Bunyi deru motor memasuki rumah Aini. Tak seperti bunyi biasa yang ia dengar. Bunyi motor suami dan mantunya tidak sekeras ini, mungkin tamu yang datang. Sebab hari baru sekitar pukul sepuluhan. Belum jadwalnya pulang kantor.

Aini beranjak dari duduknya dan melihat ke luar. Seorang laki-laki bermasker turun dari sepeda motor sambil memandangnya dan tersenyum. Aini berdiri terpaku membalas pandangan laki-laki itu, bingung tidak biasanya ada tamu yang datang berkunjung ke rumahnya.

Rumah Aini jauh dari pusat kota. Ia beserta keluarganya tinggal di daerah pinggiran sebuah kota, boleh dikatakan seperti sebuah pedesaan. Terpencil dari keramaian. Di tempat itu hanya ada rumah Aini, jauh dari rumah tetangga. Jadi jarang sekali ada yang datang berkunjung ke rumahnya. Jika ada undangan biasanya orang akan menitipkan di rumah orang tuanya yang terletak di pusat kota.

Tamu tersebut berjalan menuju ke arahnya sambil membuka masker. Aini terkejut, kenapa dia datang setelah sekian puluh tahun tak ada kabar berita. Apa yang membawa langkah kakinya ke rumah ini?

Aini mempersilahkan tamunya duduk, dan menyiapkan minuman. Eh...tanpa preambul dia langsung nyerocos,"kenapa dulu saya tidak di undang?"

"Undangan apa?"jawab Aini.

"Waktu kamu nikah"jawabnya lagi

"Lupa", spontan Aini menjawab.

"Saya tidak pernah bisa melupakannya",cerocosnya.

Plis deh...kita sudah jadi kakek nenek, lupakan masa lalu.