Kusampaikan keinginanku untuk melanjutkan kuliah S2 di UNP kepada suami. Beliau mengizinkan dan mendukung keinginanku. Ku pikir putraku sudah berumur 2 tahun. Sudah bisa rasanya ku tinggal sabtu minggu untuk kuliah. Kalau anakku sudah bertambah mungkin gerak langkahku akan terbatas. Inilah saat yang tepat.

Pagi pukul 8.00 berangkatlah kami ke UNP untuk mendapatkan informasi pendaftaran mahasiswa S2 jalur beasiswa kerjasama dengan diknas. Ternyata hari ini adalah hari terakhir pendaftaran. Kutanyakan segala persyaratannya, siapa tahu bisa kupenuhi hari ini juga. Aku juga sudah bersiap siap membawa setumpuk dokumen ijazah jika di perlukan.

Semua persyaratan bisa kupenuhi saat itu juga. Tetapi ada satu persyaratan yaitu rekomendasi dari diknas setempat untuk mengikuti program beasiswa ini.

“Apakah itu harus?” , tanyaku pada penerima pendaftaran.

“tentu saja buk! dan itu hari ini terakhirnya”, jawabnya.

Surat rekomendasi dari diknas Bukittinggi. Aku harus mendapatkannya. Tapi mana mungkin aku bisa mendapatkan surat itu. aku tercatat sebagai pegawai di kementerian agama. Berbeda jalurnya. Tidak mungkin orang mau memberikan surat itu. toh memang berbeda instansi.

Sebenarnya di kementerian agama ada beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan. Tetapi tempatnya jauh. Yaitu di Pulau Jawa. Bagaimana aku bisa meninggalkan putraku selama dua tahun ke pulau jawa. Itu tidak mungkin. Kalau di Padangkan bisa sabtu minggu saja. Tempatnya tidak terlalu jauh.

Baiklah mungkin memang belum rezeki ku untuk melanjutkan pendidikan kali ini. Ku berharap suatu saat nanti IAIN Bukittinggi membuka program pascasarjana jurusan matematika. Dan aku akan menjadi salah seorang mahasiswanya. Selain tempatnya dekat dengan rumahku. Aku pun tidak berada jauh dari putra putriku saat ini.

Pekerjaan, pendidikan dan keluarga haruslah seimbang. Mereka adalah 100%. Tiada yang ditinggalkan. Takdir akan membaginya pada saat yang tepat.