Fitrul Fathoni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Susahnya Menjaga Lisan

H-26#tantangan menulis.

" ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana " . Artinya kehormatan diri terletak pada tutur kata/ucapan, kehormatan badan/lahiriah terletak pada baju yang kita pakai.

Kiranya peribahasa Jawa diatas benar adanya sebab lisan sebagai alat komunikasi kita dengan orang lain. Kata orang jika ingin mengetahui karakter seseorang bisa dilihat dari ucapannya.

Saya mengangkat tema ini berdasarkan fenomena yang saya temui di lingkungan anak-anak sekolah. Hampir setiap hari saya temukan anak-anak yang mengumpat dengan berbicara kotor,jorok atau yang biasa disebut "misoh" di daerah saya. Betapa entengnya mereka berbicara kotor di lingkungan sekolah ataupun diluar sekolah. Seringkali saya tegur tetapi jawaban mereka di luar dugaan saya. Kata mereka "ustadz di YouTube loh bu yo misoh, jarene iku ora misoh".

Astaghfirullah....makjleb !! Rasanya hati saya tertohok mendengar jawaban mereka. Sempat saya berfikir apa iya ada ustadz yang berbicara seperti itu?! Atau anak-anak hanya mengada-ada?!. Lalu saya desak mereka katanya "ibu lihat aja di YouTube namanya ustadz ....".

Bagi anak-anak seolah-olah mengumpat itu hal yang benar. Ternyata pelajaran agama, mengaji,nasehat, dan shalat yang kami ajarkan di sekolah tidak cukup mampu membendung lisan anak-anak untuk tidak berkata kotor. Internet dan lingkungan telah mengalahkan lingkungan sekolah.

Miris rasanya melihat anak-anak yang mengalami degradasi moral. Sepertinya mereka kehilangan figur yang bisa jadi teladan yang baik. Padahal mungkin itu hanya segelintir orang saja yang melakukan seperti itu tapi mereka jadikan "idola baru" dalam bertutur kata.

Tahukah kamu nak bahwa menjaga lisan itu termasuk salah satu wujud keimanan kita. Agama mengajarkan kita untuk menahan perkataan kecuali yang baik. Rasulullah Saw berpesan " barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam " (HR. Bukhori).

Jika kita renungkan hadist di atas bahwa ada standar yang ketat dalam penggunaan lisan. Hanya ada dua pilihan yaitu jika tidak bisa berkata baik maka harus diam atau sebaliknya jika tidak bisa diam maka harus berkata baik.

Bisa jadi apa yang keluar dari lisan kita jadi bumerang buat kita. Jargon "mulutmu harimaumu" benar adanya. Banyak kita temukan kasus di televisi maupun di lingkungan kita terjadi cekcok, pertengkaran, permusuhan, bahkan ada yang sampai berkahir pembunuhan hanya karena perkataan yang keluar dari lisan. Mungkin sulit menjaga lisan agar tidak terpeleset tapi ada baiknya jika kita latih supaya terbiasa berkata baik.

Banyuwangi, 01/03/2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post