Foy Ario

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BUYA HAMKA, AYAH BANGSA, ULAMA SHOLIH, DAN PEJUANG AQIDAH

BUYA HAMKA, AYAH BANGSA, ULAMA SHOLIH, DAN PEJUANG AQIDAH

BUYA HAMKA, AYAH BANGSA, ULAMA SHOLIH, DAN PEJUANG AQIDAH

Resensator : Foy Ario,M.Pd

Guru SMAN 12 Jakarta

Identitas buku

Judul buku : Ayah… Kisah Buya Hamka

Penulis : Irfan Hamka

Editor : Muh Iqbal Santosa, Anriyati

Penerbit : Republika Penerbit

Tampat terbit : Jakarta

Halaman : XXVII + 321 Halaman

Cetakan/ Tahun : Pertama I/2013

Demensi buku : 13,5 X 20,5 Cm

Siapa yang tidak mengenal nama besar Buya Hamka, Ulama besar Indonesia yang namanya kini diabadikan sebagai nama Peguruan Tinggi yang kini juga berpengaruh besar bagi pendidikan di Indonesia, perguruan tinggi tersebut adalah UKAMKA yaitu Universitas Muhammadiyah Dr.Hamka. sebagai tokoh yang berpengaruh di Indonesia nama Buya Hamka terkenal hingga Mancanegara, terlebih Negara-negara Arab dan sekitarnya. Sebagai seorang ulama yang juga sastrawan hasil karyanya hingga kini masih dapat kita jumpai, seperti “Tenggelamnya Kapal Van Der Wick”, yang telah berhasil difilmkan pada akhir tahun 2016 dan bertahan cukup lama di bioskop-bioskop di Indonesia. Film tersebut adalah hasil adaptasi dari karya prosa yang ditulis oleh pengarangnya Buya Hamka.

Niat Irfan Hamka menuliskan kisah ayahnya dalam sebuah buku yang bertajuk agama dan kisah inspiratif ini, menurut resensator berhasil memberikan pengalaman yang luar biasa bagi pembaca yang menyelesaikan kegiatan membaca buku ini. Karena diluar dugaan, banyak kisah dari masa lalu yang tidak kita ketahui, terdeskipsikan dengan jelas dan lugas oleh Irfan Hamka. Mengenai kebenaran dan validitas dari kisah pastilah tidak diragukan lagi karena sebagai penulis Irfan Hamka sendiri tidak menulis tanpa dasar, melainkan merujuk pada catatan-catatan harian dan ingatan-ingatan yang masih lekat dengannya karena ia menjalani langsung peristiwa tersebut hari demi hari bersama Ayahnya Buya Hamka.

Buku ini terdiri dari sepuluh bagian yang akan resensator bahas beberapa bagian saja yang menarik, pada bagian satu, Sejenak Mengenang Nasihat Ayah; dikisahkan seorang Buya Hamka dengan kesehariannya saat menerima tamu di kediamannya di Kebayoran Baru. Tamu beliau datang dari berbagai latarbelakang pendidikan dan berbagai golongan masyarakat yang selalu diterimanya dengan pintu terbuka, tujuan kedatatangan tamu-tamu tersebut masing-masing berbeda, mulai dari yang ingin belajar dan memperdalam agama Islam hingga berkonsultasi masalah kehidupan, atau hanya sekadar ingin bersilaturahmi dengan beluai, yang sebagian besar tamu itu pulang dengan wajah yang berseri-seri karena mendapatkan solusi yang terbaik, dan tak jarang mereka kembali untuk yang kedua kali hanya sekadar mengucapkan terima kasih. Diceritakan singkat kedatangan seorang perempuan yang berniat untuk bercerai dengan suaminya, namun nasihat yang bijak dari Buya Hamka membuat perempuan itu berfikir ulang untuk melangsungkan perceraiannya.

