Sofie

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEMANGAT SI ANAK LUMPUH

SEMANGAT SI ANAK LUMPUH

SEMANGAT SI ANAK LUMPUH

Memasuki tahun ajaran baru, semua guru sibuk menyambut siswa baru. Siswa kelas VIII dan IX pun ikut menyambut kedatangan adik kelasnya. Minimal mereka menunjukkan kelas yang akan ditempati. Ketika kami sedang sibuk melayani beberapa orang tua yang ingin mengetahui tentang proses belajar di sekolah ini, tiba-tiba muncul seorang ibu dengan mendorong kursi roda. Semua mata guru memandang pada sosok anak laki-laki, yang duduk di kursi roda. Badannya kurus, kaki dan tangannya kecil sepertinya tak bisa bergerak dan lunglai. Namun sorot matanya penuh semangat hidup untuk belajar. Wahyu Purnomo namanya. Ibu yang setia menemani dan mendorong kursi roda bercerita tentang putranya diterima SMP Negeri, karena NEM-nya tinggi, namun setelah melihat sosok putranya dengan alasan yang tidak masuk akal tidak diterima. Keseharian di kelas dia termasuk anak yang tidak banyak bicara, hanya tersenyum dan tersenyum. Suaranya pelan, jika ingin mendengarkan suaranya kita harus mendekatkan kuping ke mulutnya. Teman-teman sekelasnya perhatian, berebut untuk menolong Wahyu. Ketika akan mengambil buku, membuka buka, menyimpannya, temannyalah yang melakukan. Tenaganya memang tidak mungkin kuat untuk melakukan hal yang sangat sepele. Mengangkat tangan dari kursi roda saja sulit, apalagi mengambil buku di dalam tas, membuka, dan menyimpannya.

Pelajaran Bahasa Indonesia tentang materi menceritakan pengalaman yang menarik dan tidak menarik. Wahyu Purnomo anak cacad namun cerdas, bercerita mengapa ia duduk di kursi roda seperti ini? Berawal ketika kelas IV SD, pada saat istirahat, banyak anak-anak berlarian, tanpa sengaja seorang anak perempuan yang bernama Neneng menabrakku. Aku terjatuh ke belakang punggung berbenturan dengan tembok, rasanya sakit luar biasa, sesaat tidak bisa berdiri. Susah payah aku berdiri dan masuk ke kelas dengan agak terbungkuk. Selama belajar di dalam kelas sakit punggungku masih terasa. Ketika pulang aku tidak bercerita kepada ibuku, karena beliau sedang sibuk memasak untuk dagangan. Tiga hari kemudian badanku panas, aku dibawa ke dokter dan memberi obat penurun panas. Suhu badanku tidak turun-turun, akhirnya aku bercerita kepada ibu kalau aku terjatuh ke belakang dan membentur tembok, punggungku masih terasa sakit. Ibu hanya diam sepertinya bingung dan sedih. Pengobatan tradisional dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya aku lakukan, namun tidak sembuh juga. Ketika kelas V SD ibu mengajakku ke dokter penyakit dalam, katanya tulang ekorku patah dan harus dioperasi. Kata operasi bagi ibu sangatlah berat, karena kami miskin. Semakin lama kakiku sakit dan tidak dapat berjalan, begitu juga tanganku lemah dan tidak bertenaga untuk diangkat. Aku menerima takdir ini, semoga keajaiban datang dan aku sembuh bisa berlari dan mengangkat tas ransel tanpa bantuan teman.

Aku guru Bahasa Indonesianya menangis membaca hasil pekerjaan Wahyu, tulisannya rapi, terbaca, susunan kalimatnya runtun dan bagus bentuk tulisannya. Bukan hanya pelajaran Bahasa Indonesia saja yang nilai bagus, pelajaran yang lainpun demikian, hingga dia menjadi juara kelas. Motivasi belajarnya sangat tinggi, pekerjaan rumah atau tugas selalu diselasaikan dengan nilai baik dan dilakukan sendiri. Ia pandai melukis, jika dia panjang umur sampai kelas VIII pasti diikutkan lomba melukis antar sekolah. Namun sayang, Allah berkehendak lain sebelum menyelesaikan ujian akhir sekolah, ia meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, kami gurunya merasa kehilangan karena dua hari, wahyu tidak ke sekolah, kemudian wali kelasnya mengunjungi rumahnya, ternyata wahyu sedang dirawat dan berada di ruang ICU.

