Babi Ngepet(habis)
Sepeninggal Irna, rumpian mereka makin seru, dan mulai mengerahkan ilmu cocokologinya.
“Eh ingat gak sih cerita orang-orang tentang kejadian semalam?” Mak Yan membuka perbincangan.
“Yang si Pandi sempat mukul leher babi ngepet itu kan?” sambut Bu Sur.
“Waduh, jangan-jangan benar ini, Dek Iwan babi ngepetnya,” ujar Bu Rima.
“Jangan bersu’udzon ah. Bisa jadi dia mengerjakan hal lain tadi malam,” Inaq Mardiah mencoba menghalau gosip.
“Inaq Mar ini bagaimana sih? Udah jelas-jelas babi itu lari dari arah rumah Pak Iwan. Trus si Pandi sempat pukul itu lehernya babi. Trus sekarang mbak Irna beli koyo buat lehernya Pak Iwan yang sakit. Kan masuk akal tuh. Logis banget!” jelas Ja’far yakin dan tersenyum merasa bangga dengan hipotesanya.
Mengalir penaka air, logika Ja’far menyebar cepat. Seakan sudah berjanji sebelumnya, selesai salat Isya warga berduyun-duyun ke balai desa membawa senjata apa saja yang bisa dibawa dan obor. Rencananya mereka akan menyantroni rumah Iwan. Pak Hadi dan Pak Husain yang baru saja datang dari ibu kota kabupaten, berusaha mencegah rencana warga. Kalah jumlah, Pak Hadi dan Pak Husain tak dapat membendung aksi warga. Mereka segera menghubungi Pak Kades dan Pak Sekdes yang sedang rapat di suatu tempat.
Teriakan-teriakan “usir”, “bakar”, “pergi”, “keluar kau,” dan lainnya bergema di jalanan, menuju rumah paling ujung dekat lapangan desa.
“Oii…Iwan, keluar kau!” teriak Pandi, disusul oleh teriakan warga yang lain.
“Kalau tidak keluar, kami bakar rumah ini!”
“Cepat keluar babi ngepet!”
“Bikin resah warga aja, keluaaarrr!”
Pintu depan rumah itu terbuka. Betapa terkejutnya warga, yang keluar dari rumah itu adalah Pak Kades dan Pak Sur Sekdes desa itu.
“Apa-apaan sih kalian ini?!” teriak Pak Sur bertanya dengan nada marah sambil menghampiri warga yang berkumpul di depan pintu gerbang rumah Iwan. Sepi, warga saling menyuruh angkat bicara.
“Pak Iwan Pak babi ngepetnya. Kami ingin dia diusir dari desa ini. Kami ingin desa ini damai seperti semula!!” teriak Pandi memecah kesunyian.
“Babi ngepet, babi ngepet, Dek Iwan itu bukan babi ngepet !! Justru Dek Iwan ini membantu kita, mencari siapa yang menjadi dalang penyebaran berita bohong ini!!” sanggah Pak Kades keras.
“Tapi Pak, bukti-bukti mengarah ke Pak Iwan!” argumen Ja’far.
“Bukti yang mana?! Kembang tujuh rupa?! Kemenyan?! Ndak pernah ikut ronda?! Kerjanya malam hari?! Atau leher kaku gara-gara kerja semalam suntuk?!” Pak Kades membeberkan hal-hal yang dianggap sebagai bukti oleh warga. Warga saling memandang keheranan. Mereka pikir Pak Kades mengabaikan bukti-bukti itu. Warga yang marah ciut dengan pertanyaan-pertanyaan Pak Kades.
Iwan keluar ditemani oleh dua orang berbadan kekar. Ia tersenyum kepada warga, lalu mempersilakan warga agar memasuki pekarangan rumahnya. Pak Kades mengatur warganya agar tertib, kemudian mempersilakan Iwan untuk menjelaskan aktivitasnya kepada warga.
“Mohon maaf Bapak Ibu kita jadi bertemu dalam suasana yang tidak enak seperti ini,” lelaki tigapuluh-an tahun itu membuka pembicaraan.
