Fitri Nefrita

Fitri Nefrita lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota, pada tanggal 21 Oktober 1973. Lulusan Fakultas. Syariah IAIN "IB" Padang. Ibu dari dua or...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ikhlas dan Sabar

Ikhlas dan Sabar

Pagi yang cerah. Secerah hati Vina melihat ibu makin membaik. Semalam ibu sudah dibolehkan minum walaupun masih sedikit. Sekurangnya bisa membasahi kerongkan yang sdh kering menahan sakit. Bibir dan wajah ibu kelihatan lebih memerah. Tidak pucat pasi lagi seperti kemaren. Sejenak keadaan itu membuat Vina lupa dengan apa yang akan terjadi ke depannya. Pagi ini berdua dengan adiknya Farid Vina mengurus ibu. Mengajak ibu bercerita tentang apa saja, walaupun ibu lebih banyak hanya sebagai pendengar setia. Sesekali senyum, angguk dan menggeleng. Sekitar jam tujuh Farid izin untuk pulang mempersiapkan diri ke kampus pagi ini.

“Bu, cepat sehat ya, insyaallah Farid wisuda Sabtu depan. Hari ini Farid urus segala sesuatunya ke kampus. Doakan semua dimudahkan ya Bu!”.

“Aamiin” ibu menjawab sambil mengangguk dan tersenyum

Vina tinggal sendiri. Petugas rumah sakit datang mengantarkan makanan untuk ibu.

“Bu, kita makan sekarang buburnya ya, mumpung masih hangat, pasti segar di perut pagi ini”

“Ya”

Vina menyuapi ibunya dengan telaten. Ibu menatap Vina. Ada tanya yang disimpan ibu. Vinapun merasakan kalau ibu memperhatikannya. Tapi dia berusaha untuk bersikap wajar. Dia tidak ingin menceritakan soal Fahri kepada ibu. Dalam hatinya Vina tetap berharap hal yang tidak diinginkannya ini tidak terjadi. Kalau menutur Allah pernikahan ini tidak harus terjadi, maka Allah akan memberikan jalan untuk membatalkannya. Tapi kalau Vina tidak bisa mengelak lagi, berarti inilah yang terbaik menurut Allah. Vina mulai pasrah.

“Bu, semalam Uda Rizal menelpon”

“O ya, sudah lama kita tidak mendengar kabarnnya. Apa dia dan keluarga di Padang Panjang sehat-sehat saja?”

“Alhamdulillah, Uda Rizal dan Adang sehat. Kemungkinan Uda Rizal datang hari ini. Semalam Vina menceritakan keadaan ibu padanya”

“Apakah kamu yang lebih dulu menelepon?” tanya ibu penuh selidik.

“Tidak Bu, tiba-tiba saja semalam dia menelepon. Vina juga heran”.

“O syukurlah, mungkin Uda Rizalmu punya firasat dengan keadaan kita. Bagaimanapun juga kalian kan masih saudara. Lupakan apa yang terjadi di masa lampau. Maafkan adangmu. Dia tentu punya alasan juga bersikap seperti itu. Namanya juga prinsip orang tua yang kekeuh memegang adat.” kata ibu sambil tersenyum.

“Tapi kenapa Ibu dan Bapak dulu berhasil melawan itu ya?” tanya Vina lagi

“Sudah dulu makan buburnya ya, perut ibu belum nyaman” kata ibu mendorong mangkok buburnya.

“Ya bu, ini kita minum obatnya dulu”

Setelah ibu selesai minum obat, Vina mengulang lagi pertanyaan yang tadi belum dijawab ibu.

“Kenapa Ibu dan Bapak dulu berhasil, apakah tidak ada yang melarang dari pihak keluarga Bapak?”

“Karena semua sudah diatur Allah Nak,” kata ibu sambil tersenyum.

“Belajar mengikhlaskan sesuatu yang terjadi pada kita. Bukankah Bapak dulu mengajarkan doa jika kamu mendapatkan musibah atau kehilangan. Kehilangan apa saja. Karena Sang Pemilik itu adalah Allah. Maka ikhlaskan kembali kepada-Nya. Kamu masih ingat kan doanya?”.

“Ya Bu,”

Innalillaahi wainna ilaihi roojiuun. Allohumma jurnii fii musiibati wakhlifli khairon minha

‘Sesunggunya semua itu milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah berilah aku balasan pahala dari musibah ini, dan berilah ganti dengan yang leih baik darinya”

Vina membaca doa itu penuh khusyu’. Ibu tersenyum melihat anaknya belajar ikhlas. Doa terbaik selalu dipanjatkan sang ibu untuk anak-anaknya.

“Vina, kamu ingat apa yang diucapkan Bapak sewaktu ibu sadar setelah dihipnotis dulu?”.

Vina menggeleng.

“Bapakmu memeluk ibu dan mengucapkan Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Memang simpanan kita habis, tapi kamu selamat”. Ibu bercerita sambil matanya menerawang jauh.

“Kamu bayangkan, waktu itu ibu sendirian. Pulang ke rumah mengambil semua perhiasan di lemari. Setelah itu mereka menanyakan apakah ibu ada tabungan di bank, ibu iyakan. Lalu ibu mereka naikkan ke mobil. Ibu sendiri mereka bertiga. Mereka terus mengajak ibu bercerita. Hingga akhirnya semua uang di bankpun ibu tarik dan ibu berikan kepada mereka. Mereka masih mau mengajak ibu untuk minum. Ibu menolak, karena waktu zuhur sudah hampir masuk. Ibu lalu berjalan ke toko Bapakmu sendiri. Sampai di toko, azan berkumandang. Ibu sahuti azan itu. Tiba-tiba tubuh ibu menggigil, menyadari apa yang baru saja terjadi. Ibu menangis bercerita kepada Bapak. Di situlah Bapakmu memeluk ibu dan mengucapkan, Alhamdulillah, Alhamdulillah kamu tidak apa-apa. Kamu tidak disakiti. Relakan apa yang hilang. Itulah yang menguatkan Ibu, sehingga ibu tidak terlalu menyalahkan diri sendiri atas kejadian itu”.

Vina terpana mendengar cerita ibu. Berjatuhan air matanya membayangkan kejdian itu. Seperti ibu juga menceritakan sambil terus menghapus air matanya.

“Tapi ibu kenapa menangis?”

“Menangis itu wajar Nak. Itu ungkapan emosi kita. Menangis bukan berarti kita tidak ikhlas. Atapun sebaliknya orang yang tidak menangis adalah orang yang ikhlas. Ikhlas itu masalah hati Nak. Setelah itu kita juga mesti bersabar dengan ketentuan Allah”.

“Terimakasih Bu. Ibu telah mengajarkan banyak hal tentang hidup kepada Vina”. Vina memeluk dan mencium ibunya. .

****

#DrafnovelVinajanjiitutidakpernahada

#Novel4

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen keren

08 Oct
Balas

makasih bunda fitriyani....

08 Oct

salam sehat selalu bund

08 Oct

Mantap Bunda. Lanjutannya ditunggu ya Bun. Salam sehat selalu.

08 Oct
Balas

Mantap Bund ceritanya. Salm sehat dan sukses.

08 Oct
Balas

makasuh bunda... salam sehat dan sukses selalu juga ntuk Bunda seir Haidah

08 Oct



search

New Post