Kami Mau Makan Apa?
Sore ini sepupuku mampir ke rumah kami. Dia ada keperluan dengan seseorang yang rumahnya tak jauh dari rumahku. Sepupuku ini adalah anak dari kakak ibuku.
Seperti biasanya kalau dia datang ke rumah kami, selalu aku tawari makan. Kadang-kadang kalau ia ke rumah pas sedang lapar , ia akan ambil sendiri sambil berkata "wak litak, makan ciek lu". Tapi kali ini ia hanya tersenyum. Kutawarkan sekali lagi sambil berkata bahwa laukku adalah goreng ikan kering balado kesukaannya. Mendengar itu ia langsung berdiri dan mengambil piring ke dapur. Sambil makan ia bercerita bahwa mulai hari rabu ia tidak boleh jualan lagi. Sebab mulai tanggal 22 April sampai tanggal 5 Mei di tempat kami akan diberlakukan PSBB. Dengan apa ia dan keluarganya akan makan. Minggu yang lalu ia menerima bantuan bencana covid sebanyak 25 kg beras dan uang sebanyak Rp 250.000,-. Sisa beras memang masih ada , tapi uang bantuan sudah tidak ada lagi.
Aku bisa memahami uang sebanyak itu hanya cukup untuk biaya hidup sekitar seminggu, paling lama sepuluh hari. Sebab anggota keluarga sepupuku ada 7 orang, yang terdiri dari suami, anak, cucu dan menantunya.
Rasa empatiku muncul, kuambilkan telur puyuh dan kuberikan padanya. Kata terima kasih terucap dari bibirnya. Kemudian kubuka kulkas untuk melihat persedianku, ada beberapa macam ikan kering. Kubungkus sebagian ikan kering, cabe, bawang, dan kumasukkan terung hasil panen kemaren ke dalam kantong kresek kemudian kuserahkan padanya.
Menerima pemberianku tiba-tiba tangisnya pecah sambil bersykur dan mengucakan "alhamdulillah". "Ini bisa untuk makan kami satu minggu", lanjutnya lagi.
Tak terasa air pun mengalir dari netraku. Ingatanku melayang ke puluhan tahun silam. Sewaktu aku kecil kakak ibuku sering memberikan kami bahan mentah untuk dimasak. Ada ikan segar, ikan kering, atau telur. Kami pun berdua bertangisan. Kuceritakan kebaikan ibunya kepada kami sekeluarga.
Waktu itu kehidupan keluargaku serba kekurangan. Ibuku seorang guru SMP yang gajinya pada saat itu tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga dengan 5 orang anak untuk satu bulannya. Ayahku boleh dikatakan tidak punya penghasilan. Kebutuhan untuk dirinya sendiri selalu disubsidi oleh ibuku. Kebetulan kakak ibu dan suaminya keduanya PNS. Melihat kehidupan kami seperti itu beliau sering memberikan kami bahan untuk dimasak minimal sekali dalam seminggu.
Aku berdo'a semoga wabah covid ini cepat berlalu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar