Fitrisia Dairoza

Mama adalah orang tua terbaik dan guru favoritku. Semoga aku bisa seperti mama. Terbaik buat anak -anak dan peserta didikku. Panggilanku Roza. Lahi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Tamu Mengantarkan Takdirku

Namaku Sarah. Umurku 29 tahun. Aku merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya dari kedua orang tuaku. Ketika remaja, ibuku meninggalkanku untuk selamanya menghadap Sang Pencipta.

Tiga tahun yang lalu aku resmi menyandang gelar sebagai seorang isteri dari seorang pria yang sangat kucintai dan mencintaiku. Alhamdulillah, aku merasa bahagia. Kedua mertuaku juga sangat sayang padaku. Rasanya aku kembali mendapatkan kasih sayang ibu yang selama ini tidak aku dapatkan.

Kebahagianku bertambah setelah aku dinyatakan positif hamil. Lebih dari satu tahun kami menanti kehadiran si buah hati. Kami mencoba semua hal untuk proses kehamilanku. Berobat ke dokter, meminum obat tradisonal pun kami lakukan. Semua ikhtiar kami lakukan, tentu yang paling utama adalah selalu berdo’a dan bermunajat pada Yang Maha Kuasa, Allah Azza Wa Jalla.

Karena aku berbadan dua dalam masa pandemi, maka kehamilan dan kesehatanku sangat kujaga. Apabila ke luar rumah, aku tak pernah lalai dengan protokol kesehatan, selalu melaksanakan 3M. Kalau tidak begitu penting, aku tidak akan keluar rumah.

Ketika virus corona kembali mulai merebak. Jumlah kasus orang yang terinveksi meningkat pesat. Walaupun peningkatan yang sangat tajam terjadi di Pulau Jawa dan Bali, aku yang tinggal jauh dari kedua pulau tersebut tetap merasa khawatir. Apalagi setelah mendengar ditemukannya kasus covid varian delta yang berasal dari India, yang dapat menyebar dengan cepat. Katanya varian ini tidak mematikan, tapi penyebarannya begitu cepat. Berselisih jalan dengan seseorang hitungan detik kita bisa tertular.

Sejak itu, aku memilih untuk berdiam diri saja di rumah. Tidak kemana-mana, demi keselamatan calon bayiku. Sebab, kandunganku sudah mulai membesar dan diperkirakan 2 bulan lagi aku melahirkan. Lebih baik pilih yang aman, di rumah saja.

Sudah sebulan lebih aku di rumah saja. Suatu hari kami kedatangan tamu. Sepupu suamiku datang dari kampung. Beliau dirujuk berobat ke RSUP di kotaku. Mengingat jarak kampung suami dan Rumah Sakit rujukan jauh, sekitar 8 jam perjalanan, maka beliau menginap di rumah kami. Saat datang kondisinya dalam keadaan demam.

Tanpa syak wasangka apa-apa, aku dan seluruh keluarga yang berada di rumah tetap seperti biasa. Di dalam rumah kami tidak pernah memakai masker. Masker kami pakai kalau hendak keluar rumah saja. Aku pun sempat bersalaman dengan sepupu suamiku. Tapi, entahlah apakah aku sempat cuci tangan setelah itu atau tidak.

Mengapa ? Dua hari kemudian aku demam tinggi. Aku pun dibawa berobat ke dokter. Setelah minum obat beberapa kali demamku tidak turun. Akhirnya aku dibawa ke salah satu rumah sakit swasta di kotaku. Seperti lazimnya saat ini, pada setiap pasien yang baru masuk rumah sakit pasti akan dilakukan test swab PCR. Setelah dua hari hasilnya keluar. Qodarullah...aku dinyatakan positif terinfeksi virus covid-19. Panasku masih tinggi dan saturasiku mulai turun. Karena aku dalam kondisi hamil dan saturasiku rendah maka aku disarankan untuk dirujuk ke RSUP.

Setelah menyelesaikan semua administrasi, dan ada ambulance, maka sore itu aku panda ke RSUP. Sesampai di sana, beberapa dokter sibuk memeriksaku. Berdasarkan hasil pemeriksaan aku disarankan untuk operasi Caesar untuk melahirkan bayiku. Mungkin untuk mengurangi resiko agar bayi tidak tertular dan mengurangi bebanku yang sedang hamil dengan saturasi rendah.

