Aku Bukan Musuhmu (8)
(… lanjutan)
“Ada hal penting yang mau aku sampaikan kepadamu, Aruna. Tapi aku harapkan kamu tidak marah atau tidak tersinggung ya?” jelas Buana.
“Hal penting apa?” tanya Aruna penasaran.
“Ini tentangmu.” jawab Buana.
“Baiklah. Aku tidak akan marah ataupun tersinggung. Silakan sampaikan, Buana.” ucap Aruna.
“Ini tentang lomba sepeda hias. Tak sengaja aku menemukan buku tulismu di depan kelas.” Buana mulai menjelaskan.
Baru mendengar tentang buku tulis, Aruna kaget. Wajahnya berubah. Tapi ia belum berai berkomentar.
“Aku mohon maaf karena telah lancang membaca isi bukumu. Sebagai sahabatmu, aku tidak ikhlas jika kamu batal mengikuti lomba sepeda hias. Karena aku tahu kamu sudah sejak lama menantikan lomba itu.” jelas Buana.
“Terima kasih, sahabatku. Kamu memang paling mengerti aku. Kamu tahu cita-citaku” balas Aruna.
“Ya, Aruna. Karena itu aku datang menemuimu sekarang. Aku mau menyerahkan pemberian teman-teman. Kamu harus menerimanya.” ujar Buana.
“Pemberian apa? Untuk apa?” tanya Aruna.
“Ini uang hasil patungan teman-teman. Uang ini bisa kamu gunakan untuk memperbaiki sepedamu dan persiapan lomba. Tolong, terimalah pemberian ini.” Buana memberikan penjelasan.
“Aku tidak enak menerima uang ini, Buana. Aku tidak mau merepotkan teman-teman.” ujar Aruna.
“Jangan merasa tidak enak, Aruna. Mereka ikhlas membantumu. Justru kalau kamu menolak, mereka akan kecewa. Aku yakin kamu tidak mau mengecewakan mereka.” jelas Buana.
“Baiklah. Jika demikian adanya, aku akan menerima pemberian teman-teman ini. Tolong sampaikan ucapan terima kasihku kepada teman-teman.” ujar Aruna berterima kasih.
Gerimis mulai menyapa lapangan sepak bola. Suara petir terdengar menggelegar. Aruna dan Buana berpisah di pertigaan jalan dekat lapangan sepak bola.
Sepulang sekolah Aruna langsung menuju bengkel sepeda. Ia sudah minta izin orang tuanya. Begitu banyak kerusakan sepeda Aruna. Itu membuatnya lama menunggu di bengkel. Aruna sangat bersyukur atas bantuan dari teman-temannya.
Hari Kamis yang dinanti-nanti telah tiba. Seluruh aktivitas di SD Sawit Persada berjalan normal seperti biasanya. Tugas piket kebersihan berjalan aktif. Aruna, Buana, dan teman-temannya terlihat belajar dengan serius dan bersemangat di kelasnya.
Sebelum jam istirahat, Ibu Suli menyampaikan titipan pesan dari Bapak Wira yakni kepada semua siswa yang mau mengikuti lomba sepeda hias agar berkumpul di lapangan basket setelah jam istirahat berakhir.
Aruna, Baruna, dan seluruh siswa yang akan mengikuti lomba sepeda hias telah berkumpul di lapangan basket. Mereka sudah dikumpulkan oleh Bapak Wira. Hari ini adalah hari yang sudah ditentukan untuk melakukan pengecekan sepeda yang layak dan aman dipakai. Mereka diminta untuk mengambil sepedanya dan berkumpul kembali di lapangan basket bersama sepeda masing-masing.
(bersambung...)
#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-91)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bapak guru dan penulis yang hebat