Galuh Ratning

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bukan Wibu ataupun Otaku
https://www.clipartkey.com/downpng/omoRJR_transparent-png-totoro-png/

Bukan Wibu ataupun Otaku

“Kak, ntar sore ta mau ke rumah kakak. Jadi dibawain anime?” tanya adik saya yang paling bontot melalui pesan Whatapps. Saya tersenyum lebar dan segera membalas “ Jadi dong, sekalian snack-snack yaa,” goda saya, yang dibalas dengan emoticon jempol tiga kali.

Kami penggemar anime. Sejak kecil kami sudah akrab dengan anime. Kegemaran membaca menjadi salah satu tersangka arah peminatan ke dunia seni dua dimensi tersebut. Dulu kami sering berebut komik Superman dan Batman hadiah dari pembelian Lifebuoy atau susu Bendera. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, seorang sahabat kerap meminjamkan majalah komik tentang persahabatan drakula cilik dengan manusia. Kisah yang sangat saya gemari.

Masa remaja, saya rela menyelesaikan tugas harian lebih awal demi duduk santuy nonton Detective Conan, Dragon Ball, Sailormoon juga Ninja Hatori. Kegemaran akan anime berlanjut saat saya kuliah. Saya sangat suka menyewa komik serial. Bisa satu kresek besar satu kali sewa. Bak gayung bersambut, memasuki jenjang pernikahan, ternyata saya menikah dengan lelaki yang juga menyenangi anime. Koleksi animenya bagaikan surga bagi saya. Di sanalah saya berkenalan dengan Ghibli. Anime yang proses pembuatannya masih mempertahankan cara-cara tradisional. Hasil karya yang luar biasa. Selalu saja ada pesan sederhana namun penuh makna dalam karya studio Ghibli ini. Sebut saja The Secret World of Ariety, Ponyo, Porcoroso, Kiki Delivery Service, The Cat Return, Howl’s Moving Castle, Spirited Away, Princess Mononoke, dan tentu saja My Neighboor Totoro. Totoro dan Ponyo menjadi kegemaran kami sekeluarga hingga saat ini. Bukan hanya kartun Jepang, saya dan anak-anak pun menikmati animasi dua dimensi seperti Moana, Trolls, Frozen, Up, Finding Nemo, Shrek, How to Train Your Dragon, Coraline, The Lion King, Monster Inc, Upin Ipin dan Sopo Jarwo tentunya.

Jadi, kami bukanlah wibu maupun otaku. Pernah dengar istilah tersebut? Wibu disebut juga japanofilia, ungkapan untuk seseorang yang tergila-gila dengan budaya Jepang, sehingga mereka bangga mengaplikasikan budaya Jepang dalam kesehariannya melebihi bangganya pada bangsanya sendiri. Sementara otaku adalah istilah untuk orang yang menekuni bidang tertentu. Namun pada perkembangannya istilah otaku ini memliki makna negatif yaitu seseorang yang ekstrim menggemari anime atau manga.

Disela-sela mengerjakan tugas dan latihan menulis, istirahat saya terkadang masih ditemani webtoon atau anime. Seperti hari ini, ada slot untuk menikmati kisah kakak beradik yatim piatu Ryuichi dan Kotaro dalam Gakkuen Babysitter.

Happy nice weekend.

Lombok Timur, 7 Maret 2021

#T35_TM25

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses selalu, Bunda. Salam literasi

07 Mar
Balas

Terima kasih, pak. Sukses selalu juga buat bapak. Salam literasi.

07 Mar

Ulasannya mantap bunda. Sukses slalu

07 Mar
Balas

Terima kasih, bunda. Sukses selalu juga buat bunda.

08 Mar

Syukaaaa. Sy bukan Wibu bukan Otaku, hanya sebatas fans Doraemon yang selalu kesal pada Nobita Tapi adek- adek dari dulu lumayan suka sama animasi Jepang, jd sering mau ga mau ikutan tau. Sekarang cuma nonton sesekali, karena lbh suka versi Live Action nya.

07 Mar
Balas

Terima kasih. Sekarang kalau nonton, ya nonton rame-rame sama anak-anak hehehe

08 Mar



search

New Post