Jaje Bagek dan Kenangan
Jika jajanan legend ini sudah menghiasi meja ruang tamu pada bulan Ramadan, aura lebaran semakin menguat. Jajanan yang berbentuk buah asam ini sama sekali tidak kecut, melainkan gurih dan pas manisnya. Jaje bagek namanya, dibuat dari bahan-bahan premium, namun hanya dua bahan yang saya dikasi bocoran oleh pembuatnya, ketan kualitas nomer satu dan telur ayam kampung. Di oven menggunakan oven tanah, tidak bisa menggunakan oven kompor dan oven listrik.
Resep jajanan ini diwariskan kepada sepupu saya yang paling besar. Dulunya keluarga mereka pengusaha roti dan krupuk. Sepeninggal Paman dan Mak Bibi, anak mereka yang paling besarlah yang meneruskan usaha ini, namun sekarang hanya terbatas menerima pesanan saja.
Masih terang dalam ingatan jika saya akan kembali ke rantau, tas saya akan dipenuhi jajanan produk mereka termasuk jaja bagek ini. Namun seringkali jaja bagek habis sebelum saya berangkat, hehehe. Jaja bagek ini jajan kesukaan hampir semua anggota keluarga kami.
Jaje bagek mengingatkan akan masa kecil yang Alhamdulillah sangat menyenangkan. Sehabis subuh bela-belain berdiri di depan gerbang rumah menunggu lewatnya mobil putih L300 yang membawa TGKH. Zainuddin Abdul Majid dari kediamannya di kampung Bermi menuju musholla Al-Abror untuk menyampaikan kuliah pagi kepada para Ma’had dan Ma’hadah. Yang kami lakukan adalah mengejar mobil itu sembari berteriak meminta di do’akan oleh beliau. Berpetualang di areal persawahan belakang asrama haji Lombok Timur hingga Rakam karena di sana dulu ada pemandian umum semacam water park jaman baheula. Menyusuri jalanan menggunakan sepeda sampai persawahan Pasar Pancor sekarang, terus memutar ke arah Sekarteja sambil mencari hidrilla. Memainkan kendolak, alat musik tiup dari batang padi, ketika panen padi di persawahan yang sekarang menjadi taman kota Selong. Dulunya ada sumur dengan air yang sangat jernih di sana, mungkin juga mata air, seingat saya dasarnya dapat dilihat dengan jelas.
Jaje bagek menemani tumbuh kembang kami sampai beranak pinak, hehehe.
Mak Bibi, saya menyebut beliau demikian, gabungan dari kata Emak dan Bibi, si pemilik resep jaje bagek telah tiada. Syukurnya resep jajanan ini diwariskan kepada keturunanya, sehingga kami dapat menikmatinya sembari bersyukur kepada Yang Mahakuasa. Kasih sayang beliau pun lekat dalam pribadi kami keponakan-keponakannya. Semoga makamnya menjadi taman-taman surgawi. Semoga ia sejahtera dan bahagia di alam barzah. Al-Fatihah.
===
Jaje = jajan-sasak
Bagek = buah asam-sasak
Lombok Timur, 9 Mei 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
hmmm.....kayaknya enak tuh. mak nyusss. sukses selalu Bu Galuh
Uenak tenaan Bu. Sukses juga untuk njenengan.