Aku Bukan Musuhmu (5)
(… lanjutan)
“Buana, kamu dipanggil Ibu Suli. Diminta ke ruangannya sekarang.” ujar Eka menyampaikan pesan Ibu Suli.
“Dalam rangka apa ya?” tanya Buana.
“Aku tidak tahu, Buana. Ibu Suli hanya menyampaikan itu saja saat aku menyetorkan tugas di mejanya.” jelas Eka.
“Baiklah. Terima kasih ya, Eka atas informasinya. Aku berangkat sekarang menemui Ibu Suli.” balas Buana.
Buana meninggalkan Eka dan teman-teman lainnya di kantin. Ia berjalan menyusuri lorong depan perpustakaan. Ia melihat Aruna duduk di sana tanpa buku satupun di hadapannya. Aruna duduk diam menatap lemari piala di salah satu sudut ruang perpustakaan. Bola matanya naik turun, berulang-ulang. Buana sangat mengerti kabut seperti apa yang mengusik sahabatnya itu.
“Selamat siang, Ibu.” sapa Buana.
“Selamat siang, Buana. Mari silakan duduk.” balas Ibu Suli.
“Kata Eka, Ibu memanggil saya untuk ke sini ya? Maaf Ibu, ada apa ya?” tanya Buana.
“Ya benar. Ibu memanggilmu. Ada yang mau Ibu tanyakan.” ucap Ibu Suli.
“Tentang apa Ibu?” tanya Buana penasaran.
“Ibu mendapatkan informasi bahwa kamu mengumpulkan uang dari teman-teman sekelasmu. Apakah itu benar?” tanya Ibu Suli.
“Ya benar, Ibu. Saya melakukan itu.” jawab Buana.
“Untuk apa kamu melakukan itu, Buana? Apakah kamu tidak membawa uang saku? Apakah kamu lapar?” tanya Ibu Suli.
“Saya selalu membawa uang saku, Bu. Saya tidak sedang lapar.” jawab Buana.
“Lalu, mengapa kamu melakukan itu?” tanya Ibu Suli.
“Saya melakukan itu untuk membantu Aruna, Ibu. Dia mau mengikuti lomba sepeda hias. Tapi sampai saat ini sepedanya belum diperbaiki. Ada banyak kerusakan yang dialami sepeda Aruna.” jelas Buana.
“Luar biasa semangatmu membantu teman. Tapi mengapa Aruna tidak minta orang tuanya untuk memperbaiki sepedanya?” tanya Ibu Suli.
“Ia malu minta uang pada orang tuanya. Aruna tidak mau merepotkan orang tuanya. Aruna ingin mandiri. Aruna akan memperjuangkan agar ia dapat mengikuti lomba dan menjadi juara” ujar Buana.
“Buana, sepertinya kamu sangat mengetahui kondisi Aruna. Apakah ia bercerita langsung kepadamu?” selidik Ibu Suli.
“Aruna tidak pernah cerita, Bu. Bahkan saya tidak dihiraukan. Ia hanya bicara seperlunya saja dengan saya.” jelas Buana.
“Lalu kamu tahu dari siapa?” Ibu Suli kembali bertanya.
“Saya mengetahui semua itu dari buku tulis ini, Ibu.” ujar Buana sambil menyerahkan buju tulis kepada Ibu Suli.
Ibu Suli mulai membaca isi buku tulis milik Aruna tersebut.
(bersambung…)
#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-88)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar