PENARI BALI (30)

Tantangan Hari ke-343

#TantanganGurusiana

22 Desember 2020

PANJI SEMIRANG VERSI MAMA

Sejak usai shalat Maghrib tadi hingga pukul setengah delapan malam, Adhita belajar dan menyelesaikan PR untuk esok. Setelah itu ia mengemasi peralatan sekolah ke dalam tasnya, sehingga esok tinggal membawa ke sekolah tas tersebut.

Selanjutnya ia berencana mencoba gerakan tari Panji Semirang yang telah ia catat di tempat kursus tadi sore. Ia langsung menghidupkan kaset tari Panji Semirang, dan mulailah ia latihan.

Adhita memulai gerakan Pepeson, gerakan-gerakan yang mengawali tarian. Kemudian ia lanjutkan dengan gerakan Ngumbang. Gerakan Ngumbang ia lakukan dengan cara berputar ke arah belakang, membuat pola lantai angka delapan (luk penyalin), tangan kanan ditekuk sejajar dada dan tangan kiri memegang ujung kain (kancut). Selanjut ia melakukan gerakan pengecet dan disambut oleh gerakan tetangisan.

Adhita baru bisa sampai tahap gerakan tetangisan, setelah itu ia tak tahu gerakan apalagi selanjutnya. Meski ada catatan, tetapi ia masih belum mengerti maksud dari catatan tersebut. Karena catatan bagian akhir tersebut bukan hasil pengamatan yang ia lakukan, tetapi hanya menyalin cacatan Kak Dinda.

"Hmm, memang benar kata Mama, lebih baik mencatat sendiri tentang apa yang dipahami, dari pada menyalin catatan teman tetapi tidak mengerti maksudnya," bisik hati Adhita.

Akhirnya Adhita hanya mengulang latihan tari Panji Semirang hingga sampai gerakan yang ia pahami saja. Latihan ini ia lakukan berulangkali, kemudian ia menghentikan latihan saat waktu isya masuk. Ia bersama adik-adik dan Mama melakukan shalat Isya.

Usai shalat Isya, kedua adiknya melanjutkan belajar di bawah bimbingan Mama, Senentara Adhita melanjutkan latihan tari Panji Semirang sampai ia merasa mahiruntuk gerakan tersebut. Untuk gerakan yang belum ia bisa, besok ia berencana akan bertanya kepada Wayan di sekolah.

Tak terasa waktu telah berlalu.Hari sudah menunjukkan pukul 21.15 WIB. Adhita dan kedua adiknya sudah selesai mencuci muka, gosok gigi, dan mengganti baju dengan baju tidur. Mereka segera berlari ke tempat tidur kamar depan. Kamar tidur ini biasanya ditempati oleh Mama dan papa. Namun karena hari ini papa tugas jaga malam, sehingga hanya mama saja.

Kebiasaannya sebelum tidur adalah Adhita dan kedua adiknya mendengar dongeng dari Papanya. Beragam dongeng baik dari dalam negeri maupun luar negeri dikisahkan oleh Papa. Tak lupa juga kisah-kisah Nabi juga disampaikan oleh Papa, seperti kisah Nabi Muhammad, Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Nuh, Nabi Yusuf, dan masih banyak kisah Nabi yang bisa dijadikan tauladan. Meski kisahnya sudah sering disampaikannya, terkadang Adhita dan kedua adiknya minta Papa menceritakannya kembali. Bahkan juga tak lupa kisah cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia, seperti kisah asal mula Surabaya, Ajisaka, Roro Mendut, Keong Emas, Si Pitung, Putri Junjung Buih, Pangeran Amet Nude, dan cerita rakyat lainnya.

Selain itu sudah tentu cerita rakyat yang paling sering diceritakan Papa adalah kisah rakyat dari Minangkabau, seperti Rambun Pamenan, Cindua Mato, Siti Jamilah, Makin Kundang, Malin Deman, dan masih banyak cerita lainnya.