Bagian lain yang juga banyak tidak diketahui oleh masyarakat mengenai Buya Hamka, yaitu perihal nama ayahnya yang menjadi Hamka, ternyata berasal dari nama asli beliau yaitu Haji Abdul Malik Karim yang disingkat menjadi Hamka, belum lagi hal-hal yang berkaitan dengan asal terjadinya dan berkembangnya nama tempat di Jakarta, asal muasal berdirinya masjid Agung Al-Azhar di Kebayoran Baru yang merupakan rintisan dan perjuangan Buya Hamka, hingga kisah mistis ketika keluarga Buya hamka mengalami gangguan oleh makhluk halus dalam bagian “Ayah berdamai dengan Jin”.

Dengan latar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kisah ini dimulai saat Irfan Hamka berusia 5 Tahun (1948, Zaman Agresi II) hingga tahun 1981 saat Buya Hamka berpulang Ke Rahmatullah (Wafat). Sejarah memang tidak akan banyak berbicara sebelum ia dituliskan, tradisi lisan saja tidak cukup untuk membuktikan keberadaan peristiwa dan fakta nyata yang sesungguhnya terjadi dalam sejarah tersebut. Perihal lokasi kejadian dan peristiwa unik dan mengharukan yang turut serta dalam sebuah cerita sejarah, menurut resensator adalah “bonus yang luarbiasa” yang didapatkan oleh pembaca kisahnya. Seperti pada bagian empat ; Ayah, Umi, dan Aku Naik haji. Dikisahkan perjalanan haji pada era itu, yaitu akhir Desember tahun 1967 (hlm.79), saat Buya Hamka, Istrinya (Umi), dan Irfan Hamka melaksanakan perjalanan ibadah Haji dengan kuota istimewa yang didapatkan dari pemerintah melalui Dirjen Haji. Perjalanan Haji saat itu tidak semudah hari ini dengan sarana transportasi yang ada – pesawat terbang, sedangkan perjalanan haji saat itu dengan menumpang kapal laut dengan waktu tempuh yang cukup lama--kurang lebih 3 bulan hingga 4 bulan, itu pun bergantung jenis kapal laut dan kelas kapal laut yang digunakan.

Deskripsi kejadian demi kejadian diceritakan cukup apik dan memberikan gambaran kepada pembaca perihal perjalanan itu, misalnya mengenai kelas ruang kapal penumpang--mulai dari yang VIP, hingga kelas III (barak), kebutuhan biologis dan penyelesaiannya, tempat–tempat transit yang dikunjungi, hingga deskripsi pemakaman jenazah di laut lepas yang mungkin baru pertama kali resensator dengar dan ketahui. Disamping itu juga, kisah perjalanan diplomatik dari Arab Saudi hingga ke Iraq, yang pada akhirnya sekembalinya dari Iraq mereka melakukan perjalanan darat dengan risiko yang sangat besar dikarenakan perjalanan udara sebelumnya umi mengalami trauma dan kurang sehat. Dikatakan dalam buku tersebut perjalanan darat dari Iraq ke Arab Saudi mungkin perjalanan darat yang pertama saat itu.

Buku ini lebih mengarah sebagai buku biografi, karena mengisahkan awal perjalanan hidup seorang Buya Hamka hingga wafatnya. Ternyata perjalanan ulama besar Indonesia ini memiliki lika-liku yang menarik dan sangat memberikan inspirasi bagi generasi muda pencari ilmu, terutama ilmu agama Islam. Buya Hamka yang sempat merantau jauh ke Mekkah di usianya yang masih muda karena persoalan kemampuan bahasa Arab dan pendalaman agamanya yang masih kurang, ia terpaksa harus belajar lebih karena perlakuan orang dikampungnya yang menyindir kemampuannya itu, ayahnya sendiripun Syekh Abdul Karim (Innyak Doktor) mengatakan,

“jangan pidato saja yang kau kuasai! Kau masih belum alim,” tegur Inyak Doktor ketika itu.

