Frengky Jamento

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kapal Tua

Gugup gemetar bersyarat malu kupungut detak deret sang waktu

entah berapa mil terlampu sudah mungkin salah kumenghitung jari

dua puluh empat tahun selepas setengah abad

kita berlabuh dalam derasnya ombak dan menyapa pada hitamnya karang.

Gemercik pemecah pantai menghempas dinding

seketika nasionalisme tersusun rapi sembari bersujud pada yang kuasa

saat sepoi menemai terlena sudah sang nahkoda

awak pun tersipu berandai – andai.

Kapal tua

begitu luaskah samudra tempat menarimu menikmati mentari

hingga setiap lima jengkal berlabuhnmu

kau rayakan perayaanmu beralih nahkoda.

Sering bertanya aku dalam heningnya sepi kapan berlabuhmu pada dermaga

seperti oleh sang desain yang meriasmu

sejak kala bermimpi menikmati jayamu.

Dulu cerita tentangmu bukan sandiwara

merah bertumpah mengalir bercecer

tertidur kaku dimana-mana

merebut nama dan kecantikanmu

hingga berakhir memilikimu abadi.

Kapal tua

demikian sahutku untuk rupamu kini

engkau sepertinya tak henti mencari arah

berkali nahkodamu berganti rupa

mempesona rautmu saat pijarku tertuju

memilikimu tanpa syarat adalah sebab tak bosannya membelaimu

sederet bisu terpampang indah pada dindingmu

pelukis sejati telah mengoreskan pena

menenun mesra membingkai indahmu

hingga abjad tak sanggup berucap tentang parasmu.

Kapal tua

elokmu melekat pada tanpa batasnya samudra

aku setia menumpangmu

walau mampuku menemanimu hanya satu kata

setia.

Bukanlah penghalang walau kadang kau tak bijak

memberi aku rasa semanis kawanku yang berpangku

menikmati gulungan dari balik jendelamu.

Kapal tua

aku termenung saja walau kadang menyimpan iri

cerita haruku memecah gemuruhnya arus

tapi terdampar begitu saja

oleh hiruknya para sahabat yang berdamping pada ruang kemudi.

Kapal tua

entah dulu mengapa

dan kini

hingga demikian engkau kusapa

tak banyak yang kupelajari tentangmu

mungkin karena usiaku memberi jawab

tapi yakinku bukan sekedar vokal

pada dalamnya sebongkah saraf sang fundator tersimpan rapi sebuah jawab

bagiku bukan soal sebab setiaku menumpang

dengan nada berharap

seberkas putih mengalahkan kelamnya lembar

tempat aku menulis pada sudut sepi ruangmu.

Santai dan jauhku dari keramaianmu kadang diabaikan

dan buram tampanku dari tatapan nahkoda dan awakmu

menjadi sebab teriakku hanya terdengar bisik

apa merayumu butuh ruang dan waktu

keringatku tercucur juga agar berlabuhnya kita tak terombang – ambing.

Kucoba tegap dari balik celah

mengintip

menggeleng

menunggu alam saling bercerita

berharap engkau setia menungguku

mungkin kelak aku menahkodamu

bila estafet lembaran sejarah kau letakkan pada pundak

sebab memilikimu adalah kebanggaan.

Kapal tua

saksi hidup bertutur tentangmu

ragam desain dindingmu menjadikanmu begitu sempurna

hingga tak sedikit melirikmu untuk sekedar menggoda

tapi tak relaku bila ada yang ingin merayumu

apalagi memilikimu.

Kutaruhkan separuhku

agar cantikmu tak tergores karang

sebab kumampu juga merawatmu

untuk kukembalikan cita dan harap sang desainmu.

Kapal tua

kadang kumenjerit dan bersimpul sujud

saat badai menguncangmu sebab tak banyak aku mengenal cara nahkodamu

saat perih berteman hitamnya ruang dan nikmati sempitmu

pintaku hanya satu

kita bersandar

pada jayanya sebuah titik tanpa tetapi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post