Biasanya apabila Papa mendapat tugas piket malam di Pos Penjagaan Asrama, maka tak ada kegiatan mendegar dongeng dari Papa. Namun, berdasar keterangan Papa tadi sore kepada Adhita bahwa Mama sangat pintar mendongeng. Bahkan Mama pernah meraih juara 1 Lomba Mendongeng. Selama ini memang Mama sengaja melarang Papa memberi tahu kepada ketiga anak mereka bahwa Mama puntar mendongeng. Kata Mama tugas untuk mendongeng biar menjadi tugas Papa saja. Selama ini Papa mengikuti saja permohonan Mama tersebut. Namun, tadi sore hal tersebut telah bocor kepada Adhita. Tentu saja Adhita penasaran bagaimana pula gaya Mama kalau mendongeng. Hal ini pun ia ceritakan kepada kedua adiknya Adhitya dan Andhika. Tentu saja kedua adiknya ini menjadi penasaran juga mendengar Mama mendongeng.

"Ayo cepat Ma. Nanti Dika keburu mengantuk. Ndak jadi mendengar dongeng dari mama," pinta Andhika sembari meraih tangan mama untuk naik ke tempat tidur.

"Ya, sabar sebentar Nak. Mama simpan perkakas menjahit mama dulu. Nanti berserak, susah pula Mama mencarinya nanti," ujar Mama sembari mengemas perkakas bordiran ke dalam kotak kaleng.

"Ya, Ma. Ayo cepetan" ucap Adhitya

"Ya. Ini mama sudah siap", ucap mama sembari naik ke atas tempat tidur.

"Mama di tengah. Adhitya dan Andika di samping kiri Mama, dan Adhita di samping kanan Mama," ujar Mama

"Oke, Mom," jawab ketiga anaknya serempak.

"Sudah disimpan semua peralatan sekolah ke dalam tas?" tanya Mama

"Sudah," jawab ketiga anaknya serempak

"Buku PR juga sudah dimasukkan ke dalam tas? Kemasi semua peralatan sekolah malam hari, jangan saat berangkat sekolah baru semua dikemasi. Nanti tercecer, bisa kena marah guru nanti di sekolah," ucap Mama

"Semua sudah beres Ma," jawab Adhita

"Ya, sudah Ma," jawab Adhitya

"Dika juga sudah Ma," ujar Andhika

"Oke, kalau begitu," ujar Mana sembari tersenyum

"Oh, ya sebelum Mama mendongeng, kita berdoa dulu. Doa sebelum tidur. Sebab nanti belum selesai mama bercerita, kalian sudah tertidur. Terutama kedua anak laki-laki ganteng Mama ini," ujar Mama sembari mengusap kepala Adhitya dan Andika secara bergantian.

"Ya," ujar Ketiga anak-anaknya.

Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut” Artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup, dan dengan nama-Mu aku mati," mereka berdoa serempak.

"Kisah Panji Semirang," tiba-tiba suara mama terdengar indah, tidak seperti suara mama. Seperti suara MC yang pernah Adhita dengar di TVRI. Suaranya indah sekali.

"Itu tadi suara Mama," tanya Adhitya dan Andika sembari bangkit dari tempat tidur, mereka menatap mamanya dengan tercengang

Mama tidak menjawab. Ia hanya membalas dengan tersenyum manis

"Ayo jangan banyak tanya. Itu baru judulnya. Kalau banyak tanya, kapan ceritanya," ujar Adhita

Kedua adiknya menganguk dan kembali berbaring di sebelah mamanya

"Hmmm, benar juga kata Papa tadi bahwa mama pintar mendongeng. Ini baru mendengar mama membaca judulnya saja, kedua adiknya sudah melotot saking tercengangnya," bisik hati Adhita

Sebenarnya bukan kedua adiknya saja yang tercengang mendengar suara mama, Adhita juga begitu. Karena memang baru kali ini mereka menyaksikan suara mama saat mendongeng. Namun, Adhita tidak ingin banyak mengomentari, karena ia sudah tak sabar mendengarkan cerita Panji Semirang dari mulut mamanya.

