Aku dan dia bak Tom and Jerry. Saban hari selalu berseteru dan bersaing. Sejak SMP dia adalah saingan utamaku baik di mata pelajaran maupun di ekstrakurikuler. Dia tidak pernah mau sejalan denganku. Dia selalu mencari gara-gara. Penderitaanku pun berlanjut hingga SMA. Apesnya sejak kelas X sampe kelas XII aku dan dia selalu satu kelas. Keusilannya menjadi-jadi, tiada hari tanpa diusili, hingga aku sempat tidak ingin masuk sekolah karenanya.

Setamat SMA kami berpisah. Dia kuliah di Yogyakarta dan aku di Malang. Herannya, dia tetap mengusiliku meski melalui pesan WhatsApp dan email.

Akhir-akhir ini, dia mengurangi frekuensi keusilannya padaku. Katanya, dia tidak ingin menggangguku yang sedang sibuk menyusun skripsi. Dia bahkan membantuku untuk mencarikan beberapa datasheet komponen elektronika. Mengirimkan link-link project elektronika yang berhubungan dengan skripsiku. Dia dengan sukarela menjadi kritikus skripsiku. Usilnya tentu saja tidak hilang. Beberapa kali dia mengolok-olokku yang masih jomblo ketika aku mengeluh tidak ada yang menemani mencari komponen elektronika di kota apel ini. Kemudian dia memamerkan bahwa dia memiliki kekasih, dan akan dikenalkan padaku saat sidang skripsiku selesai. Benar saja, selesai sidang skripsiku dia muncul di kos ku. Aku yang terbiasa diusili sudah siap-siap memasang tameng. Dia tersenyum melihatku yang cemberut. Dia sodorkan buket bunga lili merah dan putih, kemudian berkata “ maukah kamu menikah denganku?”.

Lombok Timur, 26 Februari 2021

#T26_TM16