Fitri Hariana

Penulis adalah Alumni Pelatihan SAGUSABU 2 Medan. Penulis, Fitri Hariana, Lahir di Medan, 13 Agustus 1980. Ibu dari 3 orang anak. Alumni SMA Negeri 10 (sekara...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kabut Cinta

Kabut Cinta

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe-175

Kabut Cinta

Oleh : Fitri Hariana

Desi begitu sukacita saat menerima pesan WA dari Tomi. 2 tahun usia pernikahan telah mereka lalui meski belum dikaruniai momongan.

[Yang aku pulang sore ini] chat Tomi.

[Sungguhkan? Alhamdulillah. Hati-hati di jalan ya Mas. I miss you] balas Desi.

Bergegas ia rapikan meja kerjanya sebagai staf administrasi di sebuah perusahaan swasta. Ia ingin segera pulang. Mandi, memakai pakaian yang indah. Pokoknya ia ingin terlihat cantik dan seksi. Sudah 2 bulan Tomi tidak pulang ke rumah. Tugasnya sebagai staf di Badan meteorologi dan Geofisika mengharuskan Tomi stay di stasiun BMKG di daerah gunung berapi.

Desi sendiri tidak pernah ditawari oleh suaminya agar ikut pindah ke tempat tugasnya.

" Sayang dong Yang kalo kamu berhenti kerja. Apalagi gajimu kan lebih tinggi dari aku. Bisa bantu bayar cicilan kredit rumah dan mobil kita" alasan Tomi saat Desi pernah mengutarakan keinginannya untuk resigne dari tempat kerjanya. Desi ingin bisa selalu dekat dengan suaminya. Sehingga Tomi tidak harus pulang setiap 2 atau 3 bulan sekali.

"Tapi orangtuaku sudah ingin kita punya anak" jawab Desi.

" Sabar. Tunggu kita mapan dulu. Minimal kredit mobil lunas. Dan rumah yang di puncak juga," jawab Tomi beralasan.

Mereka memang mengambil kredit perumahan di daerah pegunungan tempat Tomi bertugas. Gaji Tomi yang hanya sepertiga gaji Desi hanya cukup untuk kebutuhan makan harian, rokok dan listrik serta keperluan pribadi Tomi. Bahkan untuk membayar cicilan rumah yang mereka beli hampir tiap bulan Desi yang membayar dengan sistem potong gaji. Meski begitu rumah yang mereka beli tetap atas nama Tomi, karena Tomi beralasan akan lebih mudah mengurus surat-surat karena dekat dengan tempat tugasnya. Tomi juga yang saat ini menempati rumah itu.

Sementara di kota tempatnya bekerja Desi menyewa rumah kontrakan dengan satu kamar. Sudah hampir setahun Desi tidak pernah melihat rumah mereka yang di puncak. Bukan karena Desi tidak mau. Namun berkali-kali Tomi melarangnya.

" Gak usah deh Yang..nanti kamu capek. Perjalanannya kan jauh hampir 6 jam. Lagian kamu juga gak bisa lama-lama kan ambil cuti. Sayang loh kalau gajimu dipotong. Nanti aku aja yang datang ya, aku usahakan setiap 2 minggu sekali," jawab Tomi setiap Desi menelpon mengatakan rindu dan ingin liburan di rumah mereka yang di puncak. Namun janji tinggal janji. Janji datang 2 minggu sekali malah menjadi 2 atau 3 bulan sekali.

" Hlo..ini aku sudah mau berangkat loh ke kota. Makanya kamu jangan kemari" ujar Tomi suatu kali.

" Ya sudahlah... aku tunggu ya" jawab Desi menarik nafas.

Hampir isya biasanya Tomi baru tiba di kontrakannya.

" Aku laper Yang..kamu masak apa?" Tanya Tomi.

" Aku masak ikan nila bakar kesukaan Mas, yuk makan" jawab Desi.

Desi sebenarnya ingin sesekali diajak jalan-jalan saat Tomi pulang. Namun alasan Tomi selalu membuatnya harus menelan ludah.

" Aku capek Yang..ingin istirahat saja"

Selesai makan malam Tomi bergegas mandi. Dan tak lama langsung terlelap di tempat tidur. Desi merasakan kerinduan yang meronta. Sudah 2 bulan suaminya tak pulang. Sebagai istri, jujur saja ia merindukan nafkah bathin. Hingga pagi Desi harus menerima kenyataan kalau malamnya garing meski Tomi tertidur di sampingnya.

