Gede Ardiantara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Embun Sari (6)

Embun Sari (6)

(… lanjutan)

Musim pendaftaran siswa baru telah tiba. Seluruh siswa turut meramaikan acara tahunan ini. Ada yang masuk SD, SMP, SMA, bahkan ada yang masuk perguruan tinggi. Embun pun melakukan hal yang sama. Sesuai perjanjian, Bapak Jati Wikan hanya mengantarkan Embun sampai perbatasan. Embun kemudian naik angkot dari perbatasan sampai sekolah. Langsung saja menuju ruang pendaftaran. Pendaftaran usai. Embun pulang ke kampung.

Hari demi hari menunggu pengumuman, Embun lalui sambil membaca buku. Buku apa saja ia baca. Bahkan tanpa ragu, ia meminjam buku dari teman sepermainannya yang sudah masuk SMP Damai Senja lebih dulu. Ia sangat hobi membaca. Tibalah pada saat pengumuman, Embun mendapati namanya tertera keterangan LULUS. Alangkah senangnya dia. Akhirnya ia jadi sekolah di kota.

Embun sangat beruntung diterima di SMP Damai Senja. Bahkan yang sungguh di luar dugaan. Pihak SMP Damai Senja memberikan beasiswa kepada siswa barunya yang berprestasi ketika masih SD. Embun termasuk salah satu siswa baru yang menerima beasiswa itu. Hati Embun berbunga-bunga ketika membaca pengumuman itu. Kembali air mata bangga penuh harunya hendak membasahi bumi, meski telah diseka jemari lentiknya. Segera saja kabar gembira itu ia sampaikan pada orang tuanya.

“Ayah, aku sudah membaca pengumuman seleksi siswa baru SMP Damai Senja.” ucap Embun.

“Bagaimana hasilnya, Nak? Kamu pasti lulus, kan?” tanya Bapak Jati penasaran.

“Berkat doa Ayah dan Ibu, aku lulus, Yah. Aku diterima di SMP Damai Senja. Aku juga langsung diberikan beasiswa prestasi oleh sekolah”, ucap Embun.

“Selamat, Anakku. Kamu hebat. Belum mulai sekolah saja kamu sudah meraih beasiswa. Apalagi kalau sudah sekolah efektif nanti. Kamu pasti bisa, Nak.”

Hari ini adalah hari Senin pertama Embun sekolah di kota. Dengan diantar Ayahnya, Embun berangkat pukul 04.30 WIB. Bisa dibayangkan pukul berapa ia bangun, mandi, sholat, dan sarapan. Ini juga adalah hari pertama Bapak Jati Wikan memenuhi janjinya untuk mengantarkan Embun ke perbatasan.

Seragam putih biru yang membalut Embun semakin memantapkan langkahnya memulai hari sekolah ini. Mesin motor sedang dipanaskan. Bapak Jati Wikan menyeruput kopi buatan Sang istri dengan nikmat ditemani gorengan pisang kampung yang rasanya selangit. Gadis kecil memeriksa kembali isi tasnya.

Setelah siap, ia mencari ibunya di dapur.

“Ibu, aku sudah siap. Seluruh perlengkapan sekolah hari ini sudah kumasukkan ke dalam tas. Aku berangkat dulu ya, Bu.” ucapnya seraya salim dan memeluk ibunya.

“Ya, Nak. Hati-hati ya. Ingat berdoa. Sekolah yang benar agar cita-citamu tercapai”, pesan Ibunya.

“Ya, Bu. Embun janji akan serius sekolah. Aku berangkat dulu ya sudah pukul 04.30 WIB.” Embun pamit pada Ibunya.

“Embun, ayo kita berangkat. Motor sudah siap.” ucap Ayahnya.

“Baik, Ayah.” balas Embun.

(Bersambung ….)

#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-52)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, Pak

21 Apr
Balas



search

New Post