#TantanganGurusiana Hari ke-56

Mengupas cara belajar anak usia dini sangat menarik, dikarenakan cara belajar anak usia dini itu unik, artinya belajar anak usia dikembangkan dalam proses main, agar bintang berjari kecil tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapannya secara optimal. Sehingga anak di sekolah butuh didukung dan didampingi oleh guru yang faham tentang cara mengelola belajar anak. Sejatinya anak usia dini belajar bukan disuguhi oleh teori teori belaka, tetapi belajar anak usia dini adalah action, anak dihadapkan dengan hal, kondisi yang sebenarnya atau benda konkrit dengan menghadirkan hal atau benda yang sesungguhnya bukan dengan ceramah-ceramah yang bersifat abstrak, sehingga anak menghayal dan meraba-raba dalam perolehan informasi. Untuk itu guru paud dituntut untuk memahami setiap metode pembelajarannya, namun hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Termasuk kegiatan tentang eksprimen dan eksplorasi.

Eksprimen adalah metode yang digunakan dalam melengkapi kegiatan demontrasi, misalnya ketika melakukan kegiatan percobaan tentang kemagnetan, pendidik menunjukkan cara kerja magnet yang dapat tarik menarik atau tolak menolak apabila dua magnet didekatkan. Selanjutnya guru memberikan sejumlah bermacam benda yang dapat ditarik dan tidak dapat ditarik oleh magnet. Guru meminta anak untuk melakukan pengamatan dan mendemontrasikannya. Misalkan benda apa saja yang dapat melekat pada magnet dan benda-benda apa saja yang tidak dapat melekat. Setelah selesai kegiatan, kemudian anak diminta untuk mengamati, mengklasifikasikan selanjutnya membandingkan.

Eksplorasi upaya memperoleh pengetahuan lebih banyak untuk menambah pengalaman baru dari situasi yang baru. Kegiatan ini membebaskan anak untuk menuangkan ide-ide dan gagasan anak. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan anak untuk berekplorasi. Tentu saja guru mengarahkan apa saja yang yang harus dilakukan anak, hingga anak bisa sampai kepada ide yang digagasnya. Eksplorasi pada anak adalah kegiatan yang dilakukan oleh kemauan anak itu sendiri dalam menentukan mainnya, bermula dari coba-coba bertanya dan membentuk dan mengujinya serta mewujudkan ide dalam pikirannya.

Selanjutnya Montessori “berpendapat bahwa Kemerdekaan (kebebasan) adalah hak asasi setiap anak. Merdeka berarti sanggup membuat sesuatu dengan tenaga dan usaha sendiri. Tanpa bantuan dan paksaan orang lain, maka tugas guru adalah membimbing agar anak dapat berkembang secara baik dan wajar”.

Pandangan tersebut dapat dipahami bahwa dalam proses belajarnya anak diberikan hak dalam menentukan kegiatan mainnya. Bermain merupakan kebutuhan bathiniah setiap anak. Dengan bermain dapat menyenangkan hati, meningkatkan ketrampilan dan meningkatkan perkembangannya. Apalagi seiring dengan Merdeka belajar, tentu guru perlu banting arah pembelajaran tidak lagi memberikan suguhan permainan, namun tanyakan kepada anak, mainan apa yang akan ia mainkan pada hari ini, agar anak dapat mengeksplor kemampaunnya untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan oleh anak.

Langkat, 12 April 2020