Ada 3 faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata, antara lain:

1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen (input-output)

2. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat

3. Sangat minimnya peran serta masyarakat khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan

Satuan Pendidikan merupakan ujung tombak penentu terselenggaranya pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Maka, dalam hal ini peran Kepala sekolah sebagai menejer (pengelola) pada satuan pendidikan sangat diperlukan. Peningkatan kinerja guru serta tingginya prestasi belajar siswa di sekolah sangat tergantung pada bagaimana tata kelola sekolah yang laksanakan oleh Kepala sekolah sendiri bersama dengan seluruh warga sekolah.

Perubahan itu tidak harus besar, dan tidak harus menunggu anggaran banyak. Sekecil apapun perubahan itu, jika itu dapat menjadi spirit serta pembiasaan seluruh warga sekolah untuk terus melakukan sebuah perubahan di sekolah maka itulah praktik baik (good practice). Sebab good practice itu sifatnya dinamis dan inovatif, bukan sesuatu yang final, berbeda dengan best practice atau praktik terbaik.

Berbicara tentang praktk baik (good practice) maka kita akan berbicara tentang standar nasional pedidikan (SNP) dan standar pelayanan minimum pendidikan (SPMP) yang menjadi sasaran dalam ketatakelolaan sebuah sekolah. Bagaimana strategi Kepala sekolah yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah (RKS) akan sangat menentukan pencapaian mutu pendidikan di sekolah secara holistik.

Minggu, 8 Nopeber 2020.