PENARI BALI (36)

Tantangan Hari ke-349

#TantanganGurusiana

28 Desember 2020

NARASI TARI TENUNAN

Tak terasa latihan tari Bali yang Adhita ikuti telah memasuki bulan ketiga. Meski menurut skedul latihan normal sesuai aturan sanggar Adhita masih berada pada level tari Pendet, namun pada bulan kedua ia telah menguasai Tari Panji Semirang dengan cara latihan secara mandiri. Selanjut pada bulan ketiga ini ia memiliki target menguasai tari Tenun.

Sama halnya saat mempelajari Tari sebelumnya, Adhita mendengarkan penjelasan Pak Ketut tentang nama gerak tari, memperhatikan para peserta melakukan latihan , kemudian ia mencatat dalam buku catatannya.

Adhita mencatat di buku catatannya sesuai dengan penjelasan yang dituturkan oleh Pak Ketut saat latihan kepada para peserta tari

Seperti tari yang lainnya setiap memulai latihan selalu diawali dengan teori penjelasan tentang nama-nama gerakan. Termasuk nama-nama gerakan dalam tari tenun. Namun, saat latihan pada bulan ketiga ini juga ada penyampaian narasi tentang maksud dari masing-masing tari, termasuk tari tenun. Narasi Masing-masing tari tersebut kelak juga akan disampaikan saat ujian dan pementasan dari masing-masing tersebut. Jadi, latihan penyampaian narasi dilatih mulai pada bulan ketiga, karena bulan keenam kita akan ujian. Begitu tutur Pak Ketut.

Narasi tari di sampaikan oleh Kak Dinda dan Kak Yeni secara bergantian, kecuali saat latihan tari Legong. Sebab tari legong penarinya adalah mereka berdua, tak mungkin mereka pula yang menyampaikan narasi tersebut. Khusus penyampaian narasi tari legong akan diseleksi dari peserta lainnya. Peserta seleksi terpilih akan ditentukan pada bulan keempat. Demikan penjelasan dari Pak Ketut.

Adhita berharap kelak ia yang akan terpilih menyampaikan narasi untuk tari Legong. Oleh karena itu ia menyimak dengan serius bagaimana cara penyampaian narasi yang bagus. Ia menyimak bagaimana cara Kak Dinda dan Yeni menyampaikan narasi, termasuk narasi tari tenun.

Latihan Tari Tenun siap dimulai. Kak Dinda dan Yeni telah berdiri di depan para penari untuk membaca narasi tari tenun.

"Sanggar Tari Bali akan mempersembahkan sebuah tari berjudul "Tari Tenun", ujar Kak Dinda dengan suara yang indah

"Tari Tenun adalah tari yang diciptakan oleh dua orang seniman Bali, yakni Nyoman Ridet dan Wayan Likes pada tahun 1957," ujar Yeni dengan suaranya yang tak kalah indah dengan suara kak Dinda.

Kak Dinda melanjutkan narasi yang disampaikan oleh Yeni

"Cerita yang diangkat dalam tari Tenun ini menggambarkan tentang penenun-penenun wanita dari desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana. Tari ini identik dengan gerakan khas seorang penenun, yang masih bisa kita jumpai di beberapa tempat di Bali sampai saat ini, seperti di daerah Sidemen, Karangasem, dan Klungkung"

Yeni menyambung narasi Kak Dinda

"Gerakan tarian ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun, dan diakhiri dengan menenun. Sebagian gerak-gerak dalam tari ini masih mengacu pada unsur-unsur tarian klasik, namun sebagian lagi telah ditambahkan dengan gerak-gerak imitatif. Gerak-gerak imitatif tersebut terlihat pada saat penenun mengerjakan pekerjaannya, misalnya sedang memintal benang dan menenun".

Yeni masih terus melanjutkan narasinya

Selain gerakannya yang unik, busana yang dikenakan leh para penari tenun juga indah. Biasanya identik dengan warna-warna cerah, seperti kuning, hijau, dan merah. Hiasan kepala yang khas juga menambah keindahan. Hiasan kepala ini disebut lelunakan.

Terakhir dengan suara keras dan tegas Kak Dinda bertutur

"Pelatih tari: I Ketut Adira

Penyampaian narasi:

Dinda Asmara Dewi

Yeni Puspita Kemala

Suara Kak Dinda melunak tetapi masih terdengar jelas dan indah saat menyampaikan kata penutup dari narasinya tersebut

"Penonton yang berbahagia, inilah pementasan tari Tenun dari sanggar Tari Bali Gelanggang Olahraga Bogor. Selamat menyaksikan"

Adhita baru sekali ini mendengar penyampai narasi saat latihan tersebut. Adhita mencatat semua narasi yang disampaikan oleh Kak Dinda dan Yeni di buku catatan. Ia kagum dengan cara Kak Dinda dan Yeni saat menyampaikan narasi tersebut. Apalagi kepada Yeni, si kecil imut cantik. Padahal ia baru duduk di kelas 1 SD.

"Jadi, nampaknya umur bukanlah penentu kepandaian seseorang, tetapi faktor pengalaman dan latihan yang terus menerus membuat seseorang itu pintar menguasai suatu keahlian," gunam Adhita

"Dhita akan berlatih menyampaikan narasi seperti yang dicontohkan oleh Kak Dinda dan Yeni. Semoga Dhita juga bisa seperti Kak Dinda dan Yeni," bisik hati Dhita