Gede Ardiantara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Embun Sari

Embun Sari

Malam ini sama saja dengan malam-malam yang telah berlalu. Sunyi dari keramaian deru mesin kendaraan. Maklum saja, desa di pelosok ya seperti ini. Jauh dari hingar bingar. Minim lalu lalang kendaraan. Tampak di sebuah rumah warga, Bapak Jati Wikan namanya, terlihat pancaran cahaya lilin. Sinar lilin membias ke jalanan. Menyusup dalam pori-pori korden. Menyusuri celah-celah jendela dan ventilasi. Lilin itu jugalah yang menjadi saksi belajar anak Bapak Jati Wikan.

Ia adalah Embun Sari. Embun Sari kini duduk di bangku kelas V sekolah dasar. Tiap malam, Embun selalu mengisi waktunya untuk belajar dan belajar. Meskipun hanya diterangi cahaya lilin. Inilah kenyataan yang harus Embun dan warga lainnya rasakan. Lilin ia gunakan sebab desanya belum teraliri oleh listrik dari PLN. Entah apa alasannya desa ini masih jauh dari sentuhan PLN.

Embun pernah bertanya pada orang tuanya.

“Ayah, Ibu, mengapa desa kita tidak ada listriknya? Mengapa masih gelap? Padahal, guruku di sekolah pernah menyinggung kata listrik. Tapi mengapa di sini belum ada?”

Sang ayah pun menjawab “PLN belum masuk sini, Nak”.

Ibunya tersayang juga ikut dalam pembicaraan itu, sembari berkata “Embun, anakku, sebenarnya di warung ada minyak tanah, tapi jika kita beli minyak tanah, uang kita tidak cukup. Untuk makan saja sudah sulit, Nak. Embun, sabarlah, pakailah yang ada. Mungkin desa kita ini belum memenuhi syarat untuk dapat dialiri listrik oleh PLN. Kamu tahu PLN kan?” tanya Ibunya sekaligus mengalihkan topik pembicaraan.

Embun pun menjawab, “Ya aku tahu, Bu. PLN itu Perusahaan Listrik Negara, Bu. Yang mengurus listrik di Indonesia kan, Bu?” jawabnya dengan cepat, tepat, dan disertai cekikikan khas anak seumurnya.

Sang Ibu pun mengiyakan sambil mengelus rambut anaknya itu. “Ya, Embun, kamu benar. Kamu anak Ibu yang hebat. Kamu pasti jadi anak sukses, Embun.”

Meski ibunya sudah mengalihkan topik, Embun ternyata masih melanjutkan “Ya, Bu. Aku ingin jadi sukses. Aku akan belajar rajin. Aku tidak akan menyerah dan putus asa meskipun PLN belum pernah datang ke desa kita ini. Meskipun aku melihat huruf demi huruf dalam lembaran buku ini hanya memakai lilin, aku tidak masalah, Bu.”

Ibu dan Ayahnya tersenyum bangga mendengarkan anaknya sudah memiliki cita-cita yang kuat seperti itu walau masih kelas V SD. Tanpa dikomando, Embun melanjutkan belajarnya dengan penerangan dari Sang Lilin.

(bersambung……..)

#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-47)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terharu dengan semangat Embun Sari. Tumbuh menghebatlah, Nak...

20 Apr
Balas



search

New Post