“Saya bukan babi ngepet, saya hanyalah seorang karyawan swasta, demikian pula istri saya. Namun, kantor tempat saya bekerja ada di negara lain, yang perbedaan waktunya 12 jam dengan negara kita. Ketika di sini jam 7 malam, di sana jam 7 pagi. Karena saya sedang di sini, maka jam bekerja saya sesuaikan dengan jam kerja kantor saya. Itu sebabnya saya seringkali bekerja sepanjang malam,” bebernya pelan seperti menjelaskan pada anak SD.
“Tentu saja gajinya dolar,” sambung Pak Sur dengan bangga.
Warga bingung menanggapi penjelasan Iwan. Mereka belum pernah mengetahui ada pekerjaan yang bisa dikerjakan jarak jauh dan menghasilkan banyak uang, dolar lagi.
“Istri saya juga demikian, hanya saja ia seorang pekerja bebas atau freelancer. Jadi, ia lebih bebas mengatur waktu kerjanya sendiri. Ohya, kembang tujuh rupa dan kemenyan itu titipan seorang teman yang akan dipakai untuk sembahyang di tempat ibadahnya.” lanjut Iwan menjelaskan. Warga manggut-manggut, namun belum percaya sepenuhnya. Tatapan tanda tanya warga mengarah kepada dua orang bertubuh kekar di samping Iwan. Pak Kades menyadari hal itu.
“Owh, ini Pak Hamka dan Pak Hendi dari kepolisian, yang menyelidiki rumor babi ngepet itu. Kami baru saja selesai memeriksa rekaman CCTV yang dipasang tersembunyi oleh Dek Iwan di beberapa titik. Bapak Ibu tidak usah khawatir, kami sudah tau siapa pelakunya,” jelas Pak Kades sambil tersenyum misterius, membuat warganya bertanya-tanya penasaran.
“Sekarang, bapak ibu silakan kembali ke rumah. Jangan sampai karena berkumpul di sini, yang membuat rumor babi ngepet leluasa mengambil harta benda Bapak Ibu,” tutup Pak Kades. Mendengar itu warga bergegas meninggalkan rumah Iwan setelah meminta maaf kepada tuan rumah.
Keesokan harinya, anggota kepolisian membekuk Amaq Sodiq dan kawanannya dengan bukti dua ekor babi yang masih hidup. SELESAI.
===
Freelancer = pekerja lepas-inggris
Selamat Hari Pendidikan Nasional.
Lombok Timur, 2 Mei 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih Pak, salam literasi.
Luar biasa Bunda ceritanya. Keren banget, akhirnya 2 babi itu tertangkap.
Terim kasih kunjungannya bu. Ini masih belepotan, belum bisa seperti njenengan.
luar biasa keren...salam sukses selalu
Terima kasih kunjungannya bunda, salam sukses selalu.
Endingnya top bangettt! Sukses selalu.
Terima kasih Pak. Salam sehat dan sukses selalu.
Hemmm....luar biasa ceritanya....
Terima kasih bunda.
Super keren bu Galuh. Cerpennya mantab.
Terima kasih bun, masih bocor, boros kata-kata, alias blm efisien.
Itu Amaq Sodiq beli babi nya online juga lkah bun? Hehe, keren endingnya
Ahahaha nanti kita investigasi Amq Sodiq diama beli babinya.
Alhamdulillah, cerpen sudah habis bisa dibukukan bu Galuh. Sukses bunda
Terima kasih kunjungannya bunda. Sukses selalu ya.
Keren Bunda, edisi berikutnya pelihara tuyul. Salam literasi
Hehehe, InsyaAlloh besok ada kata 'tuyul' yang akan muncul di tulisan. Terima kasih sudah berkunjung Pak. Salam literasi.
Kereeen. Salam literasi
Terima kasih Bu Nur. Salam literasi.
Terima kasih Bu Nur. Salam literasi.
Ending yang keren...tiang baca sambil tahan nafas penasaran... sukses selalu bund
Terima kasih bu guru, sukses selalu juga untuk bu guru.
Daya kejut nya bikin senyum senyum, top deh bund
Hehe, terima kasih sudah berkunjung bunda.