Gede Ardiantara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Embun Sari (10)

Embun Sari (10)

(… lanjutan)

Hari semakin malam. Lilin yang sedari tadi tegak berdiri akhirnya roboh termakan waktu. Angin malam terasa menyerbu masuk menyelinap dalam celah-celah dinding bambu. Pertanda hari semakin larut. Tak ada pilihan lain, selain mengambil kain panas atau selimut. Tidur. Ya tidur untuk melepas lelah dan penat. Seluruh isi kampung telah tertidur nyenyak. Biarkan jangkrik, katak, dan burung hantu menjaga kampung.

Hari ini Embun libur. Siswa kelas XII yang sudah mendengar pengumuman diliburkan. Sembari mempersiapkan pendaftaran ke universitas. Seperti biasa Embun membantu ibunya berjualan kue. Meski sudah lulus SMA, tidak ada alasan baginya untuk malu. Seperti hari-hari sebelumnya, ia menjajakan kue dagangannya dengan bersemangat, percaya diri, dan ceria.

Rupanya Embun telah dinanti oleh pelanggannya. Dalam sekejap dagangannya laku terjual semuanya. Selama berkeliling kampung, Embun tetap memikirkan yang ia dan orang tuanya perbincangkan malam itu. Ia kembali menganalisis langkah apa yang mesti ia ambil dengan kondisi yang ada. Sampai akhir jualan pun ia masih sibuk dalam analisis masa depannya. Dagangan habis. Kaki pun ia langkahkan menuju rumah.

Sampai di rumah, Embun tidak duduk santai. Ia langsung membantu ibunya mengerjakan urusan rumah tangga. Aktivitas di rumah juga masih ia jalani sambil mempertimbangkan apakah akan tetap memperjuangkan jubah putih-putih itu atau beralih. Entahlah. Suatu hal yang sulit ia putuskan.

Suatu hari, Bibi Rita datang bersama dua anaknya, Rio dan Roy. Mereka baru pulang dari kota dan singgah di rumah Embun.

“Embun, kamu lulus SMA tahun ini, kan?” tanya Bibi Rita.

“Benar, Bibi. Embun sudah menerima pengumuman UN 2 minggu lalu. Embun sudah lulus.”

“Wah, selamat ya, Embun. Nilaimu pasti besar-besar. Ngomong-ngomong keponakan Bibi yang cantik dan cerdas ini mau kuliah atau langsung kerja?” tanya Bibi Rita.

“Terima kasih, Bibi. Embun mau kuliah.”

“Kamu mau ambil jurusan apa?” tanya Bibi Rita.

“Embun mau ambil jurusan kedokteran, Bi.”

“Wah, mengapa kamu tertarik dengan jurusan kedokteran?” tanya Bibi Rita.

“Aku sangat ingin menjadi dokter sejak kecil, Bi. Aku ingin menyembuhkan orang-orang yang sakit tapi dengan biaya pengobatan yang murah. Aku tidak ingin melihat orang yang kurang mampu secara finansial, sudah sakit malah terbebani biaya tinggi.” jelas Embun.

“Sungguh mulia cita-citamu, Embun. Bibi salut dan bangga padamu.” Bibi Rita mengapresiasi Embun.

“Terima kasih, Bibi. Tapi Embun menemui kendala untuk mewujudkannya, Bi.” ucap Embun.

(Bersambung ….)

#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-56)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post