Kami dan beberapa temannya menjenguk, ada kejadian yang sangat menyentuh hati ketika berhadap dengannya. Kami tidak boleh menangis, harus kuat tidak mengeluarkan air mata. Pandangan pertama melihatnya kabel terpasang disetiap tubuhnya bahkan sampai hidungnya. Ia tertidur lemah, wajah pucat. Kedatangan kami membuat matanya terbuka, dia berusaha tersenyum, matanya masih terlihat semangat untuk hidup. Kami menyapanya, “Wahyu sayang, sembuh ya, Nak! Jangan pikirkan tugas dan PR yang belum selesai.” Kami berbicara seperti itu, ibunya bercerita, ia ingin pulang dan mengerjakan PR PKN, SBK, dan Bahasa Indonesia yang belum selesai. Kemudian dia menunjuk kertas dan pulpen yang berada di sampingnya. Kami berikan kertas dan pulpen tersebut. Dia menulis dengan tangan gemetar. “Ibu saya pengen pulang, PR saya banyak yang belum selesai.” Kami membaca tulisan yang tidak berbentuk tidak tahan untuk menahan air mata. Ia tidak memperlihatkan rasa sakitnya, ia hanya tersenyum melihat kami dan teman-temannya menangis. Tangannya berusaha memegang tanganku. Aku menciumnya sambil berdoa untuk kesembuhannya. Ia berusaha tersenyum dan berusaha untuk tidak tidur selama kami berada di sampingnya. Jika suster tidak mengusir kami, mungkin akan lama di ruangan itu menemani. Satu hari setelah kami menjenguk, mendapat kabar kesehatan Wahyu terus menurun hingga tidak sadarkan diri. Ia sangat tergantung dengan alat-alat ditubuhnya. Menurut ibunya sebelum Wahyu tidak sadarkan diri, dia minta untuk dicabut alat -alat itu, karena sakit dan dia ikhlas untuk pergi. Ibunya berusaha untuk tidak mencabut alat-alat itu, ia ingin Wahyu tetap hidup, walaupun harus membayar mahal pengobatan dan menjual apa saja yag dapat menghasilkan uang. Dokter mengatakan alat-alat itu hanya akan membuat rasa kesakitan. Jika dicabut, maka Wahyu kemungkinan meninggal. Akhirnya ibunya menyerah untuk mencabut alat-alat itu, dan ikhlas atas kepergiaan Wahyu.

Kisah anak cacad yang tinggi motivasi belajar, tidak menghalangi berprestasi. Ujian yang mahaberat, jika disikapi dengan pikiran terbuka dan jiwa yang lapang, bisa mengobarkan semangat perjuangan yang tak gampang padam. Kisah hidup dan tekad kuatnya telah menginspirasi banyak teman-temannya belajar lebih giat agar mampu mendobrak segala keterbatasan.

kisah pengalaman mengajar ini amenyimpan sebuah pembelajaran hidup yang perlu ditiru oleh kita terutama pelajar. Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita, yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu keputusan rasional; tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut. Motivasi tidak memandang fisik dan kesehatan, seorang anak yang cacad fisiknya begitu kuat motivasi untuk belajar, hingga di akhir hidupnya. Walau kakinya tidak bisa berjalan, tangannya pun tidak dapat mengangkat benda yang sangat ringan. Tapi dia mampu menuangkan kalimat yang begitu runtun, bahasanya mudah dipahami, tulisannya rapih dan indah. Jika membaca hasil tulisannya akan tersentuh dan merasakan aura motivasi yang begitu kuat. Pembelajaran untuk anak yang sehat tanpa cacad fisik, seharusnya lebih mampu untuk memperoleh prestasi yang lebih baik dari Wahyu Purnomo. Motivasi dan proses pembelajaran menjadi prestasi, bukanlah milik orang yang sehat fisik, tetapi milik orang yang menggali dalam diri sendiri sehingga menjadi dorongan yang kuat untuk berubah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hiks.. Pagi2 sdh mbrebes mili saya. Tulisannya bgs sekali, bs membawa pembaca ke situasi riil. Semangat Wahyu bs dicontoh. Ada psn jg yg hrsnya disampaikan. Jgn bercanda berlebihan, krn bs mengakibatkan celaka. 2 hal tsb bs disampaikan ke pembaca. Sukses mbak Sofi

28 Apr
Balas

Terima kasih mba Ari yang sudah memberi komentar. Cerita itu benar-benar terjadi. Saya yang menulis pun sambil menangis. Sukses juga Mba Ari... Kita bulan Agustus akan kembali bertemu

28 Apr



search

New Post