Gede Ardiantara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Bukan Musuhmu (6)

Aku Bukan Musuhmu (6)

(… lanjutan)

Ibu Suli mulai membuka buku tulis milik Aruna tersebut. Dengan pelan-pelan ia mencari halaman yang dimaksud Buana. Matanya sangat awas. Takut kelewatan. Buana hanya diam saja. Ia tak mau mengusik keheningan Ibu Suli.

Tibalah Ibu Suli pada halaman buku yang dimaksud. Ia memangkas jarak mata dan buku. Begitu dekat ia membaca tulisan Aruna. Bukan karena tulisan tak beraturan layaknya benang kusut. Melainkan karena begitu berkesan.

“Buana, terima kasih banyak karena kamu sudah membantu Aruna. Ibu salut dengan kepedulian dan kesetiakawananmu.” ucap Ibu Suli.

“Sama-sama, Ibu. Saya melakukannya dengan senang hati. Aruna telah gagal mewakili sekolah kita saat lomba gerak jalan tahun lalu. Ia kalah sebelum berlomba. Lomba sepeda hias besok dia harus bisa tampil. Aruna punya kemampuan. Ia memiliki jiwa seni. Sepedanya pasti menjadi sepeda terkeren dan terbaik.” jelas Buana.

“Luar biasa pemikiranmu, Buana. Ibu bangga mendengarnya. Tapi kalau Ibu boleh tahu, mengapa Aruna gagal mewakili sekolah saat lomba gerak jalan tahun lalu?” tanya Ibu Suli.

Buana kebingungan menjawab pertanyaan Ibu Suli. Ia lupa kalau dulu Aruna meminta ia dan teman-teman untuk merahasiakan perihal dikeluarkannya Aruna dari tim gerak jalan SD Sawit Persada. Aruna tidak ingin Ibu Suli mengetahui hal tersebut. Kini Buana keceplosan. Nasi sudah jadi bubur.

“Maaf, Ibu. Saya tidak boleh menceritakan hal itu kepada Ibu. Tadi saya keceplosan.” ucap Buana.

“Siapa yang melarangmu, Buana?” Ibu Suli penasaran.

“Aruna yang melarang saya dan teman-teman menceritakan hal tersebut kepada Ibu.” jawab Buana.

“Baiklah. Ibu paham. Nanti Ibu sendiri yang akan menanyakan langsung pada Aruna.” sahut Ibu Suli.

“Ya, Ibu. Maafkan saya. Nanti Aruna pasti mau bercerita langsung dengan Ibu.” ucap Buana.

“Ya tak apa-apa. Kita harus bantu Aruna mewujudkan cita-citanya mewakili sekolah dalam perlombaan. Seperti yang kamu katakan tadi bahwa Aruna memiliki kemampuan seni, itu benar adanya. Ia punya bakat seni. Ibu juga yakin sepedanya pasti dihias dengan sangat spektakuler.”

“Siap, Ibu. Saya mohon ijin pamit ya. Sebelum jam istirahat berakhir, saya mau mencari teman-teman dan minta bantuan mereka.” Buana mohon pamit.

“Ya, silakan Buana. Setelah jam istirahat selesai, kamu ke sini lagi ya.” Ibu Suli mengijinkan.

“Baik, Ibu.” sahut Buana.

(bersambung …)

#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-89)

NB: Foto diambil dari Google.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul pak..kita rang bersaudara

28 May
Balas



search

New Post