" Bagaimana mau punya anak kalau seperti ini" desah Desi.

Pagi-pagi Tomi sudah bangun dan mandi. Selesai sarapan Tomi mendekati Desi dan berkata,

" Yang..aku mau pergi sebentar ya...ada janji dengan teman karena ada pesanan kantor yang harus aku ambil. Ohya..kamu punya uang gak? Bagi sedikit dong. Aku belum gajian ini. Ada yang mau aku beli," pintanya.

" Mau kemana Mas..aku ikut ya?" Pinta Desi.

" Gak usahlah..nanti kamu capek. Nanti sore deh kita jalan setelah urusanku dengan teman selesai" jawab Tomi.

Tomi menstater mobil dan pergi meninggalkan Desi. Desi kembali ke kamar dan menemukan kalau gawai Tomi tertinggal. Desi berlari memburu Tomi yang sudah keluar pagar.

" Mas..hape kamu ketinggalan ini. Mas..!" teriak Desi. Namun Tomi tidak mendengar.

Desi sedang membaca novel di Minggu pagi itu, saat tiba-tiba gawai Tomi berdering. Ada panggilan. Tertera nama Mama.

Desi berkenyit. Merasa heran. Sejak kapan Tomi memanggil ibunya dengan sebutan Mama.

Pada deringan kedua Desi mengangkat telpon. Belum sempat dia menjawab, suara manja seorang wanita terdengar di sebrang telepon.

" Mas...cepetan dong pulang. Aku repot nih. Tadi malam gak bisa tidur. Nasya nangis melulu. ASI ku juga kurang banyak. Jangan lupa beli susu formula bayi buat Nasya. Untuk tambahan susunya.".

Glek. Desi terdiam. Lidahnya kelu. Dia bingung mau menjawab apa.

Perempuan di sebrang sana berkata lagi...

" Mas... sabun, lulur, lipstik ku juga habis. Sekalian belikan aku lingerie yang sudah mas janjikan ya. Awas loh kalo gak. Aku suruh bobok di luar nanti. Ohya jangan lupa besok jadwal imunisasi Nasya bulan pertama. Anterin aku ke rumah sakit ya. I love you mas Tomi mmuach," ucap perempuan itu.

" Ohya..jangan lupa..kirim salam sama ibu Mas. Ajakin dong ibu kamu kemari. Bilangin deh menantunya pengen dijenguk nih. Kan aku udah kasih cucu buat ibu kamu,"

Terdengar suara tangisan bayi dari sebrang telepon.

" Udah dulu ya Mas..Nasya bangun nih. Rewel terus dia. Baru juga kamu tinggal semalam. Nasya sudah rindu sama papanya,"

Pandangan Desi serasa berkunang-kunang. Ia merasa ada palu godam yang dihantamkan ke kepalanya.

"Ting.." bunyi notifikasi pesan masuk melalui WA.

Desi membuka pesan dari nama "Mama"

" Nih lihat Nasya rindu dan lagi nenen" tulis pesan yang disertai foto seorang perempuan muda menyusui bayinya. Dia sengaja mengirim foto Payudara montoknya yang sedang menyusui bayi mungil".

Desi gemetar melihat foto itu.

Tak lama kemudian.

" Ting".

Perempuan itu kembali mengirim foto dengan kalimat sensual penuh rayuan kepada suaminya yang membuat Desi mual. Foto perempuan itu setengah telanjang sedang bercumbu dengan Tomi, dengan perut buncitnya sebelum melahirkan.

" Cepat pulang ya. Masa sih mas gak rindu sama aku. Aku udah berhenti nifas loh. Kalau mas mau buat dedek lagi untuk Nasya, aku udah bisa kok melayani Mas lagi..mmuah"

Seketika Desi limbung. Merasakan ulu hatinya nyeri sekali. Sungguh kejam sekali Tomi. Kabut cinta yang selama ini Desi rasakan, saat ini telah terurai.

Lubuk Pakam, 7 Juli 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bund..Salam kenal..Sukses bund...

07 Jul
Balas

Terimalasih bunda. Salam kenal kembali. Sukses juga buat bunda.

07 Jul

Luar biasa. Salam Literasi dan salam kenal dari Pesisir Selatan Sumatera Barat.

07 Jul
Balas

Makasih Pak...slaam kenal kembali.

07 Jul



search

New Post