Tercantum di layar hape bahwa memori penuh.

Ha, mumpung semua pekerjaan telah beres, dan sedang saat me-time, waktuku seorang.

Mulai kupilah di menu galeri video dan foto. Tersangka utama pemenuh memori eksternal dan internal karena hanya sedikit aplikasi yang terpasang di hapeku.

Video.kutinggalkan dulu rekaman pribadi, menuju ke video unduhan dari medsos. Kubuka satu per satu sambil menghapus yang kurasa perlu dihapus.

Ada beberapa video yang berkonteks lucu tapi rasanya kurang pantas dilihat anak-anak. Hapus. Lagu-lagu yang sudah mulai hilang gaungnya. Hapus. Episode terakhir sebuah drama Jepang yang tak sabar kutunggu tayang minggu depan. Sudah kutonton sambil nangis bombay. Hapus. Cara membuat camilan khas satu daerah yang malah berubah jadi resep lain ketika kupraktekkan. Hapus.

Lalu foto. Waw, jumlahnya sudah melewati seribu! Tak heran memori ku mulai terengah-engah.

Meme-meme lucu. Hapus sebagian besar. Beragam kegiatan dengan dokumentasi yang meluber. Hapus, tinggalkan satu atau dua per kegiatan. Selfie. Astaga, aku jadi geli sendiri melihat poseku yang sangat tidak fotogenik. Hapus 90%. Foto keluarga, hapus yang blur atau out of focus saja.

Hampir setengah jam berlalu tapi belum sepenuhnya aku selesai menyortir mana lagi yang harus dan tidak dihapus.

Ternyata butuh waktu untuk memutuskan hapus atau tidak.

Itu yang ada dalam hape. Tinggal klik.

Kira-kira butuh waktu berapa lama untuk menghapus jejak yang tak perlu yang kita tinggalkan dalam pikiran? Setahun? Lebih? Atau takkan bisa dihapus permanen?

Huh, daripada harus menghapus nantinya, bukankah lebih baik tidak usah menulis atau menggambar yang tidak perlu. Tapi, dari mana kita tahu itu bakal perlu atau tidak?

Pada akhirnya kembali kita berurusan dengan pilihan, hapus.... tidak....