujurnya kalau hanya mengandalkan gaji Papa Dhita yang seorang TNI berpangkat Pembantu Letnan Dua (Pelda) tentu tak bisa memenuhi semua kebutuhan keluarga, kebutuhan sekolah, dan kebutuhan kegiatan ekskul Dhita. Namun, karena ketiga anaknya cerdas dan berbakat, tak mungkin Mama Dhita tidak menyalurkan bakat mereka. Beruntung jahitan bordirnya lancar sehingga bisa menambah masukan.
"Baiklah, nanti Mama tanyakan kepada Bu Rekeng. Kita lihat dulu berapa biayanya. Kalau mahal tentu belum bisa. Tunggu dulu sampai seprai dan bantal kita terjual," ujar Mama Dhita
"Benar ya Ma. Mama janji ya!" ujar Dhita
"Ya, tapi Dhita juga harus janji bahwa ibadah dan belajar tetap nomor satu," ucap Mama Dhita
"Ya, Ma Dhita janji," jawab Dhita penuh semangat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren, Bunda. Salam literasi.
Mantap Uni.. Rancak bana... Sukses Selalu
Kayanya ini faksi ya Bu
mantap dan keren bunda
Keren, cerpen baru, sukses selalu, salam santun.
Mantap buk cerbung, ditunggu .....
Tokoh Dhita sepertinya anak yang pandai dan lincah tak kenal lelah.Lanjutkan dengan karya berikutnya agar terwujud buku tunggal bunda.Terimakasih telah setia berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS
Mantul Bun.
Dhita harus tetap semangat. sehat dan sukses selalu bu Cantik
Rancak Uni, ditunggu lanjutannya
Selalu keren bunda
Keren banget Bu, sukses selalu untuk Ibu
Mantap ceritanya semoga sukses selalu buat Ibu Fitriany
Wah hebat karya selalu cemerlang Bu Fitriany, sukses bahagia selalu Bu
Wah hebat karya selalu cemerlang Bu Fitriany, sukses bahagia selalu Bu
Mantullllllllll salam literasi
Keren ceritanya, Bu. Sukses selalu..
cerita yang asiik bunda
semangaaat.. sukses selalu Bun. Salam literasi
Wah keren, sukses ya buk
Keren Bu cantik. Lanjut, penasaran bagaimana berikutnya. Kayaknya awal dari novel deh.
Semoga kelak Dhita sukses menjadi penari Bali. Ditunggu lanjutannya bun. Barokallah.
cerpen yang keren bucan, salam silaturahmi
Asyiiikkk. Sudah mulai seru inih...
Ternyata ibu pandai sekali membuat cerbung, salam kenal ibu
Ternyata ibu pandai sekali membuat cerbung, salam kenal ibu
Ternyata ibu pandai sekali membuat cerbung, salam kenal ibu
Mantap Bunda. Kisah berlatar belakang kehidupan prajurit di asrama. Inspiratif. Keren Bunda. Sukses selalu.
Iya, Belajar Sholat dan mengaji juga.
Itu kan dia sekolah madrasah sore hari, sholat dan mengaji sudah jelas Pak Ilham.
Kisah tinggal seasrama beragam suku budaya...mantap Bu
Cerita bertema kebudayaan? Lanjut, Bu
Kereeen ceritanya bu Fit, sukses selalu
Mantap Bu. Lanjut.
Mantap nih Bu Fit. Cerita yang menarik. Kutunggu lanjutannya Bu Fit.
Cerita yang menarik Bun. Ditunggu lanjutannya Bun.
Dhita yang super hebat, keren ceritanya bun
Semoga Dhita bisa. Semangat Dita! Keren cerintanya, Bunda. Semoga sukses selalu.
Keren Bu... Mantap
Keren Bu... Mantap
Semangat Dhita
Jadi ingat waktu SD dulu, tarian tradisional menjadi trend anak muda, waktu breakdance dan tarian modern lainnya menyerang kita... Hehe
Keren Bunda, selamat HUT PGRI.. salam sukses selalu.
Semangat Dhita.. Moga cita-citanya terkabulkan, jadi penari Bali. Salam literasi.
Keren kisahnya....semangat.untuk Dhita
Asyik ceritanya, Bund. Jadi penasaran.
Akan janji untuk taat belajar dan Ibadah akan ditepati?
Selalu muncul.dengan ide-ide cemerlang ..ditunggu kelanjutan cerita dhita-nya Bun..salam sehat dan sukses yaa Bun
Mantap Bu ceritanya..
Mantabs..izin follow ya Bu
Mantabs..izin follow ya Bu
Wah mantab dan keren, semoga sehat dan salam sukses selalu.