Aku menyetujui saran dokter, tentu mereka lebih tahu mana yang terbaik untuk kami berdua. Kemudian dokter menyampaikan pada suami dan keluargaku bahwa aku akan dioperasi. Sebelum pelaksanaan operasi aku dibius untuk dipasangkan ventilator. Katanya pasang ventilator itu sakit sekali, makanya pasien harus dibius. Malam itu aku langsung dioperasi.

Alhamdulillah bayiku lahir dengan selamat, seorang bayi perempuan cantik, semoga jadi anak sholeha. Tetapi bayiku harus masuk inkubator dulu beberapa hari untuk perawatan. Keesokan harinya bayiku diswab PCR, dan hasilnya negatif. Setelah tiga hari bayiku dirawat dalam incubator, kondisinya sudah membaik, akhirnya keluargaku diizinkan membawa bayi cantikku pulang.

Setelah saturasiku mulai membaik, ventilatorku dibuka. Tapi nafasku masih sesak, sehingga pernafasanku tetap dibantu dengan memasang oksigen. Aku sudah bisa berkomunikasi melalui videocall dengan suami, keluarga dan melihat si cantik buah hatiku. Walaupun dalam video call aku tidak bisa berkata-kata, hanya pakai bahasa isyarat, hanya dengan anggukan dan gelengan. Rasanya itu sudah kemajuan besar bagiku. Apalagi hasil test PCR terakhirku sudah negatif.

Namun semuanya hanya berlangsung beberapa hari. Saturasiku anjlok lagi. Ventilator terpaksa dipasang lagi untuk membantu pernafasanku. Dari hasil rontgen sekitar 90% paru-paruku sudah memutih. Saat ini aku masih terbaring lemah tak berdaya, tidak sadar. Ventilator inilah yang sekarang menjadi penyambung nafasku. Mungkin nafasku akan berhenti jika ventilator ini dibuka. Aku hanya berdo’a semoga ada keajaiban dan mukjizat dari Allah SWT. Aku bisa sembuh, terbebas dari ventilator dan diberi kesempatan untuk merawat dan membesarkan buah hati kami menjadi wanita sholeha.Semoga Allah mengabulkan do'aku. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Seperti kisah nyata Bu, pintar ibu menjalin tulisannya.

30 Aug
Balas

Memang kisah nyata Bu. Adik sepupu, tapi namanya disamarkan. Mohon do'anya semoga ada keajaiban dari Allah SWT. Terimakasih kunjungan dan apresiasinya.

30 Aug

Mantap ceritanya

29 Aug
Balas

Terimakasih apresiasinya Bucan..

30 Aug

Keren

31 Aug
Balas

Terimakasih Bu..

01 Sep

Ya Allah .. bebaskan lah Sarah dari ventilatornya... Sehat dan sukses selalu Bu cantik

04 Sep
Balas

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Allah sayang sarah sehingga tgl 6 Sepetember yg lalu. Semoga syahid.

08 Sep

Ya Allah .. bebaskan lah Sarah dari ventilatornya... Sehat dan sukses selalu Bu cantik

04 Sep
Balas

Ya Allah .. bebaskan lah Sarah dari ventilatornya... Sehat dan sukses selalu Bu cantik

04 Sep
Balas

Ya Allah .. bebaskan lah Sarah dari ventilatornya... Sehat dan sukses selalu Bu cantik

04 Sep
Balas

Ya Allah .. bebaskan lah Sarah dari ventilatornya... Sehat dan sukses selalu Bu cantik

04 Sep
Balas

Ya Allah .. bebaskan lah Sarah dari ventilatornya... Sehat dan sukses selalu Bu cantik

04 Sep
Balas

Ya Allah .. bebaskan lah Sarah dari ventilatornya... Sehat dan sukses selalu Bu cantik

04 Sep
Balas

Amin...semoga segera diberikan kesembuhan dan bisa merawat Nanda sholehah

29 Aug
Balas

Aamiin...terimakasih atas do'a dan apresiadinya Bu

30 Aug

Ya Allah ... izinkan Sarah merawat bayinya .Aamiin

29 Aug
Balas

Aamiin...semoga do"a kita diijabah Allah SWT.

29 Aug

Makasih Winta..

29 Aug



search

New Post