Akhir–akhir ini sosial media diramaikan dengan berita anak hilang. Anak laki-laki berumur tujuh tahun disinyalir hilang setelah sebelumnya terlihat bermain di lapangan dekat rumahnya. Lapangan itu berdampingan dengan taman kota yang dipenuhi pedagang kaki lima. Tempat itu juga terkenal sebagai tempat nongkrong anak-anak muda. Kekompakan netijen +62 terbukti dengan cepatnya informasi ini menyebar ke seantero negara berflower ini. Beberapa netijen bahkan langsung action dengan menyebar foto si anak di lingkungan mereka. Menempelkannya pada dinding-dinding komplek perumahan yang kerontang.

Berbagai analisa muncul mengenai hilangnya anak yang bernama Ardi itu. Mulai dari penculikan oleh kawanan jahat yang sering memanfaatkan anak-anak untuk dijadikan pengemis, sampai disembunyikan oleh dedemit. Pihak kepolisian pun mengapresiasi dengan menjalankan operasi seribu mata, memanfaatkan kekuatan dan kekompakan warga.

Di setiap sudut kota para warga reflek mengamati anak-anak yang seumuran dengan Ardi. Tidak hanya di pasar, Mall, dan persimpangan jalan, bahkan tempat-tempat ibadah. Di bus antar kota pun mata-mata awas menelisik. Seorang pengamen cilik memainkan lagu-lagu, pura-pura tak menghiraukan pandangan yang seakan melucutinya. Jengah ia memperbaiki topi yang menutupi rambut yang di cat. Bergegas ia turun ketika bus mendekati terminal. Untuk kesekian kali, pengamen yang lebih besar darinya membujuknya untuk pulang, namun ia bersikeras untuk tinggal. Ia, anak hilang itu tidak ingin kembali ke rumah yang bagai neraka untuknya.

#Day12