Fitri Nefrita

Fitri Nefrita lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota, pada tanggal 21 Oktober 1973. Lulusan Fakultas. Syariah IAIN "IB" Padang. Ibu dari dua or...

Selengkapnya
Navigasi Web

Novel, Vina Janji Itu Tak penah ada

Penjelasan Fahri

Ting…. Notifikasi WA berbunyi. Vina membuka gawanya. “Oh Pak Fahri” Vina berbisik sambil menutup mulutnya. Untung saja ibunya sedang tertidur.

“Kamar ibumu di mana”

Kembali Vina mengumpat cara bicaranya Fahri. Tanpa salam, tanpa kalimat pembuka.

“Huuuuuuh apakah aku akan menikah dengan robot?” jerit Vina.

“P”

“P”

“Iya Pak sabar sedikit napa. Saya di kamar Teratai 6”.

Vina kesal ingin melabrak lelaki kaku tersebut. Tapi rasa takutnya juga tidak kalah hebatnya, ditambah lagi janjinya “siap mengabdikan diri” pada Fahri.

Di saat Vina masih berusaha menata jantungnya yang serasa rontok tadi, tiba-tiba pintu diketuk lembut. Dengan langkan pelan Vina membukakan pintu. Duh serpihan jantungnya yang sudah terkumpul tadi kembali rontok. Bahkan kini berserakan. “Astahgfirullah, dia sudah datang, kan saya sudah bilang kalau Farid adanya nanti sore. Sekarang baru jam satu.” Batin Vina.

“Oh Bapak. Silakan masuk Pak”.

“Hmm. O beliau sedang tidur?”

“Ya Pak”.

Lama mereka berdua terdiam. Hampir sepuluh menit. Fahri tidak memulai untuk bicara. Vinapun menunggu Fahri. Sampai ibunya Vina bergerak dan minta minum. Vina segera mengambilkan minum dan membantu ibu meminumnya dengan pipet.

Sejenak ibunya heran melihat ada laki-laki asing yang duduk di kursi di dekat kakinya.

“Assalamualaikum Bu. Bagaimana kabar ibu. Semoga segera pulih ya!” Fahri berdiri dan tersenyum kepada ibunya Vina.

“Kenalkan Bu, saya Fahri temannya Vina”.

Vina melongo. “Orang ini bisa semanis ini?”

“Oh ya terimakasih telah datang menjenguk” kata ibu.

“Ini saya bawa buah-buahan, mudah-mudahan ibu menyukainya”.

Vina hanya diam melihat Fahri mulai beramah tamah dengan ibu. Sepertinya dia tidak perlu mencari-cari bahan untuk bercerita dan mengajak ibu bercakap-cakap. “Ah, barangkali tadi dia sudah buat konsepnya. Jadi sekarang tinggal menuangkan” ejek Vina dalam hati.

Vina melihat ibupun tertarik dengan cerita Fahri. Obrolan mereka menyambung. Ibu semangat menanggapi percakapan itu. Sementara Vina hanya jadi penonton sambil menormalkan kembali detak jantungnya yang tadi sempat kacau. Tapi ini bukan detak jantung yang serrr karena bertemua belahan jiwa. Ini justru deta jantung ketakutan, kecemasan dan berharap dalam hati semoga pernikahan ini tidak jadi.

“Vin, tolong kupaskan buah ini!” Fahri memberikan satu buah apel merah kepada Vina. Jantung Vina kembali abnormal melihat sikap manis Fahri.

“Buah-buahan yang berwarna cerah bagus untuk pemulihan setelah operasi Bu. Ibu harus banyak makan buah ini. Bisa dimakan sediki-sedikit tapi sering” kata Fahri melanjutkan ceramahnya.

Setelah selesai mencuci dan mengupaskan buah apel, Vina langsung memotongnya kecil-kecil dan membawa kembali ke dekat dipan ibu. Fahri memintanya dari tangan Vina. Fahri lalu menyuapi ibu satu persatu. Kelihatan ibu senang sekali dengan Fahri.

