Aku Bukan Musuhmu (9)
(... lanjutan)
Tak butuh waktu lama, mereka sudah berkumpul kembali di lapangan basket. Dengan penuh percaya diri, Aruna membawa sepedanya ke lapangan basket. Ia sudah memperbaiki segala kerusakan di bengkel sepeda terkenal di dekat rumahnya. Ada 30 sepeda yang parkir di lapangan basket. Bapak Wira mengecek satu persatu sepeda siswa. Aruna mendapat giliran pengecekan nomor 20.
Tibalah pada giliran pengecekan sepeda Aruna. Bapak Wira mengecek satu per satu bagian sepeda Aruna.
“Aruna, mengapa banmu kempes seperti ini? Apakah kamu tidak merawat sepedamu?” tanya Bapak Wira.
“Tadi pagi baik-baik saja kondisinya, Pak. Saya selalu merawat sepeda saya. Kemarin saya sudah ke bengkel memperbaiki seluruh bagian yang kurang baik.” ujar Aruna.
“Tapi mengapa banmu seperti ini? tanya Bapak Wira.
“Saya tidak tahu, Pak.” sahut Aruna.
“Sepeda sendiri kok tidak tahu.” balas Bapak Wira.
Bapak Wira kembali melanjutkan pengecekan sepeda Aruna.
“Aruna, remmu mengapa tidak mencengkram dengan baik? Katamu sudah kamu perbaiki.” tanya Bapak Wira.
“Ah masak, Pak?” ujar Aruna tidak percaya.
“Ini coba cek sendiri.” sahut Bapak Wira.
Aruna mengecek rem sepedanya. Ia bingung. Ia kaget dengan kondisi sepedanya.
“Aruna, dengan melihat kondisi sepedamu yang tidak sehat dan tidak aman, Bapak putuskan kamu tidak boleh mengikuti lomba sepeda hias.” jelas Bapak Wira.
“Mengapa begitu, Pak? Ban kempes kan bisa saya pompa di bengkel depan sekolah. Rem yang longgar bisa dikencangkan juga sekarang.” Aruna membela diri.
“Kamu tidak merawat sepedamu dengan baik, makanya bisa terjadi hal tersebut. Kamu tetap tidak boleh ikut. Silakan kembalikan sepedamu ke tempat parkir. Kamu masuk kelas.” ucap Bapak Wira.
“Bapak, izinkan saya ikut lomba, Pak. Sekarang juga saya bisa pompa dan kencangkan remnya. Itu tidak sulit, Pak. Tolong, Pak.” Aruna memelas.
“Tetap tidak bisa. Sepedamu tidak memenuhi kriteria lomba.” balas Bapak Wira.
“Ayolah, Pak. Kegiatan menghias sepeda kan baru besok dilakukan, bukan hari ini. Jadi saya masih punya waktu, kan? Bantu saya Pak. Saya punya impian mewakili sekolah dalam lomba-lomba.” Aruna kembali membujuk.
“Tetap tidak bisa, Aruna. Kamu harus terima keputusan Bapak. Ini bukan salah Bapak. Ini salahmu yang tidak merawat sepedamu dengan teliti. Silakan kembali ke kelas.” jelas Bapak Wira.
“Saya tidak salah, Pak. Saya sudah memperbaiki semuanya kemarin. Bisa saja sekarang saya ke bengkel di depan sekolah untuk pompa ban dan kencangkan rem. Saya mohon, Pak.” Aruna meyakinkan Bapak Wira.
“Jangan membantah, Aruna. Kamu tidak memenuhi syarat. Sepedamu tidak aman dikendarai. Kembali ke kelas ya.” ucap Bapak Wira.
Aruna tetap tegak berdiri. Sedikit pun ia tidak bergerak. Ia tidak menerima keputusan Bapak Wira. Ini sudah kedua kalinya Bapak Wira mengambil keputusan yang tidak mengenakkan Aruna. Lomba gerak jalan pada bulan Agustus tahun lalu ia sudah batal ikut serta. Lalu, apakah lomba sepeda hias ini harus batal juga? Aruna sudah tidak bisa menahan dirinya untuk bicara.
“Bapak, mengapa Bapak selalu mengambil keputusan yang menghentikan langkah saya untuk mengikuti lomba mewakili sekolah? Salah saya apa, Pak? Salahkah saya memiliki impian menyumbangkan prestasi untuk sekolah?” tanya Aruna meluapkan kekecewaannya.
“Aruna, kamu menuduh Bapak menghambat jalanmu ya? Mengapa kamu suka membantah? Kamu kembali saja ke kelas. Kamu sudah tidak bisa ikut lomba sepeda hias. Kamu tidak memenuhi syarat.” Bapak Wira menanggapi Aruna.
“Saya tidak menuduh Bapak. Hanya saja saya heran. Karena hal kecil saja, Bapak membatalkan saya mewakili sekolah. Bapak anggap saya ini apa?” ucap Aruna.
Bapak Wira hanya diam saja. Ia tetap melanjutkan pengecekan sepeda siswa yang lain. Aruna melanjutkan ucapannya.
“Bapak, aku ini siswamu. Aku bukan musuhmu!” ucap Aruna dengan tegas.
Aruna berlalu meninggalkan Bapak Wira sembari membawa sepedanya.
(tamat)
#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-92)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pak