#Tulisan ketiga

# Cerita Pelatihan Sagusabu IGMPL Jatim 1 Hari Ketiga

“Ma temenin main,” rajuk Si bontot sambil menarik-narik baju kebesaran saya. Saya membelai kemudian mencium kepalanya. “Main sama kakak saja ya, mama belajar dulu,” bujuk saya. Namun, ia tak beranjak sedikitpun dari samping saya yang sedang menyimak penjelasan pemateri pelatihan Sagusabu IGMPL Jatim 1. Ia memeluk lengan kanan saya, sehingga tidak leluasa untuk menulis. Cukup lama ia dalam posisi itu. Ia sempat melihat saya terhempas keluar dari zoom dan kemudian masuk lagi. Ia amati wajah-wajah yang muncul di layar laptop. Tetiba terdengar suara Si tengah memanggil Si bontot, mengajaknya membantu bapaknya mencampur tanah dengan cocopiet. Anak laki-laki berusia tiga tahun itu melepaskan lengan kanan saya. Ia berlari ke luar sambil bersorak gembira “Yey ! bantu bapak !” Saya pun kembali menenggelamkan diri menyimak penjelasan pemateri.

Suara Pak Yasin yang sedang memenuhi ruang dengar disela oleh deringan ponsel. Tulisan “Ibu” muncul di layarnya. Jadilah telinga saya multitasking, yang kiri mendengarkan penjelasan Pak Yasin, yang kanan mendengarkan ibu saya berbicara. Beliau mengabarkan bahwa akan mampir untuk mengambil pesanan kurma dan madu. Kurang dari sepuluh menit terdengar gerbang dibuka, mereka sudah datang. Sejenak saya lepas headset dan menghampiri mereka. Saya meminta izin tidak bisa membersamai mereka dalam waktu lama karena sedang mengikuti pelatihan online.

Sinopsis terpilih sedang dibacakan ketika saya kembali ke depan layar laptop. Saya terkagum-kagum dengan susunan kata-kata yang ringkas dan jelas. Usai sinopsis Pak Wahyudin dibacakan, ditayangkanlah sebuah sinopsis yang sangat familiar. Surprise ! Saya terbelalak tidak percaya, that’s mine ! Saya ikuti Pak Leck Murman membaca sinopsis itu kata demi kata untuk memastikan itu benar sinopsis saya atau bukan. Baru pertama kali menulis sinopsis dan terpilih mendapatkan desain cover buku yang unyu-unyu tuh senangnya ruarrr biassaaa. Ternyata, saya yang pemula ini bisa membuat sinopsis. Ternyata, seperti itulah caranya. Ternyata dan ternyata lainnya bermunculan di alam pikir saya, bermuara pada sejatinya tidak boleh berhenti belajar, karena berhenti belajar itu sama dengan mati.

Terima kasih para penggawa Sagusabu dan teman-teman yang cuitannya di grup WA IGMPL Jatim 1 selalu melecutkan semangat. Saya berharap semoga buku itu segera terwujud, amiin.