Oh Ibu maafkan aku. Ibu tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Dia hanya berpura-pura baik di hadapan ibu, bisik Vina dalam hati.

Beberapa waktu berlalu. Setelah zuhur ibu makan, minum obat dan minta utuk istirahat lagi. Ibupun tertidur.

Vina memperbaiki posisi tangan ibu. Merapikan selimut, setelah itu Vina keluar kamar. Vina duduk di kursi luar, mencari udara segar. Kursi di depan kamar menghadap ke taman, sungguh pemandangan yang menyejukkan. Hamparan rumput hijau, walau tidak terlalu luas cukup menyejukkan pemandangan. Begitupun bunga-bunga aneka warna. Kebetulan juga sedang mekar.

Fahri mengikuti Vina keluar dan duduk di samping Vina.

“Maaf Pak. Kenapa Bapak datang siang. Kan saya sudah mengatakan adik saya adanya nanti sore. Mungkin sekitar jam lima baru dia ada di sini”

“Tidak apa. Urusan saya di KUA tadi sudah selesai. Alhamdulillah semua lancar. Besok setelah ibumu boleh dibawa pulang, kita menemui orang tuaku”

“Maaf juga Pak. Saya akui saya sudah termakan janji. Tapi apakah harus secepat ini?”

“Ya. Sebenarnya saya belum mau bercerita banyak tentang hal ini. Tapi sepertinya kamu harus tahu alasan saya kenapa melakukan ini.”

Fahri tetap bicara dengan gayanya yang kaku. Resmi, seperti bicara atasan dan bawahan.

“Saya sebenarnya sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk pernikahan saya. Waktu pelaksanaan, tempat dan acaranya sudah tersusun dengan baik. Tapi pagi sebelum kamu ke kantor kemaren, saya mendapatkan calon isteri saya sedang bersama orang lain. Dia selingkuh. Jadi untuk menjaga nama baik keluarga, nama baik saya juga balas dendam pada perempuan itu, maka saya ambil keputusan ini.”

“Balas dendam?” tanya Vina

“Ya balas dendam. Saya sangat mencintai dia. Saat inipun cinta itu masih ada. Tapi sakit hati didustakan lebih dari rasa sayang itu.”

“Bapak tidak mencoba untuk mendengarkan penjelasannya, dan mungkin saja nanti Bapak bisa memaafkan?”

“Saat ini tidak. Entah suatu saat nanti. Yang jelas sekarang kita menikah. Undanganpun tadi sudah saya pesan. Kamu tinggal menjalaninya saja. Anggap saja kita saling tolong.”

“Duarrrrrrr”

Vina merasakan ada yang meledak di sekitarnya. Kata-kata anggaplah kita saling tolong menjadi hentakan yang sangat kuat di kepala Vina. Yah betul sekali dia berhutang uang pada Fahri, tapi dia mengatakan siap membayar dengan kerja tambahan. Siap menjadi pembantu di rumahnya ataupun membantu pekerjaan CS di kantor. Tapi ini tidak diterima Fahri. Justru mengajaknya menikah. Tapi menikah tidak seperti ikatan pernikahan pada umumnya.

“Ya Pak”

Hanya itu yang bisa diucapkan Vina. Hatinya teriris membayangkan kehidupannya ke depannya. Tapi dengan mengintip ke dalam, melihat ibu sudah bisa tidur nyenyak, ibu sudah bisa tersenyum, ibu sudah bisa makan Vina kembali lega. Keikhlasan kembali dikuatkannya. Tambah lagi adiknya bisa wisuda Sabtu depan. Fabiayyi alaai robbikuma tukazzibaan. Maka nikmat Allah manalagi yang hendak kau dustakan.

#DrafNovel4

#Vina,Janjiitutidakpernharada

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya bund...... makasiiiiiiiiiih motivasinya..

12 Oct
Balas

Mantap Bunda. Ditunggu lanjutannya ya.

11 Oct
Balas



search

New Post