Fitri Hariana

Penulis adalah Alumni Pelatihan SAGUSABU 2 Medan. Penulis, Fitri Hariana, Lahir di Medan, 13 Agustus 1980. Ibu dari 3 orang anak. Alumni SMA Negeri 10 (sekara...

Selengkapnya
Navigasi Web

Belajar Menganalisa Kepribadian Dari Tulisan Tangan Siswa

Setiap guru pasti pernah bahkan harus membaca tulisan tangan murid -muridnya. Minimal, kita membaca tulisan tulisan murid kita saat musim ulangan tiba. Beragam bentuk model dan tulisan tangan murid akan kita temui. Dari yang tulisannya rapi, jelas dan menarik sampai tulisan yang amburadul, tak jelas bahkan ada juga yang sampai tak bisa dibaca membuat sakit mata juga pusing kepala. Hla bagaimana tidak, kalo sudah kesekian kalinya dibaca pun tetap tak jelas jua apa maknanya. Hanya goresan pena yang menunjukkan sederetan kata merangkai kalimat, namun sepertinya hanya dia dan Tuhan lah yang tahu maksud tulisannya.

Lantas, apakah sebagai guru kita akan menyerah dengan membuang tulisan tangan siswa yang tidak mudah terbaca? Tentu tidak. Justeru, saat menemukan tulisan tangan yang susah dibaca malah membuat kita menjadi tertantang. Meski harus mengeluarkan energi lebih banyak. Entah itu dengan berkali-kali mengeryitkan dahi. Membelalak dan memicingkan mata dengan harapan bisa lebih fokus. Bahkan mungkin ada yang sampai bertumpu dengan sebelah tangan menyangga kepala. Tangan kiri menyangga kepala, dengan telapak tangan menempel di pipi atau memegang dahi, sementara tangan kanan memegang pena dan kertas yang berisi tulisan tangan siswa tadi.

Begitu pula dengan saya. Baru kemarin, Selasa siang, 17 September 2019 saya menemukan tulisan tangan siswa yang unik. Sangking uniknya, saya sampai jemu untuk bisa membaca dan memahami maksudnya. Sempat khilaf dan sedikit kesal. Dalam hati ngedumel.

“Sakit kali lah mata membaca model tulisan macam begini. Ini salahnya dimana ya? Sampai murid SMA kelas sepuluh model bentuk tulisannya begini?”

Ampun rasanya. Kalau di sekolah kebagian masuk mengajar 8 kelas, dikali 36 murid per kelasnya saja sudah lebih dari 250 lembar minimal yang harus kita .periksa. Andai semua tulisan anak didik rapi dan mudah dibaca saja, dalam jangka masa tertentu mata tetap akan terasa lelah. Butuh waktu untuk relaksasi dan penyegaran dan istirahat. Apalagi kalau sampai menemukan tulisan tangan murid yang acak-acakan. Dibilang tulisan cakar ayam bukan, cakar bebek apalagi. Mbohlah

“ Nemu satu dua tulisan model begini saja, sudah muter-muter mata membacanya. Apalagi kalo nemu sepuluh!”

Terus membatin berdoa dalam hati, “Ya Allah, kumohon, baguskanlah tulisan murid-muridku ke depannya. Biar gak cepat rusak mata gurunya.” Hihihihi. Begitulah kalau tipe gurunya kurang sabar seperti saya ya.

Tergelitik karena penasaran ingin mengetahui bagaimana reaksi dan komentar orang lain saat membaca tulisan tangan model gak jelas begitu, akhirnya saya foto tulisan tangan itu dan posting ke halaman facebook. Bukan bermaksud mengeluh, pamer apalagi riya. Barangkali saja saat saya posting, ada juga beberapa rekan guru lainnya yang pernah mengalami nasib serupa. Dan bisa memberi saran yang bisa menyabarkan sekaligus menyadarkan saya. Bahwa, murid-murid ini istimewa. Amanah yang harus dijaga dengan sepenuh hati dan jiwa raga. Keikhlasan tak boleh tercela oleh setitik noda rasa lelah. Apalagi sampai sumpah serapah. Astaghfirullah. Sejujurnya, saat kita sedang menulis tentang sesuatu, sejatinya kita sedang berbicara dengan hati nurani kita. Ada sisi dari ruang hati kita yang berbicara, “ Sabar, inilah salah satu ladang amal jariyah, yang tak kan pernah terputus pahalanya meski nanti kau telah meninggal dunia.” Masya Allah. Subhanallah.

Saya menerima banyak emoticon dan beragam komentar dari postingan saya. Ada emoticon tertawa, takjub, menangis sedih, atau sekedar memberi tanda jempol alias suka atau Like. Meski saya bukan pemburu like, namun tetap saja respon yang diberikan orang lain terhadap postingan kita, bisa menjadi umpan balik mengenai kecendrungan kesukaan orang terhadap postingan kita. Komentar-komentar pun terpampang nyata. Leluasa untuk saya simak dan baca.

“ Tulisan calon dokter itu Bu Guru.”, komentar beberapa teman.

“ Mungkin dia lelah Bu Guru.”, komentar teman lainnya.

Ada juga komentar bernada sinis, “ Ampooon lah Bu, pening bacanya!!!”, diakhiri dengan emoticon tepok jidat.

“ Mungkin pengaruh gadget!”, timpal komentar lainnya.

Komentar yang menyejukkan, turut meramaikan,

“ Sabar Bu Guru sayang, kayaknya pas nulis ngantuk dia. Baca pesan Cinta-Nya.”

