Fransisca Dafrosa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMULIHKAN EKSISTENSI GURU

MEMULIHKAN EKSISTENSI GURU

Cinta Di Rumah Kasih Di Sekolah – A. Mintara Sufiyanta, S.J.

UU No. 20 Tahun 2003 berbunyi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, sehingga anak-anak sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan semaksimal mungkin. Hal-hal tersebut dapat diperoleh di sebuah lembaga bernama sekolah. Sekolah adalah tempat yang dipercaya oleh banyak kalangan khususnya para orang tua siswa untuk menerima pendidikan. Kepercayaan tersebut terbentuk karena diharapkan sekolah dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak-anak mereka.

Namun, akhir-akhir ini sekolah sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk belajar mulai mengalami kemerosotan bahkan kehilangan fungsinya akibat banyak terjadi kekerasan di lingkungan sekolah. Hal itu membuat orang tua resah sebab waktu anak-anak lebih banyak dihabiskan di sekolah tapi lingkungan sekolah sudah tidak kondusif.

Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebanyak 207 anak menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual di satuan pendidikan sepanjang tahun 2021. Mereka generasi muda yang seharusnya dilindungi malah menjadi korban kekerasan di sekolah. Fenomena kekerasan tersebut sungguh mencoreng citra lembaga pendidikan dan memberikan gambaran bahwa guru masih lemah dalam pengendalian diri, kurang mampu mengaplikasikan pengetahuan pedagogis dalam pendidikan, serta mengalami penurunan nilai-nilai moral. Orang tua yang memiliki masalah psikologi, disfungsi keluarga, serta bentuk pola asuh yang kurang mendukung sikap positif pada anak dan juga memberikan gambaran bahwa tidak adanya keterbukaan komunikasi antara anak dengan orang tua.

Tindak kekerasan tersebut bisa dihentikan bila semua pihak bertanggung jawab mulai dari pemerintah, sekolah, orang tua dan siswa. Pemerintah tidak hanya mengeluarkan undang-undang tentang perlindungan anak tetapi harus disosialisasikan kepada guru, orang tua siswa dan siswa agar memahami bahwa ada regulasi yang sah untuk setiap tindakan kekerasan yang dilakukan saat berada di lingkungan sekolah. Selanjutnya dilakukan monitoring untuk menindaklanjuti perkembangan kasus yang terjadi lalu dilakukan evaluasi agar ada perbaikan demi terwujudnya rasa aman dan nyaman bagi siswa. Selain itu kurikulum pendidikan karakter yang berfokus pada profil remaja Pancasila harus lebih dikuatkan serta harus terintegrasi dengan semua mata pelajaran tidak hanya di pelajaran PKN dan Agama saja agar rasa saling menghargai serta mengasihi pada sesama tertanam kuat. Pihak sekolah mengadakan program ‘Teacher Wellbeing’ bekerja sama dengan pakar psikologi yaitu kegiatan untuk merawat kesehatan mental bagi guru dengan menanamkan aktivitas perawatan diri tentang bagaimana cara mengurangi stres pada guru dan membangun hubungan yang positif dengan sesama. Bila secara psikis guru sudah sejahtera maka akan dengan mudah membuka mind set orang tua untuk mengurai permasalahan psikologis mereka. Apabila permasalahan orang tua sudah terurai maka akan berpengaruh positif pada pola pikir serta pola asuh anak mereka. Orang tua perlu menjalin komunikasi yang terbuka dengan anak, menerapkan pola asuh yang menekankan pada dukungan, menjalin hubungan baik dengan teman-teman sekolah anaknya juga dengan pihak sekolah agar mengetahui perubahan dan perkembangan sikap anaknya. Hal yang bisa dilakukan siswa yaitu harus berani mengungkap jika mengalami tindak kekerasan, melakukan hal yang positif agar bisa berprestasi dan menjadi agen pelajar Pancasila dengan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Namun, dari semua hal di atas yang paling utama adalah anak-anak membutuhkan orang dewasa yang mengerti dan mampu menerangi tiap langkah mereka agar dapat tumbuh menjadi pribadi tangguh serta hati yang besar sehingga rasa bahagia di rumah dan di sekolah semakin terawat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren banget

03 Mar
Balas

Terima kasih, Bu Sutarti.. salam sehat

03 Mar

Ulasannya menarik sekali. Keren Bu Sisca, salam literasi.

03 Mar
Balas

Terima kasih Pak Rochadi.. salam literasi

03 Mar

Ulasan yang mantap dan informatif, sukses selalu Ibu.

03 Mar
Balas

Trmksh Bu Sry.. salam sukses..

03 Mar



search

New Post