Untuk sampai ke level pengabdian menjadi guru tidak seperti membalikkan telapak tangan. Semuanya ada proses. Proses penguatan penguatan. Dan itu tidak gampang. Banyak persoalan dan rintangan yang dihadapi.

Tentu ada pengorbanan dan bayaran atas apa yang dicapai. Tidak mungkin tetiba saja kesuksesan itu datang.

Kehidupan itu seperti jalan raya. Kendaraan satu dengan kendaraan lainnya berada pada satu ruas jalan. Masing masing berjalan menuju tujuannya.

Perlu aturan. Agar tidak terjadi kecelakaan. Jarak antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya pun saling menjaga diri. Agar tidak terjadi kecelakaan.

Kalau tidak....

Yaaaa. Gesekan akan menggores badan mobil. Atau mungkin tabrakan kecelakaan.

itu biaya atas apa yang hendak dituju. Apakah gesekan dan tabrakan itu sia-sia? Sungguh tidak. Pengalaman-pengalaman adalah pelajaran yang sangat berguna. Bagi mobil yang kuat. Dia kan terus dipergunakan dan terus berjalan sampai akhirnya.

Tapi bagi kendaraan yang hancur. Tamatlah sudah . terima lah nasib untuk sebagai kenangan atau hanya sebagai rongsokan.

Kamu pilih mana?

Tidaklah mungkin berjalan sendirian tanpa kendaraan lain. Berjalan sendirian pun ada resiko. Daerah pasawangan ada penyamun dan perampok juga binatang buas.

Semuanya ada pilihan. Dan ada resiko. Sesuatu yang harus di bayar.

Bukankah semakin tinggi pohon, angin semakin kencang?

Dan akarpun akan semakin dalam.

Pengabdian adalah level tertinggi dari perjuangan.

Guru yang pintar itu mahal...

tapi guru yang peduli dan ikhlas itu jauh lebih mahal.

Kata mas nadiem...

Tantangan ke-7