Walah, masuk juga komentar berpemahaman tauhid. Yang mengingatkan bahwa segala sesuatu hanya akan terjadi atas Izin-Nya. Langkah, rejeki, pertemuan, maut Allah yang menentukan. Baca pesan Cinta-Nya. Berarti diminta lebih sabar. Kalau perlu berusaha mengeksplorasi, mengutip setiap hikmah yang tercecer dari setiap peristiwa dan sesi pengajaran kenapa Allah mengirimkan siswa bertulisan tangan istimewa hahaha.

Muncul pula komentar menghakimi dan membanding-bandingkan, seperti ini,

“Tuh dari start SD tidak diperhatikan sama orang tuanya, jadi keterusan sampe ke jenjang berikutnya. Anak sekarang mau cepat aja kalo nulis. Makanya anak awak Bu Guru, dari strat SD kalo tulisannya jelek pas belajar langsung saya hapus, diperiksa trus bukunya, harus dibuat yang sebagusnya, biar terbiasa, kalo dibiarkan aja, ya seperti itu contoh jadinya ya Buk Guru.”

“ Ibu, dari tulisan ini sebenarnya bisa dibaca karakter anaknya, saya pernah pakai jasa membaca tulisan di Bandung, jangan salah lo, gini-gini tulisan jeleknya tahun akan datang astronot pula.” Komentar bijaksana ini ditulis oleh Ibu Nela Yanti Despan. Kepala Sekolah SD Darul Ilmi Murni, tempat dimana awal mula saya dipertemukan dengan Mediaguru dalam kelas Sagusabu, selama dua hari, Sabtu – Minggu, 26 – 27 Juni 2019. Bu Nela merupakan kepala sekolah penggiat Literasi. Dan ikut bergabung dalam wadah komunitas IPPSU (Ikatan Pendidik Penulis Sumatera Utara).

Ohya juga ya. Sebagai seorang guru kita tidak boleh menghakimi kemampuan apalagi sampai memprediksi gagal suksesnya seorang peserta didik hanya berdasarkan model bentuk dan kerapian tulisannya. Dari komentar bijaksana seorang kepala sekolah SD mengingatkan saya tentang satu ilmu yang disebut Grafologi. Akhirnya saya pun berselancar di dunia maya untuk mencari tahu tentang ilmu menganalisa tulisan tangan untuk mengetahui kepribadian (Fitri Hariana).

Grafologi merupakan sebuah ilmu yang menganalisa tulisan tangan untuk mengetahui kepribadian. Kita bisa membaca kepribadian seseorang dari tulisan tangannya.

Menurut grafolog Deborah Dewi, tulisan tangan bukan hanya sebuah seni tetapi juga memiliki kekuatan tersendiri. Kombinasi pola layout, pergerakan, kecepatan, ukuran, kemiringan, jarak, tinggi, lebar, tekanan, bentuk huruf secara detail, koma bahkan tanda titik ketika diintegrasikan dengan tepat bisa menggambarkan karakter pemilik tulisan tangan.

Debo sapaan akrab Deborah merupakan satu-satunya grafolog Indonesia dengan Standar Kompetensi Tenaga Kerja yang sudah di validasi di 83 negara, Standard Competence EC-0293 sebagai Graphologist Expert dan tervalidasi oleh Apostille The Hague Conventio. Ia pun mengungkapkan ada beberapa cara sederhana yang bisa dilihat untuk mengetahui karakter seseorang dari tulisan tangannya. Apa saja?

1. Kombinasi Pola Layout

Tulisan tangan Oprah Winfrey Foto: Istimewa

2. Movement

Movement merupakan pergerakan kemiringan tulisan, bisa dilihat dari bentuk hurufnya. Movement dalam tulisan tangan menunjukkan pola interaksi sosial dan hubungan dengan seseorang. "Movement ini bisa dilihat bagaimana tulisannya apakah tiba-tiba kecil atau besar. Jika tulisan statis hampir selalu sama hurufnya, kemudian terlihat seperti diketik yakni spasi hampir sama, maka dia lebih nyaman menjadi independent," ujar Debo.

Tulisan tangan Nelson Mandela Foto: dok. BBC

"Sementara itu tulisan Nelson Mandela bisa dilihat dia karakternya dinamis, bisa menggerakkan seseorang. Tulisannya tiba-tiba kecil dan besar," tambahnya.

3. Form Form merupakan tulisan yang terlihat berbentuk ada yang tajam dan bulat. Bentuk tulisan tersebut merupakan karakter dorongan internal yang mempengaruhi cara berperilaku.

"Kalau bulat tipe yang inginnya nyaman, menghindari konflik dan pendekatannya lebih diplimatis. Jika tulisannya tajam berarti dia seseorang yang ulet, tekun dan gigih, to the point," terang Debo. (agm/eny)Anggi Mayasari - wolipop Selasa, 23 Okt 2018 18:11 WIB(Fitri Hariana).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin. Doa yang sama buat bunda Raihanah Rasyid. Doa terbaik untuk murid-murid kita. Individu-individu unik yang setiap orangnya adalah sosok istimewa. Terimaksih sudah berkunjung, membaca dan memberi komentar di hampir setiap tulisan saya bunda. Sangat berarti bagi saya yang sedang belajar menulis ini.

19 Sep
Balas

Masya Allah, Bu Guru luar biasa cermat dan teliti. Semoga, bagaimana pun bentuk tulisan anak-anak kita, kelak mereka menjadi anak-anak yang dapat ambil bagian dalam mengisi pembanguanan bangsa tercinta ini. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu, Bu Guru. Barakallah.

19 Sep
Balas



search

New Post