Kasihmu Tak Terbilang
Kasihmu Tak Terbillang
Mama
Kasihmu tiada tara
Tak terbalas sepanjang masa
Kau didik dan besarkan kami semua
Tak kenal lelah kau bekerja
Mencari makan dan penuhi biaya
Tuk menyekolahkan anak-anakmu tercinta
**
Penuh cinta kami kau besarkan
Seorang diri nafkah kau cukupkan
Penat dan lelah tidak kau rasakan
Kami tak pernah engkau abaikan
**
Akhir bulan tak ada yang akan dimakan
Surat saktimu selalu kuantarkan
Pada pedagang yang selalu bisa menghutangkan
Kebutuhan pokok yang kami perlukan
**
Kau wanita kuat dan pejuang
Dirimu selalu penuh kasih sayang
Kau hadang semua penghalang
Demi kami yang kau sayang
**
Sekarang kau telah tiada
Dipanggil yang Maha Pencipta
Semoga kau tenang di sana
Mendapatkan tempat terbaik di jannah-Nya
Kota Beras, 24 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya belum kenal dengan syair berpola seperti yang Ibu buat. Jadi maaf, saya belum bisa berkomentar. Mungkin definisi syair kita berbeda. Sukses selalu buat Ibu.
Mungkin saya yg kurang paham tentang syair Pak. Mungkin saya yang harus belajar banyak tentang ini
Sepengetahuan saya, pembuatan syair memang mirip dengan pantun tapi jauh lebih rumit karena semua diksinya harus mengandung makna yang dalam serta rima yang dipakai adalah rima bunyi, bukan rima kata seperti layaknya pantun. Majas lebih banyak digunakan ketimbang kalimat lugas.
Terimakasih penjelasannya Pak. Terus terang saya paling awam tentang seni tulis menulis ini