Buya Hamkapun terlecut, atas bantuan andungnya saat usianya 18 tahun beliau berangkat ke Mekkah menumpang kapal laut Belanda, Karimata. Lebih dari tujuh bulan ia berada di Mekkah, mempelajari bahasa dan mendalami ilmu agama Islam, hingga saatnya ia bertemu dengan Haji Agus salim yang menganjurkannya kembali ke tanah air. (hlm. 234 s.d 236). Perihal lain yang berkaitan dengan perjalanan hidupnya selanjutnya yang dihiasi dengan prinsip-prinsip yang kokoh yang dapat ditauladani oleh generasi penerus bangsa ini, saat ia mengundurkan diri dari MUI karena menggulirkan fatwa haram terhadap suatu kegiatan yang menurut pemerintah tak pantas difatwakan, iapun terkenal pemberani, tegas, keras pendirian-terutama aqidah keislaman, dan jiwanya yang halus juga pemaaf.

Berkaitan dengan sifat pemaaf yang dimilikinya, ada kisah besar yang tak dapat disembunyikan dan menjadi bagian terbaik dari tokoh, ulama besar negeri ini. Berkaitan dengan tokoh-tokoh bernama besar juga bagi republik ini, yaitu Presiden pertama RI Ir.Soekarno, Mr. Moh Yamin, dan Pramoedya Ananta Toer. Ketiga tokoh ini dikisahkan telah melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan terhadap diri Buya hamka, seperti Soekarno yang telah memenjarakan beliau selama 2,5 tahun atas tuduhan percobaan pembunuhan, buku-buku beliau dilarang terbit, bahkan yang sudah terbit ditarik dari peredaran, sehingga berpengaruh bagi kehidupan ekonomi keluarga Buya Hamka yang akhirnya dibebaskan setelah Soekarno lengser digantikan Soeharto. Mengenai Moh Yamin yang membenci beliau karena Buya Hamka dalam pidatonya di sidang konstituante menyatakan penggunaan dasar Negara Pancasila hanya akan memasukkannya dalam neraka (hlm.259), begitu juga dengan Pramoedya Ananta Toer yang melalui Harian Rakyat dan Harian Bintang Timur dalam lembaran Lentera telah menyudutkan sisi kepengarangan Buya hamka dengan tulisan yang berbau fitnah, beliau di tuduh sebagai seorang plagiat yang telah mencuri karangan asli pujangga prancis Alvonso Care dalam karyanya “Tenggelamnya Kapal Van de Wick”.

Apapun yang dilakukan ketiga tokoh tersebut dimaafkan oleh Buya hamka, presiden Soekarno yang pada wasiatnya meminta beliau menyolatkan jenazahnya dilakukannya dengan ikhlas, Moh Yamin yang minta ditemaninya menjelang ajal bahkan menghembuskan nafas terakhirnya di genggaman tangan Buya Hamka, lain lagi dengan Pramoedya Ananta Toer yang meminta maaf secara tidak langsung dengan mengirimkan calon menantunya yang berniat menjadi mualaf dan mendalami ilmu agama Islam, merupakan perbuatan mulia yang tercatat sebagai sejarah yang sangat indah, meski menurut Irfan Hamka hal ini merupakan ujian hidup bagi mereka sekeluarga.

Sehingga resensator menyatakan bahwa buku ini layak untuk dibaca dan dijadikan koleksi oleh berbagai kalangan, karena banyak pesan dan pengalaman hidup yang dapat menjadi cermin untuk menjalani kehidupan di era sekarang ini. Keteguhan dan kesabaran dalam pencarian ilmu - terutama ilmu agama memberikan gambaran gigihnya perjuangan seorang ulama besar, sastrawan, ulil amri, dan manusia biasa ciptaan Allah SWT. Kecintaannya kepada dunia tidaklah melebihi kecintaannya kepada Allah SWT. Beliau juga tidak hanya ayah bagi Irfan Hamka, tapi juga dapat disebut sebagai ayah bangsa, ulama Shalih dan pejuang aqidah.

Jakarta, 22 Maret 2017

Foy Ario,M.Pd

SMAN 12 Jakarta

HP. 087888407566

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

tokoh pavoritkuuu

23 Mar
Balas



search

New Post