Sudah lama sejak aku dipisahkan dari keluarga dan teman-temanku, kesendirian menjadi keramaianku. Aku menghibur diri dengan bermain bersama rumput sintetis dan gelembung-gelembung udara. Bebatuan warna-warni pun menjadi teman bicaraku. Bukan itu saja, anak kecil bermata jernih yang setia menemaniku siang dan sore hari membuat kesendirianku sirna. Ia banyak mengoceh, bercerita tentang sekolah, teman-teman dan kegiatannya. Sambil berbicara ia memberikanku makanan yang sangat lezat.

Tumben malam ini anak kecil itu datang. Selain membawa makanan favoritku, ia juga membawa sebuah benda dan mematut-matut diri di depannya. Aku tak tahu kapan ia pergi, karena kantuk yang berkuasa membuatku terlelap dan membawaku ke alam mimpi.

Sinar matahari membangunkanku. Betapa terkejutnya aku melihat ada yang serupa denganku, berada di daerah kekuasaanku tanpa izin. Ia tidak boleh di sini, aku harus mengusirnya. Kehidupanku sudah sempurna, aku tak mau berbagi daerah kekuasaan, juga perhatian anak kecil itu. Aku mulai menyerang, ia pun demikian. Semakin keras aku menyerang, semakin keras pula ia menyerang. Aku benar-beanr murka. Semuanya ia tiru, hingga gaya menyerangku pun ia tiru. Aku kembali menyerangnya, hingga nafasku tersengal-sengal. Ia masih di sana, aku kembali menyerang dengan semua kemampuan yang tersisa. Aku tumbang, lemah, tubuhku terasa jatuh perlahan. Lamat-lamat ku dengar suara, “Pa….cupangnya mati!” Aku ingin bereaksi, namun siripku tak mau mengembang, lalu gelap.

#Day5