Gadis Kecil dan Pohon Belimbing (bag-1)
Gadis kecil itu bergegas meninggalkan sekolah begitu lonceng tanda usai sekolah berbunyi. Ia berlari, rambutnya yang hitam panjang meliuk-liuk berlawanan arah dengan gerak tubuhnya yang menentang angin. Selalu begitu setiap hari, orang-orang sekampung seakan sudah maklum akan kebiasaannya ini, mereka seringkali berteriak dengan sukarela mengingatkan agar ia berhati-hati.
Sesampainya di rumah, tas dan sepatunya dilemparkan sekenanya. Tergesa-gesa ia mengganti bajunya dengan setelan kaus oblong dan celana pendek, baju kebesarannya. Ia mengamati seisi rumah, umi dan mamiq belum pulang dari madrasah. Yang ada hanya papuq tuan nine, papuq tuan mame dan seorang kerabat yang membantu pekerjaan di rumah, dan sekarang mereka sedang asyik dengan pekerjaannya masing – masing. “Papuq tuan, tiang ke rumah papuq Inah!” teriaknya sambil berlari, melesat seperti biasanya tanpa mendengarkan teriakan papuq tuan ninenya yang hendak mencegah kepergiannya.
Rumah papuq Inah tidak seberapa jauh dari tempat tinggalnya. Papuq Inah adalah saudara papuq tuan mamenya yang paling kecil. Hampir semua orang di kampung ini bersaudara. Kalaupun ada yang bukan saudara, kemungkinan besar mereka adalah pendatang atau anak – anak kos yang menjadi santri di kota kecil ini. “Assalaamu'alaikum, papuq....,” gadis kecil itu mencari papuq Inah, wanita tua itu beranjak dari sajadahnya demi mendengar cucu kesayangannya datang.
“Ada empit bekerem di dapur, ada pindang dan pelecing kangkung kesukaanmu, pasti epe belum makan kan ?” tanya wanita tua itu memastikan sambil membimbing gadis kecil itu ke arah dapur.
“Sanu, siapkan makanan buat Ning!” perintah wanita tua itu kepada anaknya.
“Kita berayan aja ya.....,” rajuk gadis kecil itu sambil bergelayut manja pada Sanu, bibinya. Bi Sanu adalah taliq umbak si gadis kecil. Mereka berdua makan dengan lahapnya. Setelah kenyang, Ning keluar dapur dan memandang pohon belimbing di samping pintu dapur.
“Aku ikut naik kak Ning,” ujar Rozi yang baru saja datang, laki-laki kecil berumur satu tahun di atasnya, adik misannya, anak dari paman Samsul.
“Kau tidak takut?” Ning terlihat ragu. Rozi menggeleng pasti.
“Aku tidak mau kau menggangguku di sana, awas!” ancam Ning mengepalkan tinjunya.
Kaki dan tangannya mulai beraksi, dahan demi dahan dipanjatnya dengan lincah, tak sampai lima menit ia sudah berada pada puncak tertinggi yang dapat dipijak. Matanya mengawasi setiap gerak gerik apapun juga yang dijumpainya dari atas sana. Ia biasa berlama – lama di sana, sambil memandangi sekelilingnya. Ekspresi wajahnya berubah – ubah. Seringkali ia tak menyadari utusan papuq tuan ninenya sudah berdiri di bawah sambil berteriak – teriak menyuruhnya turun dan pulang. Hal itu seringkali membuat utusan papuq tuan ninenya kesal. Dan bisa dipastikan, sampai di rumah ia akan mendengar omelan panjang lebar papuq tuan ninenya, tapi ia acuh tak acuh. Itu karena pikirannya sedang mengembara jauh, sejauh matanya memandang.
Rozi menyusulnya naik, anak laki – laki itu naik dengan berhati – hati, sesekali matanya memandang tanah yang makin terasa jauh dari kakinya. Tiba – tiba, “Rozi...lihat itu!! Pelangi...!!” teriak Ning gembira, disusul teriakan Rozi yang terpeleset. (Bersambung)
===
Mamiq = bapak-sasak
papuq tuan nine = nenek,sudah berhaji-sasak
papuq tuan mame = kakek,sudah berhaji-sasak
papuq = kakek/nenek-sasak
empit bekerem = kerak nasi yang direndam-sasak
epe = kamu – sasak
berayan = makan bersama
taliq umbak=pengasuh saat kecil/tukang gendong-sasak
Lombok Timur, 16 April 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ceritanya menarik Bunda.
Terima kasih sudah berkunjung bunda, ikuti terus kisahnya ya. Salam sehat dan sukses selalu.
Cerpen yang keren, ada bahasa daerah yang diterjemahkan, jadi tambah pengetauan, sukses selalu Bu Galuh, ditunggu lanjutannya. Salam literasi
Terima kasih bunda, InsyaAlloh kelanjutannya di posting besok.
Cerpennya keren bangat Bun. Sukses selalu ya.
Cerpennya menarik bu
Terima kasih pak, sudah berkunjung. Masih belajar.
Cerpen yang keren bu galuh,sukses selalu dan tetap semangat.
Terima kasih, masih belajar. Siap semangat.
Mantap Bunda cerpennya, tapi saya harus sedikit berfikir saat ada beberapa bahasa daerah yang di pakai. Tambah koso kata baru. Salam sukses selalu
Terima kasih,Bpk. Ada terjemahannya di bawah utk bahasa daerah yg digunakan.
kereeen. jadi bisa belajar bahasa lombok. Alhamdulillaah. sukses selalu bunda
Terima kasih, ikuti terus kisahnya,hehe.
maasyaaAllah ketemu sesama Lombok...sukses selalu bund
Yoai bun, mari eksplore pulau seribu masjid. Terima kasih sudah berkunjung.
maasyaaAllah ketemu sesama Lombok...sukses selalu bund
mantap cerpennya..kren kren..sukses selalu
Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya. Salam sukses.
Luar biasa bund...jdi inget papuk nine dan papuk mame yang udah mengunggah
Terima kasih sudah berkunjung.