"Ayo teruskan Ma," ujar Adhita

Mama Adhita tersenyum

"Dahulu, sebuah Kerajaan bernama Jenggala memiliki putra mahkota bernama Raden Inu Kertapati. Beliau berwajah rupawan, badannya tegap, dan sangat ramah kepada siapa saja tanpa memandang status dan jabatannya," ucap Mama dengan nada dan irama yang tegas seakan meyakinkan bagaimana gagah perkasanya Raden Inu Kertapati tersebut

Ketiga anaknya serius dan terpukau mendengarkan mamanya bercerita

"Raden Inu Kertapati memiliki seorang tunangan bernama Dewi Galuh Candra Kirana, putri Kerajaan Kediri. Dewi Galuh Candra Kirana terkenal bukan saja karena keelokan parasnya, tetapi juga karena keelokan budinya. Sehingga tak heran ia sangat termasyur ke seluruh pelosok negeri," mama melanjutkan ceritanya dengan nada dan irama suara yang lemah lembut indah memesona, seakan memancarkan kecantikan dan kesantunan Dewi Galuh Candra Kirana tersebut.

Mama terdiam sejenak, dan ia bolak-balik memandang ketiga buah hatinya yang menunggu kelanjutan ceritanya.

"Suatu hari, Raden Inu Kertapati pergi ke Kerajaan Kediri untuk menemui tunangannya. Rombongannya lengkap dengan perbekalan dan pengawal yang siaga", jelas Mama sembari menirukan suara derap langkah kaki

Suara langkah kaki yang keluar dari mulut mama ini persis seperti langkah kaki para prajurit sedang apel pagi yang pernah Adhita saksikan di lapangan dekat sekolahnya. Persis sekali.

Adhita bangkit sedikit dengan menopang kepalanya dengan tangan kirinya, sehingga ia bisa melihat mama dan kedua adiknya. Ia lihat ternyata mata keduanya masih terbuka. Mereka belum tertidur. Biasanya baru awal cerita mereka sudah ketiduran. Apalagi adik bungsunya Andhika, belum apa-apa sudah tidur duluan. Ternyata kali ini tidak demikian. Mungkin karena seru mendengar suara Mama yang asyik saat mendongengkan.

Mama melanjutkan ceritanya

"Namun tiba-tiba, di tengah perjalanan, rombongan Raden Inu diberhentikan oleh gerombolan dari Negeri Asmarantaka yang dipimpin oleh Panji Semirang. Raden Inu langsung bersiap-siap jika seandainya harus bertempur", ucap mama sembari menirukan genderang dan suara terompet dengan mulutnya

Mendengar mama menirukan genderang dan terimpet, Adhitya menirukan suara tersebut dan disusul oleh Andhika. Hebatnya keduanya bisa menirukan dengan pas, sehingga genderang dan terompet tersebut enak didengar.

"Wow, ada trio nich," seru Adhita sembari tersenyum

"Stop," kata mama sembari meletakkan telunjuknya di bibir kedua anak laki-lakinya secara bergantian.

Seketika itu juga Adhitya dan Andhika berhenti menirukan suara genderang dan terompet.

Mama melanjutkan ceritanya

"Tetapi, gerombolan tersebut tidak menyerang mereka. Mereka hanya meminta Raden Inu untuk bertemu dengan pemimpinnya, Panji Semirang," ujar Mama sembari mengeluarkan suara musik dengan nada misterius dari mulutnya yang cantik

Adhita, Adhitya, dan Andhika sungguh terpukau mendengarkan kemahiran mamanya dalam bercerita dan menirukan beragam suara. Mereka semakin tertarik dengan kelanjutan cerita Panji Semirang tersebut. Mereka ingin tahu lebih banyak lagi suara apa saja yang akan ditirukan oleh Mama pada babak selanjutnya