fitri indrayani

Keep calm and enjoy your life....

Selengkapnya
Navigasi Web
Hey Jude, Don't Make Me Bad.....

Hey Jude, Don't Make Me Bad.....

Opening lagu jadul The Beatles itu mengingatkan pada seorang murid pindahan.

Kami sudah sering menerima murid pindahan, pindah sekolah ya, catat, bukan pindah alam. Dan kami selalu optimis bahwa si anak bagaimanapun situasinya di sekolah asal, akan berproses dan berubah perlahan di sekolah kami yang sederhana. Dan itu memang terjadi cukup baik, walaupun kadang melalui seleksi alam. Kalau tidak kuat ya mundur alon-alon.

Dan kami pun menerima dia dengan temannya setelah guru-guru di sekolah asalnya angkat tangan dengan segala kelakuan mereka.

Di bulan pertama semua berjalan normal. Kedua anak itu juga berlaku normal, tak lepas dari pantauan CCTV manual kami. Mata dan telinga. Kadang juga perasaan. Heleh.

Tapi itulah, seleksi alam mulai berlaku. Salah satu dari mereka mulai tak tahan jadi normal. Auranya yang mulai terang kembali gelap. Bolos. Berkelahi. Penyakit lama.

Dan ketika orang tua dipanggil, luar biasa responnya. Yang pertama kali mereka bilang anaknya sakit. Ketika kami tanyakan surat keterangan sakit dari bidan atau dokter mereka malah marah dan mengatakan kalau mereka orang miskin, tidak sanggup periksa. Lah, masak anak sakit lebih dari tiga hari dibiarkan saja? Miskin? Apanya? Mentalnya? Kapan hari datang ke sekolah bawa mobil dan motor si anak cukup lumayan.

Setelah bertumpuk-tumpuk masalah yang dibuat, kami putuskan dalam rapat, dengan segala pertimbangan dan berat hati, dia harus cari sekolah lain lagi. Kami tidak sanggup terus fokus ke si anak sementara puluhan siswa yang lain juga butuh perhatian.

Emak si anak datang menangis-nangis keesokan harinya. Dia meminta dengan sangat agar anaknya tetap bisa bersekolah di sini dan berjanji akan mengawasi, mengantar jemput. Dan luluhlah hati kami yang rapuh melihat tangisan seorang ibu yang berharap tinggi pada masa depan anaknya. Ah, hati.

Namun apa boleh dikata, penyakit kambuhan susah sembuhnya. Si anak kembali berulah, dan kali ini sulit dimaafkan. Bolos, dan terlibat tawuran. Salah, bukan terlibat. Malah dia yang jadi pimpinan serangan. Waw. Dan tercatatlah dalam catatan sejarah hitam sekolah, untuk pertama kali sejak sekolah berdiri belasan tahun yang lalu, kami turut dipanggil ke Polsek. Astagaaaa.

Maka tanpa alasan apapun juga lagi, dia harus bisa move on dari sekolah kami. Mungkin peruntungannya lebih bagus di sekolah lain.

Itu pikiran positif kami.

Yang selanjutnya terjadi, bapaknya datang membawa Caleg, Kades, anggota keluarga yang setaraf preman, ke sekolah untuk meminta tolong, kadang sedikit memaksa, agar si anak bisa kembali diterima.

Tapi kami sudah bertekad bulat kali ini, mau Hitler ataupun Kim Jong Un yang datang, kami hanya bisa mohon maaf. Seluas-luasnya hati para guru, kalau terus dituangi polusi, maka lama-lama jadi dangkal dan menyempit juga.

Hey, Jude. You really make me bad.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post