Fitri Hariana

Penulis adalah Alumni Pelatihan SAGUSABU 2 Medan. Penulis, Fitri Hariana, Lahir di Medan, 13 Agustus 1980. Ibu dari 3 orang anak. Alumni SMA Negeri 10 (sekara...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengurai Halimun (Melodi Cinta Pak Guru dan Bu Dokter) Part-6

Mengurai Halimun (Melodi Cinta Pak Guru dan Bu Dokter) Part-6

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe-178

Mengurai Halimun

Melodi Cinta Pak Guru dan Bu Dokter (Part-6)

Oleh : Fitri Hariana

Hana terbangun dari tidurnya semenjak Menjelang adzan Subuh, karena sayup-sayup Hana seperti mendengar suara orang mengaji dari rumah sebelah. Seperti suara lelaki.

" Kok, ada suara orang mengaji. Padahal selama seminggu ini sepertinya tidak ada orang di rumah sebelah." Bisik batin Hana.

"Ah, mungkin gema suara dari Mushola," lanjut logikanya.

Tak lama sekitar 10 menit kemudian, terdengar suara pintu depan rumah itu seperti dibuka, dan dikunci dari luar. Suara langkah kaki yang menjauhi meninggalkan teras dan halaman rumah sebelah. Hana mulai menduga-duga, mungkin rumah sebelah yang selama seminggu ini kosong sudah ada yang menempati.

"Tapi kalaupun sudah ada yang menempati, kapan penghuni rumah sebelah itu masuknya?" Hana mencoba mengingat-ingat.

Tapi otaknya tak bisa memberi jawaban pasti. Hana tidak mendengar apalagi melihat ada aktivitas apapun di rumah itu sebelum pagi buta ini.

Kemarin sedari Pukul 7 pagi hingga pukul 9 malam Hana sibuk menangani pasien. Pukul 7 pagi ada pasien remaja perempuan berusia sekitar 14 tahun yang diantar keluarganya ke puskesmas. Hana memeriksa kondisi pasien yang kesakitan, pucat dan hampir pingsan.

Pasien mengatakan nyeri perut yang hebat di perut kanan bagian bawah. Rasa nyeri tersebut berawal dari pusar, lalu bergerak ke bagian kanan bawah perut. Dalam waktu beberapa jam sejak tengah malam, rasa nyerinya bertambah parah, terutama saat dia bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, rasa nyeri ini juga muncul secara mendadak, bahkan saat pasien sedang tidur.

Dokter Hana melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Hana menekankan masing-masing tiga jemari dari tangan kiri disusul tiga jemari dari tangan kanannya ke area perut bagian kanan bawah pasien yang terasa sakit.

“ Aduh...dokter! Sakit Dok...sakit!,” rintih pasien itu sambil menangis kesakitan.

“ Oke, sabar ya. Saya lepaskan tekanan jari tangan saya. Nah, sekarang gimana rasanya? Apa masih sakit?” tanya Hana pada pasiennya yang menangis.

Si pasien hampir tak sanggup lagi menjawab, karena menahan rasa sakit yang semakin nyeri.

“ Makin sakit Dokter,” tangisnya.

Dari hasil pemeriksaan Dokter Hana mendiagnosa kalau pasien remaja perempuan itu menderita appendiksitis. Apendiksitis ada radang usus buntu. Penyakit usus buntu bisa disebabkan oleh sumbatan pada usus buntu baik sebagian atau total. Usus buntu sendiri merupakan sisa bagian dari usus besar yang belum diketahui fungsinya karena dianggap sebagai jaringan sisa dari usus besar. Usus buntu ini selain disebut sebagai appendiks sering juga disebut dengan nama umbai cacing. Peradangan pada usus buntu disebut appendiksitis. Masyarakat awam sering menyebutnya sebagai sakit usus buntu saja.

