Fitri Hariana

Penulis adalah Alumni Pelatihan SAGUSABU 2 Medan. Penulis, Fitri Hariana, Lahir di Medan, 13 Agustus 1980. Ibu dari 3 orang anak. Alumni SMA Negeri 10 (sekara...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kidung Sunyi

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe-160

Kidung Sunyi

Oleh :Fitri Hariana

Lembayung jingga mulai menghias cakrawala senja. Angin semilir menghantarkan hawa dingin yang dibawa oleh hujan gerimis. Langit mulai temaram. Perpindahan waktu dari sore ke malam hari adalah waktu yamg kusuka. Meski biasanya banyak orang yang lebih memilih masuk ke dalam rumah. Namun aku selalu menikmati aura menggelapnya petang dari pohon mangga di sudut halaman depan rumah yang kurang terpapar cahaya lampu.

"Ehm....harum", batinku membaui aroma parfum non alkohol yang menguar di udara. Aku menoleh pada sosok lelaki muda berbaju koko putih yang baru pulang dari mesjid. Senyumku selalu terkembang setiap melihat raut wajahnya yang bersih dan teduh seusai menunaikan sholat berjama'ah. Sesaat, dia menoleh ke arahku. Tersenyum lembut penuh arti.

"Pulanglah. Agar jiwamu tenang" ucapnya melalui sorot matanya yang lembut. Aku menggeleng, sembari menjawab,

"Aku menyukaimu," jawabku tanpa membuka mulut.

Dia berlalu memasuki rumah. Meninggalkanku yang tak pernah bosan menantinya. Meski tak mungkin bersatu namun kesadarannya akan hadirku membuatku merasa berarti. Kemampuannya yang mampu merasakan dan melihat kehadiranku sedikit mengusir rasa sepiku. Telah cukup lama aku sendiri tanpa teman. Hingga sebulan yang lalu, lelaki muda berbaju koko itu mrnempati rumah tua yang sudah hampir 5 tahun kosong. Sepertinya dia guru mengaji di madrasah samping mesjid.

Namaku Larasati. Sudah berpuluh tahun aku berdiam di pohon Mangga pojok depan rumahnya. Aku sering menghabiskan waktu sambil duduk santai di dahan mangga sembari menyanyikan kidung sunyi. Rambut panjangku menjuntai melewati mata kaki. Gaun putihku sering berkibar tertiup angin. 50 tahun yang lalu, pohon mangga ini menjadi saksi saat jasadku terbujur kaku dengan lidah terjulur keluar. Aku mati gantung diri.

Lubuk Pakam, 22 Juni 2020.

Jangan pada merinding ya..

Hihihihih

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Endingnya bikin wow. Mantap bunda

23 Jun
Balas

Hihihi...kadang-kqdang kita tak sadar ada yang mengamati ya bunda

23 Jun

KK merinding

22 Jun
Balas

Hihihi..baca doa bun

22 Jun

Seram, bun.

22 Jun
Balas

Hiihi..baca doa bun

22 Jun

Yach horor ternyata

22 Jun
Balas

Ini kisah percintaan juga..antara dua dunia hihihi

22 Jun

Hihi..kog serem ya bu Fitri...

22 Jun
Balas

Hihihi..baca doa bun

22 Jun

wuiih larasati ternyata bunuh diri..horor banget nih..tapi apik ceritanya

23 Jun
Balas

hihihihihi, iya nih Pak, semoga bisa jadi pelajaran bagi pembaca agar jangan mengambil jalan pintas mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Makasih Pak, salam

24 Jun

Harus setiap saat baca ayat kursi bunda, iiiiih. . Aku merinding

22 Jun
Balas

Hihihihi...iya..jgn lupa baca doa ua

22 Jun



search

New Post