Beku
Kau sungguh memesona, Dik
Rambut hitammu terurai
Dengan bilah-bilahnya yang lembut
Matamu menatapku binar
Kau sungguh tanpa cela ,Dik
Suaramu seperti suling perdu
Dengan notasi-notasi menghipnotis
Membisikku merdu
Namun kau tak lagi kujangkau
Bola matamu menghindar saat kutatap
Langkahmu berpaling
Kau asing
Hatimu,Dik
Kini beku
Umpama gunung dengan pepohon bersalju
Haruskah kutunggu hingga musim berakhir?
Atau kucari saja hangat hatimu
Pada musim yang lain.
Muara Teweh,18 Jan 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen puisinya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih,pak.salam literasi