Fitri Nefrita

Fitri Nefrita lahir di sebuah desa kecil di Kabupaten Lima Puluh Kota, pada tanggal 21 Oktober 1973. Lulusan Fakultas. Syariah IAIN "IB" Padang. Ibu dari dua or...

Selengkapnya
Navigasi Web

Vina, Janji Itu Tidak Pernah Ada

Menyambung Silaturrahim

Ting…. Notifikasi wa terdengar. Vina membuka wanya. Ada pesan dari nomor yang tidak dikenalnya. Dibukanya pesan wa tersebut. Ternyata wa dari Fahri. Awalnya dia menyangka itu dari Rizal yang baru saja menelepon.

“Vina, ini aku Fahri. Tolong save nomor ini. Apakah sekarang di hapemu ada dokumen KTP, KK, dan pas foto?. Kalau ada tolong kirim sekarang. Besok pagi aku mau mendaftarkan berkas-berkas ke KUA.”

Vina sangat kaget membaca pesan tersebut. Apakah pernikahan ini betul-betul akan terjadi? Tanyanya dalam hati. Vina merasakan jantungnya berdetak tak karuan.

“Ya Allah tolonglah hambaMu ini”.

“Maaf pak, haruskah mendadak seperti ini?. Saya tidak mengelak dari perjanjian. Tapi bukankah tidak sebaiknya Bapak temui keluarga saya terlebih dahulu?. Ibu saya juga baru saja siap operasi.” Vina memberanikan diri mumpung hanya lewat chat. Kalau lewat telepon mungkin Vina tidak akan berani seperti itu.

Vina makin kaget lagi, ketika tiba-tiba hapenya bergetar dan tampak nomor yang memanggil nomor yang baru saja me wanya. “Oh Pak Fahri”. Katanya sambil mengernyitkan kening. Takutnya makin menjadi-jadi. “Bismillah” dicobanya mengangkat telepon tersebut.

“Hallo assalamualaikum” Vina membuka dengan salam

“Walaikumussalam. Baik Vina besok aku menemui bapakmu. Apakah Bapakmu besok di rumah atau di rumah sakit?.

“Bapak saya sudah tidak ada Pak. Saya hanya punya ibu dan adik laki-laki”.

“Oh, maaf. Kalau begitu besok saya menemui adikmu. Saya akan memintamu padanya. Tentu dia yang akan menjadi walimu nantinya. Yang penting sekarang kamu kirimkan berkas-berkas tersebut. Kenapa harus terburu seperti ini, nanti kamu akan tahu jawabannya.”

“Baik Pak. Tapi adik saya besok adanya sore, karena pagi dia harus ke kampus”.

“O tidak apa”

Huh, kaku sekali kata Vina dalam hati. Tapi dia harus segera menjawab telepon tersebut agar semuanya segera selesai. “Baik Pak. Saya kirim sekarang”. Klik. Benar saja, tanpa terimakasih atau babibu lainnya telepon langsung diputius.

“Bismillahirrohmaanirrahiim”… Vina mengirim dokumen yang diminta Fahri.

Ibu kembali tertidur. Vina menatap wajah ibunya. Rasa bersalah yang teramat dalam pada ibu dan adiknya menghantui Vina. Dia telah melakukan hal-yang besar tanpa komunikasi dengan keluarganya. “maafkan Vina Bu”. Bisiknya

Banyak bayangan berkelebat di pikiran Vina. Teringat masa-masa usaha Bapaknya sedang jaya. Bapaknya membuka usaha berdagang kain di kota Pekanbaru. Ibunya Ibu Rumah tangga dan setelah Vina dan Farid dewsa ibu punya waktu banyak untuk menemani bapak berdagang. Mereka hidup rukun. Bapak yang berasal dari Padang Panjang Sumatera Barat, berjiwa pemimpin, sangat serasi dengan ibu yang berdarah Sunda, perempuan yang lembut namun punya pendirian kuat.

Tiba-tiba dia kembali teringat dengan Rizal yang baru saja menelopnnya. Kembali perasaan bersalah datang. Berbohong kepada Rizal juga menjadi beban bagi Vina. Dengan menguatkan hati dicobanya menelepon balik ke Rizal. Ternyata satu kali panggilan telepon langsung diangkat.

“Assalamualakum Vin. Ada apa?” terdengar nada khawatir dari Rizal

“Walakumussalam Da. Vina minta maaf. Tadi Vina berbohong.”

“Tentang apa Vin?”

“Vina sekarang di rumah sakit Da. Ibu sakit.

“Ibu sakit, sakit apa Vin?”

“Beliau kena TB usus dan baru saja siap operasi. Ini beliau masih dalam pengaruh bius”

“Astaghfirullah. Vin besok aku langsung ke Pekanbaru ya. Kebetulan pekerjaanku sedang tidak sibuk.”

“Ya da terimakasih. Tapi kalau rasanya memberatkan Uda, tidak usahlah. Doakan kami saja kami bisa melewati ini semua.”

“Kamu keberatan saya datang Vin?”

“Sama sekali tidak Uda”

“Terimakasih kalau begitu besok saya ke sana. Sendiri saja karena amak mungkin tidak bisa. Biar nanti saya ceritakan keadaan ini pada beliau.”

“Ya Da makasih”

Vina merasa lega karena telah jujur tentang keadaan ibunya. Tapi satu beban berat lagi, besok dia harus kembali bertemu dengan Rizal.

