Ini kesekian kalinya Tomi mengikuti tes seleksi CPNS, setelah sebelumnya tidak lulus. Dari awal ia pesimis akan lulus mengingat ia tidak memiliki orang dalam. Sudah menjadi rahasia umum, tes seleksi CPNS ini marak suap-menyuap. Buktinya Hamdan, temannya sesama GTT, tahun lalu lulus tes tersebut. Hamdan anak orang kaya yang dekat dengan pemilik yayasan dimana sekolah tempat mereka mengajar bernaung. Hanya butuh selembar surat sakti dari ketua yayasan dan segepok uang, Hamdan dapat diluluskan dengan mudah.

Ingin seperti Hamdan, ia menanyakan tips untuk bisa lulus tes seleksi CPNS. Hamdan menyarankan, “tekun belajar, berdo’a, bersedekah kemudian tawakkal”. Sementara mengenai biaya yang dikeluarkan, menurut Hamdan hanya lima puluh ribu rupiah, untuk fotokopi berkas, membuat dan mengirim surat lamaran via pos. Jawaban Hamdan membuatnya muak.

Dari temannya yang lain, Tomi mengenal seseorang yang mengaku sebagai penyedia jalan tol tes cpns tahun ini. Dengan bersemangat Tomi menyiapkan berkas-berkasnya. Orang itu mengatakan bahwa ia harus tetap mengikuti alur proses pendaftaran termasuk tesnya. Itu agar peserta lain tidak curiga jika ia nantinya lulus. Jono mengikuti semua saran orang itu. Satu paket berkas ia kirimkan sebagaimana peserta lainnya, satu lagi ia serahkan kepada si jalan tol. Tak lupa ia sisipkan amplop berisi segepok rupiah merah. Sebulan kemudian, betapa terperanjatnya ia, namanya tidak tertera pada pengumuman kelulusan seleksi CPNS.

#Day6