Penyakit usus buntu terjadi karena rongga usus buntu mengalami infeksi. Dalam kondisi ini, bakteri berkembang biak dengan cepat sehingga membuat usus buntu meradang, bengkak, hingga bernanah. Hambatan usus buntu yang menyeluruh merupakan kondisi darurat dan perlu segera ditangani dengan tindakan operasi. Jika dibiarkan, infeksi dapat menjadi serius dan menyebabkan usus buntuh pecah, sehingga menimbukan keluhan rasa nyeri hebat hingga membahayakan nyawa penderitanya.

Kondisi penyakit usus buntu pasien sudah kronis. Sementara peralatan medis yang tersedia di puskesmas tempat Hana bertugas tidak memungkinkan Hana untuk melakukan operasi. Maka Hana segera membuat surat rujukan agar pasien segera bisa dibawa ke Rumah Sakit Daerah di ibukota Kabupaten.

“ Anak bapak dan ibu menderita Usus buntu dan harus segera kita operasi. Namun tidak bisa saya lakukan di Puskesmas karena peralatan yang kurang memadai. Ini saya buatkan surat rujukan dan akan saya antar ke rumah sakit di kabupaten. Bagaimana Pak Bu?” tanya Hana pada orangtua pasien.

“ Ya, mohon segera ditangani anak kami bu Dokter,” pinta kedua orangtua pasien.

Akhirnya Hana beserta keluarga pasien mengantar pasien menuju rumah sakit dengan mobil ambulance. Mereka berangkat sekitar pukul 8 pagi. Perjalanan dari desa ke ibukota kabupaten ditempuh dalam waktu 4 jam. Hana memberi obat pereda sakit dan antibiotik pada pasien selama dalam perjalanan.

Mereka tiba si rumah sakit tepat tengah hari sekitar pukul 12 siang. Hana segera menuju bagian registrasi dan memberikan surat rujukan. Melihat daftar dokter penyakit dalam dan dokter bedah yang bertugas. Perawat segera mengurus berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh keluarga pasien.

Kebetulan Hana kenal dengan dokter bedah yang akan melakukan operasi pada pasiennya. Operasi Appendektomi akan dilakukan oleh Dr. Faris Hermawan, Sp.B. Senior Hana dulu saat masih kuliah di Fakultas Kedokteran. Appendektomi adalah operasi pembedahan untuk mengangkat apendiks yang bermasalah. Apendiks adalah kantong kecil berbentuk tabung yang menempel di usus besar, lokasinya di sisi kanan bawah perut. Appendiks merupakan sebutan ilmiah untuk usus buntu.

Pasien dokter Hana yang bernama Ananda Putri, didorong memasuki ruang bedah sekitar pukul 1 siang. Proses operasi berjalan lancar, berlangsung sekitar 30 menit. Pukul setengah 2 siang, Putri sudah didorong keluar dari ruang bedah.

Dokter Hana ikut mengantar Putri dan kedua orangtuanya menuju ruang rawat inap. 2 orang perawat rumah sakit, mendorong bangkar tempat Putri terbaring setelah menjalani operasi. Di ruang perawatan, Putri belum boleh makan dan minum.

“ Ibu, untuk sementara setelah operasi putri puasa dulu ya. Jangan diberi minum apalagi makan selama 4 jam ini. Menunggu sampai bisa buang angin. Nanti akan ada perawat yang secara aplusan memeriksa kondisi Putri, mengganti infusnya, atau mengantar obat yang harus diminum,” jelas Dokter Hana kepada orangtua Putri.

“Baik Bu Dokter,”

“Dan nanti atau besok dokter Faris juga akan melakukan visiting room untuk memeriksa kondisi Putri, sampai nanti Putri dinyatakan boleh pulang. Jadi sementara ini, sekitar 3 atau 4 hari Putri harus ditrawat inap dulu di Rumah Sakit ini,” lanjut dokter Hana.