Usianya berjarak tiga tahun dengan Rizal. Sewaktu dia SMP Uda Rizalnya ini sering ke Pekanbaru bersama Adangnya. Amak Rizal adalah kakak ayahnya Vina. Jadi Vina memanggilnya Mak Adang. Tapi disingkat menjadi Adang. Adangnya ini dulu sangat menyayangi Vina dan Farid. Hampir tiga bulan sekali adang ke Pekanbaru. Atau kalau tidak bapaklah dan vinalah yang ke Padang Panjang. Mereka hanya dua bersaudara. Hubungan merekapun kala itu sangat baik. Bahkan adang sangat senang melihat kedekatan Vina dan Rizal.

Wah, nak gadih adang kapulang ka bako juo mah

Di adat Minangkabau pulang ka bako itu adalah hal yang lumrah bahkan disukai. Sebelum mencari jodoh ke luar maka dilihat dulu kerabat di lingkungan kelurga, bako atau anak mamak. Karena dengan demikian tali persaudaraan itu akan semakin kuat. Istilahnya “Kuah tatunggang ka nasi.

Sewaktu Vina SMA dan Rizal waktu itu sudah kuliah. Rizal makin sering ke Pekanbaru. Bahkan tidak lagi bersama amaknya. Rizal datang sendiri. Ini semakin membuat mereka berdua semakin dekat. Sampai musibah itu terjadi.

Waktu itu Vina kelas tiga SMA. Ibunya Vina ditipu dengan cara hipnotis. Semua perhiasan yang ada di rumah sampai simpanan di bank bisa diminta penipu itu kepada ibunya Vina. Kemudian tidak berapa lama bisnis kain Bapaknya juga mulai menururn akhirnya bangkrut.

Karena sewaktu jaya bapaknya ada membeli tanah di kampungnya di Padang Panjang, maka Bapak mengajak keluarganya untuk mencoba peruntungan di kampung. Sedangkan rumah di Pekanbaru dikontrakkan untuk tambahan keuangan mereka. Vina yang sudah tamat SMA pun akhirnua melanjtkan kuliah di Padang, sedangkan Farid bersekolah di Padang Panjang.

Padang Panjang adalah daerah yang berada di ketinggian. Berhawa sejuk Dinamai kota hujan karena curah hujan yang cukup tinggi. Padang Panjang dinamai juga dengan Serambi Mekah karena disini banyak pondok-pondok pesantren. Pondok Tawalib dan perguruan Diniyah Putri merupakan pondok tertua di kota ini, setelah itu banyak bermunculan pondok pesantren dan lembaga pendidikan lainnya.

Vina sangat menyukai kota ini. Kota dengan pemandangan sekitarnya yang sangat indah. Kota ini dijaga kokoh oleh tiga gunung, gunung Merapi dan Singgalang dan gunung Tandikek.Yang merupakan ikonnya Sumatera Barat.

Padang Panjang juga mempunyai tanah yang subur. Aneka sayuran menjadi komoditi unggulah kota ini. Tomat, lobak, timun, seledri wortel dan lainnya.

Banyak kenangan indah Vina terukir di Kota ini. Namun semua harus berakhir. Karena keadaan keluarga yang tidak jaya lagi, maka perobahan sikap adang mulai tampak. Adang yang dulunya sangat semangat dengan kedekatan Rizal dan Vina sekarang mulai hambar. Tidak adalagi lagi sapaan hangat. Tidak ada lagi anak kesayangan adang. Begitu juga terhadap Farid. Bapak dan Ibu mulai melihat perobahan itu. Hingga suatu saat ada terlontar kata-kata “tidak bersuku “ dari mulut adang.

Minangkabau ,menganut garis keturunan ibu. Sedangkan Ibunya Vina dari Sunda yang bergaris keturunan Bapak. Jadi menurut adat minang Vina bukanlahorang minangkabau. Begitujuga menurut adat Sunda Vina dan Farid juga tidak lah orang Sunda. Jadilah mereka tidak bersuku. Itulah menurut adang.

Tapi kenapa sekarang saja mereka tidak bersuku? Kenapa dulu-dulu sewaktu ayahnya jaya mereka dipanggil anak adang yang ka pulang ka bako?. Akhirnya Vina yang sudah dewasa mulai menyimpulkan. Ini semua karena ayahnya tidak lagi orang berpunya. Vina mundur teratur dari Rizal. Walaupun Rizal masih tetap ingin memmpertahankan hubungan mereka. Vina lebih memlih mengelak dari pada merusak hubungan kekeluargaan meraka. Begitu juga dengan bapak. Sewaktu bapak sakit-sakitan beliau berpesan agar nanti kalau bapak tidak ada, sebaiknya kembalilah ke Pekanbaru. Huni kembali rumah di pekanbaru dan cobalah mencari pekerjaan disana.

Setelah bapak meninggal, Vina dan ibu mohon izin ke adang untuk kembali ke Pekanbaru. Tanah yang dibeli Bapak separohnya diberikan pada adang dan separohnya lagi dibuatkan rumah semi permanen karena keuangan bapak hanya cukup untuk itu.Tujuan bapak agar kalau Vina dan ibu pulang kampung seperti untuk melihat pusara bapak, ada rumah yang dituju.

bersambung

#Novel4

#DrafNovelVinaJanjiItuTidakPernahAda

****

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Bunda. Masih banyak yang typo, dan penggunaan tanda baca/EYD yang perlu Bunda swasunting kembali. Mungkin karena tergesa-gesa untuk tayang. Ceritanya bagus Bunda. Semangat dan sukses selalu.

08 Oct
Balas

Mabtap sekali bund. Sukses selalu

08 Oct
Balas

Keren mantap sekali Bun cantik, sukses selalu

08 Oct
Balas



search

New Post