Seharian berburu komponen elektronika bekas di pasar loak melelahkan jiwa raga dan kantong. Bolak-balik kos-laboratorium-rental komputer-dosen pembimbing, membuat dunia ini tidak indah. Ditambah lagi dosen pembimbing skripsi yang killer. Hampir-hampir menyerah, namun aku sudah bertekad menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. Begitulah hari-hariku berkejaran dengan waktu, berusaha menyelesaikan skripsi sebelum tenggatnya.

Menjelang magrib aku meninggalkan kampus. Aroma makanan dari gerobak Cak Mun menggoda, menawarkan untuk mampir. Aku memesan seporsi nasi mawut untuk disantap sehabis salat Isya.

Sepanjang perjalanan pulang, kepalaku sudah menyusun jadwal apa saja yang harus aku lakukan sesampainya di kos. Mandi, salat magrib, makan, meneliti lagi kode program yang error, melanjutkan menulis skripsi lagi. Otakku sudah dikuasai virus skripsi, sehingga semua kegiatanku berhubungan dengan skripsi. Baru saja selesai salat magrib, aku merebahkan tubuh sejenak di ranjang. Tetiba semua sepi. Badanku serasa ditindih sesuatu yang berat. Aku mencoba membalikkan tubuhku, namun tubuhku sama sekali tidak bisa bergerak. Tidak menyerah aku mencoba menggerakkan tanganku, namun sama saja. Nafasku terasa agak berat. Aku mencoba membuka mata, di sampingku berdiri sosok hitam besar tanpa wajah, membawa tombak hitam yang tingginya mencapai langit-langit kamarku. Reflek aku terlonjak sambil beristigfar. Sosok itu menghilang seketika. Sekelilingku sepi, lampu kamar masih menyala. Aku melihat jam, ternyata sudah pukul 12 malam dan aku belum salat Isya.

Lombok Timur, 18 Februari 2021

#T17_TM7