“ Baik Bu Dokter,”

“Ada lagi yang mau ditanyakan Bu? Nanti perawat akan membantu. Karena operasi sudah selesai, saya dan pak supir ambulance akan kembali ke desa. Karena tidak bisa lama-lama meninggalkan puskesmas selain hanya ada beberapa Perawat dan seorang Bidan di sana. Saya pamit ya Bapak Ibu.”

“ Ya Dok.”

“Putri semoga cepat sembuh ya. Nanti kalau sudah buang angin dan diperbolehkan minum, obatnya diminum ya. Sementara ini makan yang lunak dulu . Nanti ada bubur dari Rumah Sakit yang khusus dimasak untuk Putri,”

“Makasih ya Bu Dokter,” ucap Putri lemah.

Hana sholat Dzuhur di mushola Rumah Sakit. Selesai sholat Hana dan supir ambulan mencari Rumah Makan terdekat. Perut yang sedari pagi keroncongan menuntut untuk diisi. Mereka baru berangkat menuju Desa sekitar pukul 4 sore dari Ibkota Kabupaten. Dan baru tiba kembali di Puskesmas sekitar pukul 8 malam lewat. Pukul 9 malam karena tidak ada lagi psien yang datang, Hana memutuskan beristirahat di rumah. Dia memasuki rumah Dinas dan tidak sempat berpikir tentang rumah di sebelahnya.

Padahal antara rumah itu dengan rumah dinas Hana, hanya berjarak 2 meter dibatasi pagar tanaman setinggi 1 meter.

(Bersambung)

Lubuk Pakam, 10 Juli 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam Literasi Say..! Lanjut....! Keren skss ya!

12 Jul
Balas

Keren Bu, lanjut

11 Jul
Balas

Makasih Pak

11 Jul

Nunggu dokternya sakit kali ya biar ketemu. Keren bu.lanjut bunda

12 Jul
Balas

Hihihihi...sabar bun.

12 Jul

Keren kak. Semangat. Panjang ceritanya

11 Jul
Balas

Hihihihi..belajar dari uni Meria..memperpanjang ceeita biar penasaran orang menunggu kelanjutannya ahhah

11 Jul

mungkin penjabaran sesuatu hal yang sedang dilakukan tokoh, jangan terlalu mendalam dan melebar, karena pembaca bodong kayak saya yg insomnia, merasa ini cerita romansa, bukan mata ajar klinik..

21 Dec

Wah...belum ketemu juga ya, hana dan hegar..ditunggu lanjutannya bu

11 Jul
Balas

Hiihihihi..sabar ya pemirsa...cerita kan harus detail ahhaha..makasih bu

11 Jul

waah..bahaya lho usus buntu itu..tapi gak papa, ..kan nantiketemu dokternya he..he., lanjut

11 Jul
Balas

Hehhee..iya Pak..pembaca udah gak sabar ya pengen Pak Guru dan bu Sokter bisa segera.bertemu

12 Jul

inspiratif dan informatif, semoga makin sukses temanku gurusianer

11 Jul
Balas

Terimakasih Pak. Doa yang sama juga buat Bapak, semoga sehat selalu

11 Jul

Makasih Pak.Doa yang smaa buat bapak..semoga sehat selalu..aamiin

11 Jul

Mantab Bun. Terus berkarya. Sukses selalu..

11 Jul
Balas

Terimakasih Pak. Sukses juga buat bapak

12 Jul

Sayang tak ikuti dari awal, salam literasi sdh sy follow bunda

11 Jul
Balas

Terimakasih kembali bundaSalam literasi dsn salam kenal juga

12 Jul

Keren Bu Indonesiaku tempoe doloe, salam sehat selalu

07 Mar
Balas

Keren Bu Indonesiaku tempoe doloe, salam sehat selalu

07 Mar
Balas

Keren Bu Indonesiaku tempoe doloe, salam sehat selalu

07 Mar
Balas

Wauu mantab...slm knal bun..

11 Jul
Balas

Terimakasih bunda..salam kenal kembali

12 Jul



search

New Post