Terbayar Sudah dengan Santet (3)
Terbayar Sudah dengan Santet (3)
Dalam angan ku pastikan sebentar lagi terdengar suara ledakan kecil. Dan si jago merah mulai menyambar gedhek, dinding dari anyaman bambu yang mengelilingi bagian atas tembok rumah kami. Ya, rumah kami masih bentuk 'kotangan'. Bagian bawah sudah tembok dari semen dan pasir tapi bagian atasnya masih anyaman bambu.
Tentu tak mudah bagi bapak untuk membuat sekeliling rumah ini 'gebyok', berdinding kayu jati atau pun tembok dari semen. Untuk menyekolahkan 5 anaknya sampai bangku kuliah saja, benar-benar perlu perjuangan ekstra. Untung sejak SD kami anak-anaknya, sudah terbiasa tak mendapat uang saku.
Ibu, wanita tersabar di dunia, selalu menyemangati kami supaya hidup kami kelak sukses. Tak hanya menyemangati lewat nasihat dan doanya tapi siang malam bekerja tanpa pernah mengeluh.
Bapak yang dulunya pegawai pemerintah telah kehilangan hak pensiun. Ya, saat beliau berumur 30 tahun dan baru punya anak kakakku tertua, saat itulah tantangan hidup dimulai. Tahun 1965 saat terjadi pergolakan politik, tanpa tahu apa pun bapak diseret oleh segerombolan orang. Dihajar habis-habisan hingga pingsan. Tak hanya berdarah-darah bahkan seluruh giginya rontok tak bersisa.
Perih menghunjam seluruh sendiku mendengar cerita dari Mbah Putri, nenekku saat aku kelas 6 SD. Bahkan beranak-pinak menjadi dendam yang ku simpan.
Bersambung ....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisahnya bikin hati gimana gitu.. Lanjuuut. Sukses selalu Oma gaul.
Hahaa...keep calm, bro. Ini cm fiksi. Hehe...
Luka batin keluarga yang menjadi penyemangat hidup. Mantap, Oma. Banyak konfliknya
Bgtlah, say.
Kok kisah kita mirip ya Bu, cuma ibu dan ayah tidak mau bercerita jelas tentang ini, yang jelas peristiwa September 1965 membuat ayah tidak PNS lagi, tetapi ibu masih, padahal mereka baru nikah.
Ini cm fiksi kok bunda. Hehe ...slmt Idul Fitri mhn mf lhr batin
Dendam kesumat...parah... menakutkan... lanjuut... oma cantiiik...
Siaappp, say
Kisah yang luar biasa bunda
Trmksh
Sangat menarik bunda
Trmksh p gr. Slmt Idul Fitri mhn mf lhr batin
Sangat inspiratif
Trmksh mas Sandi