Panas terik berkomplot dengan kegalauan meramaikan siang ini. Di depan supermarket ini ia mengais rezeki demi mengepulkan asap dapur, menunggu penumpang yang membutuhkan jasa angkut barang dan ojek. Ia harus mendapat penghasilan hari ini untuk sahur nanti. Tidak apa‐apa sekadar 20000 rupiah. Ia bisa membeli telur ayam cukup banyak dengan itu. Sebelum berangkat tadi, ia sempat menanyakan stok beras. Istrinya melaporkan beras cukup untuk semingu ke depan, asal makan sepiring berdua.

Dulu ia adalah seorang karyawan swasta yang cukup mapan hingga bisa memiliki rumah sendiri dan menabung untuk dua orang anaknya. Situasi berubah ketika ia di‐PHK dan anak pertamanya divonis menderita kanker. Biaya pengobatan lambat laun mengikis habis tabungannya.

Sambil menunggu penumpang, ia mencoba menghubungi seorang teman yang masih berutang padanya. Tiga tahun yang lalu temannya meminjam uang. Katanya untuk biaya pengobatan anak. Setiap ditagih, selalu saja ada alasannya. Kali ini ia ingin mencoba lagi, siapa tahu temannya itu sedang ada rezeki sehingga bisa membayar utang. Ia mencoba mengirimkan pesan melalui WhatsApp, tetapi tidak ada balasan, melainkan hanya dibaca saja. Akhirnya, ia mencoba menelepon dan diangkat. Baru menanyakan kabar, terdengar seorang wanita memanggil mesra temannya. Seketika telepon terputus tanpa salam. Ia menelan ludah getir, saat netra tak sengaja menangkap sosok temannya itu keluar dari supermarket dengan troli penuh belanjaan.

#Day10