Awalnya aku melihat kamu seperti tak percaya bahwa kamu bisa menulis. Saat pertama mengajar kamu, aku sudah yakin kamu hanya selalu mencari-cari alasan untuk menutupi kekuranganmu. Namun hal itu keliru, rupanya kamu cukup bertanggungjawab. Saat sekolah daring dulu kelas X, kamu selalu datang memenuhi panggilanku. Yah., Walaupun tugasmu belum semua rampung. Namun aku salut, kamu berani datang menumuiku dan bilang "maaf Bu, saya belum paham pelajran itu". Kemudian saat semester dua, kamu tunjukkan perubahanmu jauh lebih baik. Saat pelatihan menulis buku itu datang, aku pun dibuat kaget. Tara abimantara, begitu mulutku mengeja namamu dikertas absen pelatihan itu. Aku pun bergeleng tak percaya kamu bisa menulis. Setelah itu aku masuk ke kelas pelatihan dan tenggelam dalam acara menulis yang dikhususkan untuk siswa. Setelah beberapa jam pelatihan dimulai, pemateri meminta langsung dibuatkan kelompok untuk siswa bisa berkolaborasi membuat buku antologi. Semua peserta acara tersebut sudah terbentuk, aku lihat kamu juga ada disalah satu kelompok antologi itu. Aku masih tak percaya kamu bisa mengimbangi teman-temanmu untuk menulis (hehehe.., maaf ya nak).

Tidak disangka kamu lolos menulis dengan teman-teman sekelompokmu. Wah luar biasa, aku hanya bisa terperangah tak percaya. Begitu pun saat tulisan antologi itu sudah selesai dan ada challenge untuk membuat buku individu. Kamu sanggup mengangkat tangan untuk ikut ambil bagian. Apalagi saat OSIS mengadakan acara DUTA LITERASI dan kamu lagi-lagi masuk nominasi. Aku salah mengartikanmu, kamu ternyata punya bakat terpendam. Saat sosialisasi penulisan buku individu pun kamu tidak spesial dimataku. Mungkin ditengah jalan kamu akan menyerah dan tidak akan menyelesaikan tugasmu itu. Aku memang selalu menghubungi peserta yang ingin menulis buku individu. Alhamdulillah, aku dipercaya oleh sekolah untuk menjembatani siswa dalam merampungkan karyanya. Kami tim literasi untuk memberikan semangat dalam merampungkan proyek menulis individu siswa ini juga mengadakan pertemuan secara virtual melalui google meet. Kegiatan virtual itu dilakukan untuk mengetahui sudah sejauh mana karya siswa dibuat kegiatan virtual dilakukan karena tidak memungkinkan melakukan tatap muka secara langsung. Mengingat wabah virus Covid-19 yang masih terus meningkat. Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari ibu Kepala Sekolah yaitu Ibu Beny Sukandari, M.Pd, B.I.

Saat kegiatan menulis buku siswa sudah masuk dalam waktu yang ditentukan untuk selesai, kamu belum menampakkan tanda-tanda mau mengumpulkan. Aku lagi-lagi menghubungimu, "nak bagaimana progres menulismu, sudah rampungkan". Kamu saat itu menjawab, "Bu., Kayaknya aku nggak bisa selesai. Aku menyerah saja". Hatiku pun berkata, nah kan pasti dia nggak sanggup. Tetapi aku sudah pernah membaca sekelumit cerita Tara yang tulisan individu ini, cukup unik dan menarik. Maka aku terbersit ingin menyemangatinya. Coba dalam hal ini apakah dia akan mundur atau akan maju. Aku sempat menyemangati dengan berkata "kamu sebagai duta literasi sekolah masak nggak mau menjadi contoh buat teman yang lain, apa kata mereka". Awalnya tidak ada respon dari dia, aku pun sudah tidak menghubunginya lagi. Mungkin dia sudah kalah, pikirku. Aku puneninggalkannya dan fokus pada siswa lain yang ingin mengumpulkan karya individunya. Selang dua Minggu menutupan dan rekap tulisan dengan penerbit, Hpku berdering. Awalnya tidak aku gubris, namun aku terperangah saat nama kamu aku baca dan kubuka isi WA dari mu. Assalamu'alaikum ibu, mohon maaf waktunya, saya ingin mengumpulkan karya individu saya. Masya Allah, aku tak percaya dengan WA yang aku baca. Kamu bisa merampungkan karyamu itu. Selamat ya nak Tara, kamu ternyata punya bakat yang terpendam. Kamu membuktikan kamu bisa membuat karyamu sendiri. Judul novelmu juga unik NEOS, entah dari mana ide tulisanmu itu mengalir.