KEGEMARAN ANAK, HEREDITAS ATAU POLA PENGASUHAN?
#TantanganGurusiana Hari ke-45
Suatu hari, saya bertemu anak yang gemar belajar matematika, lewat wawancara dengannya, si anak mengatakan bahwa ia sangat suka pelajaran matematika. Guru kelasnya membenarkan bahwa si anak memang gemar dengan matematika. Sembari menguatkan kegemaran anak, ibu guru berkata bahwa orang tua si anak adalah guru matematika, “ Buah tidak jauh dari Pohonnya” Dari dialog ini ada yang menarik buat dikaji, benarkah bahwa gemar matematika adalah merupakan sifat turunan dari orang tua, atau merupakan proses pembiasaan dari lingkungan?
Padmonodewo,Soemiarti (2000) bahwa dalam teori Empirisme yang dipelopori oleh john lock berpendapat bahwa manusia dilahirkan ibarat secarik kerta yang suci, tidak ternoda sedikitpun. Teori ini dikenal dengan teori Tabularasa. Menurut John Lock, taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan penginderaan dari lingkungannya hidup.
Selanjutnya, Teori Hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Dapat dipahami bahwa secara internal, perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Yang termasuk dalam internal adalah factor bawaan (gen) yang diwariskan dari kedua orang tuanya yang bersifat fisik seperti warna kulit dan bentuk rambut dan non fisik adalah factor fatologi misalnya kesehatan ibu masa kehamilan atau keadaan bayi setelah lahir.
Oleh sebab itu, menurut penulis bahwa Intelengensi merupakan kemampuan anak dalam merespon stimulus yang diberikan oleh lingkungannya melalui pembiasaan yang ditanamkan oleh lingkungannya. Banyak didapati orangtua yang tidak sekolah, namun anaknya memiliki kecerdasan yang luar biasa. Contoh ini menunjukan bahwa gen orangtua tidak dapat sepenuhnya mempengaruhi anaknya pintar, melainkan pola pengasuhan anak dalam memberi warna atau mengisi kertas yang kosong sangat menentukan. Karena apa yang diajarkan kepada anak maka anak akan melakukannya sebagaimana orang dewasa.
langkat, 1 April 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus Bun artikelnya
Iya, Bunda ada 2 faktor internal dan eksternal. Saya sendiri berpendapat faktor mana yang kelak berpengaruh besar dalam kehidupan dewasanya tergantung kedominanan mana yang ada pada anak. Contoh, anak yang berkebutuhan khusus, perlu diarahkan sesuai faktor internal yang dimiliki.Hehehe, sekedar berpendapat.
Tulisan yang bagus ibu..
Jadi gabungan antara faktor hereditasd dan stimulus lingkungan , begituhkah? Terimakasih sudah berbagi. Barokallah.