Fitria Osnela

Seorang guru honorer. Penyuka Puisi dan Cerpen. Tulisannya tergabung dalam beberapa antologi cerpen dan puisi yang sudah terbit yaitu Cerpen Melawan Tuan ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Mengapa Saya Harus Menulis?

Selepas mengikuti pelatihan Sawahlunto Menulis yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 Februari kemaren, di pikiran saya masih terngiang tentang materi tugas 1 dari bundo Yasmi dan Mas Eko. Tugas itu mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa saya tidak bisa menulis?”. Setelah saya merangkai beberapa poin tentang mengapa saya tidak bisa menulis, saya kembali berpikir, seharusnya saya tidak menuliskan apa yang membuat saya tidak bisa. Bukankan seharusnya saya mencari sebuah alasan yang tepat mengapa saya harus menulis. Karena dasar itulah nanti yang akan jadi motivasi dari dalam diri untuk saya bisa menyelesaikan tulisan, walaupun saya masih terseok-seok dan berjalan serupa kura-kura dalam menulis.

Saya mengingat dan mulai berpikir bahwa menulis mungkin adalah salah satu cara yang tepat bagi saya untuk merawat kenangan. Kenangan tentang apapun itu. Saya seorang introvert, menulis juga bisa menjadi media katarsis bagi saya untuk melepaskan dan meluahkan hal-hal yang saya rasakan. Seperti dalam sebuah film Bollywood berjudul Baghban. Film itu bercerita tentang seorang ayah yang menulis kisah tentang anak-anaknya yang tidak mau merawat ia dan istrinya ketika sudah pensiun dan tidak lagi bekerja. Si ayah lalu menuliskan semua yang dirasakannya dalam sebuah tulisan. Hingga akhirnya seseorang menerbitkan tulisannya menjadi sebuah buku.

Film itu dulu saya tonton bersama teman-teman di lokasi KKN. Ada yang paling saya ingat hingga hari ini tentang kata-kata si ayah sang pemeran utama “Tulislah apa yang ditunjukan kehidupan kepadamu!”. Maka mulai hari ini, setelah mengikuti pelatihan Sawahlunto Menulis ini, saya kembali memperbarui tekad dalam menulis. Bahwa saya ingin menjadi penulis kehidupan. Mulai menuliskan agar saya tak lupa pada kehidupan yang telah membentuk saya hingga hari ini; baik itu kebahagiaan, kesedihan, rasa malu, apapun. Bukankah menulis dapat menjadi salah satu media melawan lupa pada kenangan kita sendiri? Kenangan yang di masa depan akan membuat kita tersenyum, tertawa, menahan malu, atau menangis membacanya. Ya, kita mulai menulis untuk diri sendiri. Jika nanti tulisan kita disukai oranglain, itu hanyalah bonus. Tapi satu hal yang penting, apapun yang ditulis dengan hati akan terasa oleh hati. (***)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa. Tulisannya renyah dan mantap

01 Mar
Balas

Terimakasih pak..salam kenal pak

02 Mar

Kenapa saya menulis? 1. Mengasah keterampilan literasi 2. PKB 3. Mengaktualkan sebuah perjalanan biar generasi mendatang mengetahuinya 4. Menuliskan inovasi dalam pembelajaran.

01 Mar
Balas

Nah ini yang lebih komplit alasannya..terimakasih ibu

02 Mar

Kenapa harus menulis ... Karena harus meninggalkan jejak, karena melegakan rasa, karena menambah ilmu, karena dan masih banyak karena yang lain. Teruslah menulis. Tulisannya keren bun, barakallah.

01 Mar
Balas

Benar ibu, karena kita harus meninggalkan jejak. Terimakasih ibu,

02 Mar

Semangatt menulis yaa Bunda. Salam kenal dari Pasaman

01 Mar
Balas

Semangaat bunda.. Salam kenal bunda. Saya dari sawahlunto.

02 Mar

Selamat ya Bu, salam kenal.

01 Mar
Balas

Terimakasih bu. Salam kenal

02 Mar



search

New Post